Part 3: Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Tahun 2014

Part 3: FAKTOR-FAKTOR APA SAJA YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI TAHUN 2014

Sambungan

B. Deteksi Dini Kanker payudara

Deteksi dini ialah upaya untuk menemukan kelaian sel sebelum menjadi kanker (Andrijono, 2005). Deteksi dini kanker juga dapat diakukan untuk menemukan adanya kanker pada stadium awal (masih kecil, bersifat lokal dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti) sehingga dapat disembuhkan (Sukarjda, 2000).

a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1) Pengertian SADARI

SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap cermin dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis (Dalimartha, 2007). SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005).

2) Tujuan SADARI

Tujuan dilakukannya pemeriksaan kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI akan dapat menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Seorang perempuan yang melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).

Berdasarkan rekomendasi dari The American Cancer Society, menginformasikan bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia 20 tahun (Mayo Clinic, 2007). SADARI dilakukan karena dapat mendeteksi kista, tumor jinak, serta kanker payudara (Hirsch, 2007).

3) Waktu pelaksanaan SADARI

SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna (Otto,S, 2005). Perilaku sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika perilaku menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun. perempuan yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).

4) Langkah-langkah melakukan SADARI menurut Smeltzer (1996) :

Langkah 1 :

a) Berdiri tegak di depan cermin.

b) Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidak normal.

c) Perhatikan adanya rabas (mengeluarkan cairan) pada puting susu, keriput, kulit mengelupas.

Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur pada payudara. Ketika sedang melakukan SADARI, harus mampu merasakan otot – otot yang menegang.

Langkah 2 :

a) Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan anda dibelakang kepala anda ke arah depan

b) Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda.

Langkah 3 :

a) Selanjutnya tekan tangan ke arah pinggang dan agak membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan.

b) Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara. Beberapa wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika sedang mandi dengan shower. Jari – jari akan dengan mudah memijat diatas kulit yang bersabun, sehingga dapat berkonsentrasi dan merasakan setiap adanya perubahan yang terjadi pada payudara.

Langkah 4 :

a) Tangan kiri diangkat.

b) Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda dengan kuat, hati – hati dan menyeluruh.

c) Dimulai dari tepi luar, tekan bagian datar dari jari tangan dalam lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar

d) Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.

e) Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara.

f) Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah lengan, termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri

g) Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.

Langkah 5 :

a) Dengan perlahan pijat puting susu dan perhatikan adanya rabas (mengeluarkan cairan)

b) Jika menemukan adanya rabas (mengeluarkan cairan) dari puting susu dalam sebulan yang terjadi ketika sedang atau tidak melakukan SADARI, segera hubungi dokter untuk melakukan pemeriksaan yang lebih lanjut.

c)      Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda.

Langkah 6 :

1)      Tahap 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring.

2)      Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di bawah kepala anda dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah bahu kiri.

3)      Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas.

4)      Ulangi pada payudara kanan anda.

2. Clinical Breast Examination

Wanita dengan usia ≥ 40 tahun perlu melakukan pemeriksaan setiap tahun bersamaan dengan Clinical Breast Examination, meskipun tanpa gejala kanker payudara. Clinical Breast Examination adalah pemeriksaan fisik payudara yang dilakukan oleh professional kesehatan yang terlatih misalnya dokter atau perawat. Selain wanita berusia > 40 tahun, wanita usia 20 – 30 tahun memerlukan pemeriksaan ini sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan setiap 3 tahun. Pemeriksaan Clinical Breast Examination ini bermanfaat untuk menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara, serta untuk mengecek masalah payudara lainnya yang kemungkinan membutuhkan penanganan lebih lanjut, misalnya Fibroadenoma.

3. Mamografi

1) Definisi mamografi

Mamografi adalah foto payudara dengan sinar X dosis rendah. Pada mammografi dapat dilihat gambaran payudara secara keseluruhan. Mamografi merupakan alat yang terbaik untuk deteksi dini kanker payudara, karena sinar X pada mamografi mempunyai kemampuan menembus jaringan payudara yang mengalami kelainan berupa tumor dan menunjukkan kelainan dalam payudara tersebut secara memuaskan.

