PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Judul: Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Pesawat Sederhana di Kelas V SD Negeri Mali  Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie


A.  Latar Belakang Masalah
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan harapan yang hams dicapai, baik menurut tujuan nasional maupun tujuan lembaga yang terkait di dalamnya, yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, taqwa, terampil serta bisa menjadi warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab. Sudah sepatutnya semua elemen tenaga kependidikan, baik yang berperan sebagai pendidik ataupun elemen lain yang menunjang terhadap penyelenggaraan pendidikan berusaha keras agar dapat mewujudkan cita-cita tersebut.
Hal ini sesuai dengan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional pada BAB II Dasar, Fungsi dan Tujuan Pasal 2-3 di tegaskan bahwa: Pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK  MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG PESAWAT SEDERHANA DI KELAS V SD NEGERI MALI KECAMATAN SAKTI KABUPATEN PIDIE

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia berciasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah masyarakat dan orang tua.Kerjasama antara ketiga pihak diharapkan dapat mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.Manusia Indonesia seutuhnya artinya manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang hams dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar "baru" yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya dan menghafalkannya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang. Terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tetang alam semesta dengan segala isinya.IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia.Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang tak habis-habisnya.Khusus untuk IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah dengan dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi masalah tersebut guru yang balk harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru menggunakan model pembelajaran yang tepat dan relevan dengan materi IPA yang akan diajarkan. Selain itu siswa akan merasa tertarik mempelajari IPA, mencoba dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan Nasional Pendidikan dapat tercapai.
Dengan demikian jelas bahwa tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya. Modelpembelajaran kontruktivisme merupakan strategi yang cocok diterapkan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajar IPA khususnya mengenai konsep pesawat sederhana.Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan mengetahuinya. Pembelajaran kontruktivisme merupakan suatu konsep belajar mengajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

B.  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, maslah utama dalam penelitian ini adalah : bagaimanakah Penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan hasil bejar siswa pada pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie?
Adapun secara khusus dan operasional, masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian ini dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan berikut :
1.   Bagaimana perencanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie tentang konsep pesawat sederhana melalui model pembelajaran Kontruktivisme?
2.   Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie tentang konsep pesawat sederhana melalui model pembelajaran Kontruktivisme?
3.   Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie terhadap konsep pesawat sederhana pada pembelajaran IPA melaui model pembelajaran Kontruktivisme?

C.  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk:
a.    Meningkatkan kemampuan guru merancang perencanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie tentang konsep pesawat sederhana melalui model pembelajaran Kontruktivisme?
b.   Meningkatkan kemampuan guru mengelola pelaksanaan pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie tentang konsep pesawat sederhana melalui model pembelajaran Kontruktivisme?
c.    Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie terhadap konsep pesawat sederhana.pada pembelajaran IPA melaui model pembelajaran Kontruktivisme?

D.  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitan ini adalah untuk memperkaya kajian keilmuan dalam masalah model pembelajaran dan pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Manfaat secara praktis memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman kepada guru dan siswa dalam memecahkan permasalahan pembelajaran IPA, khususnya tentang meningkatkan hasil belajar siswa tentang pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kontruktivisme, terutama pada beberapa hal diantara sebagai berikut:
1.   Manfaat Bagi Guru : Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana; Mengembangkan kemampuan guru dalam meningkatkan basil belajar siswa tentang pesawat sederhana; dan Meningkatkan profesionalis guru sebagai tenaga pendidik
2.   Manfaat Bagi Siswa : Membantu dalam menguasai konsep pesawat sederhana; Dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang pesawat sederhana; dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA.
3.   Manfaat Bagi Lembaga : Secara kelambagaan bermanfaat untuk mengembangkan limn pendidikan tentang model pembelajaran tentang untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep pesawat sederhana.

