Model Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB


Artikel Pendidikan. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Tekanannya adalah pada tiga aspek, yaitu: proses, output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah “proses”, bukan gambaran ekonomi sesaat. Pembangunan daerah dan pembangunan sektoral perlu selalu dilaksanakan dengan selaras, sehingga pembangunan sektoral yang berlangsung didaerah-daerah, benar-benar dengan potensi dan prioritas daerah. Untuk keseluruhan pembangunan, daerah juga benar-benar merupakan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan didalam mewujudkan tujuan nasional.


Pembangunan daerah dilaksanakan agar ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara daerah tidak semakin meluas, tujuan pembangunan yang sedang dilaksanakan mencakup sasaran seperti :
1. Dalam usaha meratakan pembangunan diseluruh daerah, sekaligus untuk menghindari terjadinya jurang perbedaan tingkat pembnagunan antar daerah yang semakin dalam.
2.Pengarahan dalam kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan kemampuan aspirasi dan potensi yang terdapat didaerah, baik bagi kepentingan perkembangan nasional maupun bagi kepentingan daerah itu sendiri.
3. Mengembangkan hubungan ekonomi antar daerah yang saling menguntungkan agar terjalin ikatan-ikatan (ekonomi) antar daerah yang kuat didalam satu rangka kesatuan ekonomi nasional yang kokoh.
4. Membina daeraah-daerah minus, daerah perbatasan, dan tanah-tanah kritis, dengan program-program khusus (Sanusi, 1987).
Model Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara. “Pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan “pembangunan” (development) pertumbuhan ekonomi adalah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan (Meier, 1989). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi lebih luas.

Pembangunan daerah juga diarahkan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability). Tujuan pembangunan yang pertama, untuk pertumbuhan ditentukan sampai dimana kelangkaan sumber daya yang terdiri atas sumber daya manusia (human capital), peralatan (man made recources) dan sumber daya alam (natural resources) dapat dialokasikan secara maksimal dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan produktif. Dalam hal ini terdapat upaya memadukan kemampuan sumer daya manusia dan pemanfaatan sumber daya alam dengan ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan teknologi dalam rangka memperbesar produktifitas.

Semakin tinggi tingkat kemampuan sumber daya manusia, besar kemungkinan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia guna mencapai pertumbuhan yang tinggi. Sedangkan tujuan pembangunan yang kedua, yaitu pemerataan yang mempunyai implikasi dalam pencapaian tujuan yang ketiga, sumber daya dapat berkelanjutan maka tidak boleh terfokus hanya pada satu daerah saja sehingga manfaat yang diperoleh dari pertumbuhan dapat dinikmati semua pihak. Sedangkan tujuan berkelanjutan, pembangunan daerah harus memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaan sumber daya, baik yang ditransaksikan melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar harus tidak melampaui kapasitas kemampuan produksi (Jhingan, 1999 dalam Yunarko, 2007).

Pada hakekatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen, yakni faktor-faktor yang terdapat didalam daerah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor diluar daerah atau kombinasi keduanya. Suatu pendekatan yang lazim digunakan untuk menjelaskan penentuan-penentuan internasional dari pertumbuhan regional adalah melalui penggunaan model-model ekonomi makro. Model-model ini berorientasi pada segi penawaran dan berusaha menjelaskan output menurut faktor-faktor regional tertentu yang masing-masing dapat dianalisa secara sendiri-sendiri.

Jika dirumuskan menurut faktor-faktor yang lebih penting dan lebih mudah dikuantitaskan, maka rumus persamaan yang mencerminkan hubungan input output adalah menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas. Pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan domestik regional bruto perkapita (PDRB perkapita) (Zaris, 1987). Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. 

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Sadono Sukirno, 2005:56), sedangkan menurut BPS Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi. 

Untuk lebih jelas dalam menghitung angka-angka produk domestik regional bruto ada tiga pendekatan yang cukup kerap digunakan dalam melakukan suatu penelitian. 
Yang pertama, menurut pendekatan produksi. dalam pendekatan produksi, produk domestik regional bruto adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antara masingmasing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi (Robinson Tarigan, 2005).

Yang kedua, menurut pendekatan Pendapatan. Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung neto.pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan. Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya (Robinson Tarigan, 2005).
Ketiga yaitu,menurut pendekatan pengeluaran. Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negri. Jika dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan ekspor neto.

Cara penyajian produk domestik regional bruto disusun dalam dua bentuk, yaitu : 

Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang
dihitung menurut harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan
berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga
konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang
sebenarnya melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya.

Berlaku Pengertian Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.

Adapun manfaat penghitungan nilai PDRB yaitu, mengetahui dan menelaah struktur atau susunan perekonomian. Dari perhitungan PDRB dapat diketahui apakah suatu daerah termasuk daerah industri, pertanian atau jasa dan berapakah besar sumbangan masing masing sektornya dan membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu. Oleh karena nilai PDRB dicatat tiap tahun, maka akan di dapat catatan angka dari tahun ke tahun. 

Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh keterangan kenaikan atau penurunan apakah ada perubahan atau pengurangan kemakmuran material atau tidak.