Makalah Neonatus Pada Bayi dan Balita

Makalah  Neonatus Pada Bayi dan Balita : Asuhan kebidanan adalah perawatan yang di berikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang di berikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita apabila tidak di berikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa masalah yang lazim terjadi di antarnya adalah Kelainan Kongenital (kelainan bawaan), neonatus dengan kejang, oral trust, ikhterus, muntah dan gumoh, miliriasis, infeksi hipotermi, tetanus neonatrum.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari).9 Periode neonatal adalah periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kegagalan penyesuaian yang disebabkan Asfiksia, Prematuritas, kelainan kongenital yang serius, infeksi penyakit, atau pengaruh dari persalinan.
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang di berikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang di berikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita apabila tidak di berikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa masalah yang lazim terjadi di antarnya adalah Kelainan Kongenital (kelainan bawaan), neonatus dengan kejang, oral trust, ikhterus, muntah dan gumoh, miliriasis, infeksi hipotermi, tetanus neonatrum.
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak menunjukkan tanda-tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah kematian perinatal dapat di di capai disamping dengan membuat persalinan seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan mengusahakan agar janin dan ibu kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi.Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupansekarang ( ekstrauterus ) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yangdilahirkan dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003)
Faktor – faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan lain – lain. Dua hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah tingkat kekurangan gizi Ibu dan janin serta pelayanan petugas kesehatan. Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka kematian perinatal dan pelajaran yang lain


B. Rumusan masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaimanakah Komplikasi Neonatus Pada Bayi dan Balita

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan Komplikasi Neonatus Pada Bayi dan Balita


BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
  1.  Neonatus
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
  1. Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama 1 jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia 1 bulan.1,2,3
Menurut Dep. Kes. RI, (2007) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.4
  1. Bayi
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).
Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun.
Dengan pembagian sebagai berikut: a. Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari 1). Masa neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari 2). Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari b. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun.2
  1. Batita dan Balita
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. (Mitayani, 2010) Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Balita adalah istilah  umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. (Sutomo, 2010).5

Kompilasi Neonatus Pada Bayi dan Balita
1) Kelainan Kongenital (Kelainan Bawaan)
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati atau kematian setelah persalinan pada minggu pertama. Kelainan kongenital dapat mencapai kehidupan yang lebih besar, karena itu pada setiap kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal untuk dapat mengetahui kemungkinan kelainan kongenital diantaranya dengan pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan darah janin.
Kejadian kelainan kongenital sekitar 0,2% sampai 0,4% dari seluruh persalinan pada setiap rumah sakit kejadiannya bervariasi tergantung dari berbagai sebab.
Penyebab kelainan kongenital
1. Kelainan genetik dan kromosom
  • Kelainan yang besifat keturunan                    
  • Terdapat pada keluarga yang berdekatan
2. Faktor mekanis
Kelainan deformitas terjadi disebabkan tekanan mekanis oligohidrammion kehamilan ganda atau triple
3. Karena infeksi
  • Infeksi virus dapat menimbulkan kelainan kongenital diantaranya virus rubella, yang terjadi saat pembentukan organ : katarak,tuli dan kelainan pada jantung
  • Virus sitomegalovirus dan toksoplasmosis,hidosefalus,mikrosefalus,mikroptamia.
4. Pengaruh pada saat pembentukan organ.
Diantaranya obat penenang yang terkenal thalidomide yang  menyebabkan fokomelia (tangan dan kaki pendek)dan mikromelia (tangan dan kaki kecil)
5. Faktor umur.
Makin tua menjadi hamil makin besar kemungkinaan menderita kelaianan kongelital diantaranya mongoloid (sindrom down).oleh karena itu,bidan diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada wanita untuk tidak hamil pada umur 35 tahun.

6. Faktor gizi dan kelaianan hormon.
  • Ibu dengan kekurangan gizi dapat meningkatkan kemungkinan kelainan organ terutama saat pembentukkan organ tubuh.
  • Penyakit hormon ibu diantaranya diabetas melitus dapat meningkatkan kelainaan kongelital.
Kelainaan kongenital yang sering di jumpai adalah :
  • Anensefali : tidak terbentuk otak janin sehinga bentuk janin seperti kodok.
  • Kelainaan fusi jaringan tubuh,yaitu :
o   Spinabifida : sum – sum tulang belakang.
o   Labioksis.
o   Palatoksis
o   Labiopalatoksis.
·                                                                                                       Gangguan pembentukkan alat tubuh :
o   Atresia ani : tidak terbentuknya anus.
o   Atresia vagina : tidak terbentuknya vagina.
o   Gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis
  • Hipospadia :saluran kemih yang tidak terbentuk.
  • Atersia esofagus : esofagus yang tidak terbentuk.
Kelainan kongenital yang perlu mendapat perhatian bidan adalah kelainaan pada labium dan falatum,ganguan penurunaan testis dan tidak terbentuknya anus,(atresia ani) atau atresia vagina.bidan dalam menghadapi kelainanaan kongenital perlu berkonsultasi dengan dokter atau puskesmas sehingga mendapat perhatian dan memberitahukan kepada keluarga tentang kejadiaan ini.