2) Faktor-faktor yang dilihat pada saat pemeriksaan mamografi antara lain.

a) Intermediate Findings

Variabel yang menjelaskan keadaan sel atau jaringan yang terdapat dalam payudara, dimana variabel ini terdiri dari lima indikator yaitu well defined, developing, architectural, skin thickening, dan asymetry. Seorang wanita yang melakukan pemeriksaan mamografi memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu indicator atau tidak sama sekali pada variabel iniyang terdapat dalam payudara, dimana variabel ini terdiri dari lima indikator yaitu well defined, developing, architectural, skin thickening, dan asymetry. Seorang wanita yang melakukan pemeriksaan mamografi memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu indicator atau tidak sama sekali pada variabel ini.

b) Suspicious for Malignancy

Variabel yang menjelaskan bentuk tumor yang terdapat dalam payudara atau tanda-tanda keganasan yang terlihat pada payudara, dimana variabel ini terdiri dari tiga indikator yaitu mass, calcification, dan speculated sign.

c) BIRADS Category

Breast Imaging Reporting and Data System (BIRADS) digunakan untuk memprediksi tingkat keganasan pasien kanker payudara dalam skrining mamografi.

d) Letak abnormal

Akan dilihat letak dimana ada perubahan yang tidak wajar pada payudara kanan atau payudara kiri. Prediksi malignansi dapat dipermudah dengan menerapkan kategori BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System). Adapun kategori BIRADS adalah sebagai berikut (Kardinah, 2002).

C-0 : perlu pemeriksaan lanjut

C-1 : normal

C-2 : kelainan jinak

C-3 : kelainan yang mungkin jinak, disarankan untuk evaluasi ketat

C-4 : kelainan yang mungkin mengarah keganasan

C-5 : sangat mungkin ganas

4. MRI

Wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara sebaiknya melakukan pemeriksaan mammografi dan MRI setiap tahun. MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah suatu alat yang menggunakan gelombang magnet dan radio (bukan sinar X) untuk menghasilkan gambaran tubuh, misalnya jaringan payudara. Pada wanita yang memiliki risiko tinggi kanker payudara, mammografi tiap tahun. MRI juga berguna untuk memeriksa hasil mencurigakan pada payudara yang ditemukan pada hasil mammografi (mammogram), serta untuk menetapkan ukuran / penyebaran kanker pada wanita yang telah terdiagnosis kanker payudara.

5. USG Mammae

Selain ketiga pemeriksaan di atas, dapat juga dilakukan USG Mammae. USG Mammae merupakan salah satu pemeriksaan ultrasonografi yang menghasilkan gambaran struktur internal dan payudara. Pemeriksaan ini umumnya disarankan untuk membantu mendiagnosis kelainan payudara yang terdeteksi oleh dokter selama pemeriksaan fisik (seperti benjolan yang teraba pada payudara), atau kelaianan yang terlihat setelah pemeriksaan mammografi atau MRI. Selain itu, pemeriksaan ini juga disarankan pada kondisi menetapkan sifat kelaianan yang ditemukan dari pemeriksaan tersebut, apakah berupa padatan (yang kemungkinan merupakan benjolan non kanker atau berupa keganasan) atau cairan (seperti cystic jinak). USG Mammae juga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas ketika kelainan payudara tidak dapat terlihat atau sulit diinterpretasikan pada mammogram. Pemeriksaan ini juga ditambahkan dengan pemeriksaan MRI. Pemeriksaan ini disarankan untuk petunjuk biopsy payudara. Petunjuk identifikasi dan biopsy kelainan modus limfe, contohnya pada pasien dengan kanker payudara yang baru terdiagnosis atau dengan adanya temuan yang sangat mengarah pada keganasan. USG Mammae merupakan salah satu pemeriksaan dalam pencitraan payudara yang memiliki banyak kegunaan namun tidak dapat menggantikan posisi pemeriksaan mammografi dalamskrining kanker payudara (Imam Rasyidi, 2008).