E.  Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta cara pemecahan masalah  sebagai mana diuraiakan diatas  maka hiptesis secara umum dirumuskan sebagai berikut “Model pemebelajaran konstruktisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie

F.   Defenisi Istilah
Dalam penelitian ini terdapat 3 istilah dalam judul penelitian yang perlu di  jelaskan, yaitu Media gambar, Hasil belajar dan Pesawat sederhana. Selengkapnya  pengertian istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Media konkret adalah media pembelajaran berupa benda-benda asli apa adanya tanpa mengalami perubahan (Widodo, 2007)
b.      Media gambar adalah media pembelajaran yang merupakan pesan visual untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk gambar ( Nana Sujana, 2007 )
c.       Hasil belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku yang diharapkan dari kegiatan belajar siswa. Perubahan tingkah laku dalam arti yang lebih luas mencakup bidang kognitif, apektif dan psikomotorik, ( Beni S. Ambarjaya, 2008 ).
d.      Pesawat sederhana, adalah merupakan alai bantu manusia untuk membuat pekerjaan menjadi ringan, ( Rositawati, 2008 ). contoh untuk memudahkan mengambil air dari sumur digunakan katrol, untuk memindahkan benda yang berat digunakan pengungkit.

G. Landasan Teori

2.1  Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori belajar kontruktivisme beranjak dan model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dan hasil interaksi dengan lingkungannya.
Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena barn yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan, selama siswa menerima pengetahuan bare. Perolehan pengetahuan siswa diawali dengan diadopsinya hal baru sebagai basil interaksi dengan lingkungannya, kemudian hal bare tersebut dibandingkan dengan konsepsi awal yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal bare tersebut tidak sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya. Pada kondisi ini diperlukan alternatif strategi lain untuk mengatasinya.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka.

2.2  Hasil Belajar Siswa
Dalam melakukan kegiatan belajar, terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental. Dalam kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan.Pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan ini disebut sebagai hasil belajar.
Perubahan yang terjadi pada setiap individu yang belajar tergantung pada banyak faktor, diantaranya kematangan, lingkungan, latar belakang pribadi, sikap, dan bakat terhadap suatu bidang belajar yang diberikan.Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang barn yang segera tampak dalam perilaku nyata atau masih tersembunyi mungkin juga perubahan itu berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari.
Menurut Benyamin Bloom,dalamtaksonomi Bloom kategori hasil belajar dibedakan atas tiga ranah yaitu :
a.       Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, meliputi pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluas.
b.      Ranah afekif berkenaan dengan sikap, meliputi penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c.       Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, meliputi gerak reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau kecepatan, gerakan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif
Diantara ketiga ranah tersebut yang paling banyak dinilai oleh para pendidik di sekolah adalah ranah kognitif, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pelajaran.Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan. Oleh sebab itu, penilaian terhadap proses belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dan alat penilaian untuk setiap ranah berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung di dalamnya.

2.3  Pembelajaran Ipa Di Sekolah Dasar
Kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan adalah proses pembelajaran. Hal ini berarti menunjukan keberhasilan pendidikan banyak tergantung kepada proses pembelajaran. Belajar bukan hanya terjadi di dalam Sekolah, akan tetapi berlangsung pula dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang dikatakan belajar proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut terjadi secara berkesinambungan yang menyebabkan perubahan berikutnya dan bermanfaat bagi proses pembelajaran. Hal ni seperti yang diungkapkan Slameto mengenai arti belajar, yaitu:
a.    Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative, konstan dan terbatas (Winkel, 1996:10).
b.   Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengnai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, lebih bias lagi dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai aspek-aspek kehidupan atau pengalaman-pengalaman yang terorganisasi (Tabrani Rusyan, 1996:17).
c.    Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu (Syaiful Sagala, 2006:37).

Dan uraian di atas dapat disimpulakn bahwa seseorang telah dikatakan belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalan yang dialaminya.
Pendidikan IPA merupakan pengetahuan yang secara sistematis tersusun (assembled) dan bersama-sama dalam suatu urutan terorganisasi dan menekankan pada pemberian pengalaman langsumg dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahlcan untuk "mencari tahu" dan "berbuat" sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pendidikan IPA juga merupakan suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk memahami hakikat IPA: produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta radar akan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat untuk pengembangan sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif. Pada pembelajaran IPA terdapat efek.Efek pembelajaran merupakan langsung sebai hasil pembelajaran dan efek ringan atau tidak langsung terjadi akibat pendekatan, pengalam belajar siswa.Efek ringan muncul karena IPA memiliki nilai.Nilai-nilai inilah yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dalam din siswa ketika clan setelah belajar IPA. Nilai-nilai IPA dalam berbagai segi kehidupan itu adalah: nilai praktis, nilai intelktual, nilai sosial politik-ekonomi, nilai keagamaan dan nilai pendidikan.

2.4 Konsep Pesawat Sedarhana Di Kelas V Sekolah Dasar
Pada pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar tentang konsep pesawat sederhana terdapat Standar kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Standar Kompetensi nya yaitu: Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Kompetensi Dasar: menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Sedangkan Indikator nya meliputi: (a) menjelaskan pengertian jenis pesawat sederhana, (b) engidentifikasi pesawat sedehana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat, (c) menyebutkan jenis pesawat sederhana dan keuntungannya, (d) mengelompokan jenis pesawat sederhana (pengungkit, bidang miring, katrol, rods dan poros), (e) mendemontrasikan cam menggunakan pesawat sederhana.
Dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat tumbuh apabila ada kesanggupan pada dirinya untuk mengenal fakta, konsep, prinsip, dan skill dimilikinya.
Dalam melakukan semua pekerjaan atau kegiatan, tidak seorangpun menginginkan yang sulit-sulit atau sukar, semua orang pasti menginginkan pekerjaanya dapat dilakukan dengan mudah dan ringan. Untuk itu manusia menciptakan sebuah alat yang dapat mempermudah pekerjaan manusia yang dinamakan dengan pesawat sederhana.
Pesawat sederhana adalah alat-alat yang dapat mempermudah pekerjaan manusia. Pada prinsipnya pesawat sederhana dibedakan menjadi empat macam, yaitu: pengungkit, bidang miring, katrol dan roda berporos.
Pertama, pengungkit adalah batang kaku yang dapat diputar bebas pada sebuah poros tetap yang bertindak sebagai penumpu. Berdasarkan letak beban, kuasa, dan penumpunya Pengungkit dibedakan menjadi tiga golongan yaitu pengungkit golongan I (letak titik tumpu berada diantara beban dan kuasa), pengungkit golongan II (letak beban diantara titik tumpu dan kuasa), pengungkit golongan III (letak kuasa di antara beban dan titik tumpu).
Kedua, bidang miring adalah permukaan benda yang diletakan secara miring, dijadikan landasan untuk menaikkan beban.
Ketiga, katrol adalah benda berbentuk roda yang digunakan untuk menyangga tali atau beban. Katrol dapat berputar sehingga memudahkan tali untuk bergerak pada katrol.Katrol dibedakan menjadi empat yaitu; katrol tetap, katrol bebas, katrol rangkap, dan katrol ganda atau takal.
Keempat, roda berporos adalah peralatan yang menggunkan roda berpasangan biasanya dihubungkan pada poros roda.Poros roda berada pada titik temu j ari-j ari rock.
Proses pembelajaran di sekolah dasar akan dapat berlangsung dengan baik dan berhasil apabila dalam pembelajaran yang dilakukannya tidak hanya menggunakan metode konvensional, namun mungkin akan lebih berhasil dengan menggunakan sebuah model pembelajaran yang lebih tepat yaitu salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kontruktivismne. Dimana pada pembelajaran model kontruktivisme menekankan pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran kontruktivisme aktivitas siswa lebih aktiv, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
Aktifitas sangat penting sekali dalam proses belajar mengajar di sekolah. Aktifitas belajar dapt diartikan sebagai proses atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk memperoleh perubahan tingkah laku bare yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai berbagau bidang study atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir (Tabrany Rusyana, 1991: 8), sealur dengan pendapat tersebut, sardiman (2004:96) Mengatakan bahwa aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar untuk mengubah tingkah laku.
Adapun macam-macam aktivitas belajar yan dapat dilakukan oleh siswa di sekolah diantaranya dikemukakan oleh Sudirman (2004:10) yaitu :
a.    Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain.
b.   Oaral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mngadakan wawancara, diskusi, dan intrupsi.
c.    Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.
d.   Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.
e.    Drawin activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
f.    Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.
g.   Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, memilih hubungan, dan mengambil keputusan. h. Emotioanl activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenag dan gugup.

H.  Metode Penelitian

3.1    Populasi dan Sampel
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian model pemebalaj ran konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembejaran IPA tentang pesawat sederhana di kelas V SD Negeri Mali Kecamatan Sakti kabupaten Pidie adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikenal Clasroom Action Reesearch. Pemilihan metode ini dengan alasan permasalahan yang hendak diteliti adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran.Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 3 tindakan.

3.2    Teknik Pengumpulan Data
Dari penelitian ini data didapat dari sumber penelitian yaitu siswa dan guru. Jenis data yang didapat adalah data kualitatif dan data kuantitatif berupa : (1) hasil belajar, (2) hasil observasi.Adapun cara pengumpulan data dari data-data tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Data Hasil Belajar
Data hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes tertulis kepada siswa berupa tes awal dan tes akhir. Tujuannya untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa tersebut sebelum dan sesudah pembelajaran dengan mengimplementasikan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Tes tidak diujicobakan kepada siswa tetapi dikonsultasikan dengan pembimbing dan didiskusikan dengan guru-guru.
b)      Data Hasil Observasi
Untuk memperoleh data situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan digunakan lembar observasi dan pencatatan lapangan. Dalam observasi dibuat kesepakatan bersama untuk mendiskusikan hasil observasi setelah pembelajaan selesai dan data hasil yang terkumpul, digunakan sebagai bahan pertimbangan menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3.3    Teknik Analisis Data
Agar tindakan perbaikan dalam PTK ini memiliki sasaran yang jelas, maka penulis bersama mitra (observer) menetapkan beberapa kriteria keberhasilan sebagai berikut :
1.   Kriteria keberhasilan untuk ldnerja guru dalam merancang RPP, melaksanakan proses pembelajaran dan aktifitas siswa adalah sebagi berikut :
A = 90 % - 100 % (sangat baik)
B = 70 % - 89 % (baik)
C = 50 % - 69 % (cukup)
D = 30 % - 49 % (kurang)
E = 10 % - 29 % (sangat kurang)

Keterangan : Patokan keberhasilan minimal 75 % dan apabila kurang dan 75 % diperlukan perbaikan.
2.   Kriteria prestasi belajar siswa adalah nilai minimal sesuai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 64 . Siswa yang mencapai nilai KKM minimal 75 % dari jumlah siswa kelas III yang berjumlah 20 anak.

I.     Daftar Pustaka
            
            Afifudin. 1996. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya.
Depdikbud. 1996. Standar Silabi dan Kompetensi Siswa Kelas VI. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas. 2005. Pencapaian Kompetensi Siswa. Kebumen : Depdiknas.
Heriyanto, Nor dan Akib Hamid. (2006). Statistika Dasar. Jakarta. Pusaka : Universitas Terbuka.
I.G.A.K. Wardani, Kurwaya, Wihardit, NoehiNasotion. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakaarta Pusat : Universitas Terbuka.
Masrun. M. Hum. Penelitian Tindakan Kelas : Pusat Pengembangan penataran Guru Tertulis.
Nono Sutarno, dkk. (2007). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Waryo. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Pembelajaran Kooperatif Dengan Penggunaan
Benda-Benda Nyata Pada Materi Pesawat Sederhana Bagi Siswa Kelas V. Tegal