2)  Neonatus Dengan Kejang.
a. Kejang.
Kejang pada neonatus ialah suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi prematur, batasan ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatif sering dijumpai dengan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.
Kejang adalah suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat dan berulang,oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik di otak terdapat loncatan-loncatan listrik karena bersinggungnya ion (+) dan ion (-) di dalam sel otak.Kejang merupakan suatu gejalah yang dapat terjadi karena adanya kelainan di intraknarial,ekstranial,atau metabolic.
Kejang pada anak merupakan penyakit pada anak yang disebab kan oleh demam.Sekitar 2-5% anak berumur enam bulan sampai 5 tahun umumnya mengalami demam.Namun,tidak tidak sampai menginfeksi otak anak.

b. Etiologi Atau Faktor Terjadinya Kejang.
Semua jenis infeksi yang bersumber diluar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam.Penyakit yang sering menimbulkan kejang dema adalah infeksi saluran pernapasan atas,otitis media akut,pneumonia,gastroentritis akut,exantema subitum,bronchitis,dan infeksi saluran kemih(Goodridge,1987,Soetomenggolo,1989).Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah :
  1. Produk toksi mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
  2. Respon alergi atau keadan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
  3. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
  4. meningitis s
Gabungan dari faktor-faktor di atas.
  • Infeksi
  • Intrakranial
  • Ekstrakranial
  • ensefalitis
  • meningoensefalitis
  • KDS
  • KDK

Gangguan metabolik
  • Kejang
  • Non infeksi
  • Gangguan elektrolit
  • Gangguan kardiovaskuler
  • keganasan
  • epilefsi
 c. Indikasi
Kejang dapat terjadi pada semua usia. Namun lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan pada dewasa. Sekitar 10% anak-anak mengalami kejang, dan sepertiga dari jumlah tersebut disebabkan oleh karena epilepsi.

d.Tanda atau Gejala Kejang
Bentuk kejang dari tiap-tiap orang dapat berbeda-beda, tergantung jenis penyakit yang mendasarinya dan berat ringannya penyakitnya. Kejang motorik dapat berupa kejang fokal atau kejang umum dan tonik klonik, kejang klonik, kejang mioklonik, ataupun kejang atonik.
Kejang fokal dicirikan oleh gejala motorik atau sensorik dan termasuk gerakan yang kuat dari kepala dan mata ke salah satu sisi, pergerakan klonik unilateral yang diawali dari muka atau ekstremitas, atau gangguan sensorik seperti parestesi (kesemutan) atau nyeri lokal pada suatu area. Kejang tonik dicirikan oleh peningkatan tonus atau kekakuan. Kejang atonik dicirikan oleh kelumpuhan atau kurangnya gerakan selama kejang. Pada kejang klonik, terdapat kontraksi otot secara ritmik. Sedangkan kejang mioklonus ditandai dengan kontraksi otot sepertiadanya kejutan.
Pada anamnesis pasien kejang, perlu ditanyakan durasi, (lama waktu) dari kejang dan status kesadaran (mengalami gangguan atau tidak). Perlu juga ditanyakan apakah ada gejala aura yang mengawali kejang dan kebiasaan atau tingkah laku anak sesaat sebelum terjadinya kejang. Gelaja aura yang paling sering dialami oleh anak-anak adalah rasa tidak nyaman atau nyeri pada daerah epigastrik dan perasaan ketakutan. Selain itu, postur tubuh pasien, adanya sianosis dan distribusi sianosisnya,kemampuannya mengontrol otot sfingter (utamanya pada vesika urinaria atau kandung kemih) , dan periode setelah kejang (apakah tertidur atau ada nyeri kepalah ) perlu juga ditanyakan.
e. Klasifikasi.
Untuk menentukan apa yang terjadi pada anak di kemudian hari, kejang demam dibagi menjadi kejang sederhana dengan kejang kompleks.
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizures)
Kejang sederhana adalah bila kejang berlangsung  kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada hari yang sama,sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi pada satu sisi tubuh, berlangsung lama (lebih dari 15 menit) atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.
Kejang sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau menggangu kepandaian.Risiko  untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2-3%. Risiko terbanyak adalah berulangnya kejang demam,yang dapat terjadi pada 30-35% anak-anak.Risiko-risiko tersebut akan lebih besar pada kejang yang kompleks.
Rekaman otak atau electroencephalografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin karena tidak berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali,juga tidak dapat memperkirakan apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari.
2. Anak dengan kejang kompleks (C0mplex febrile seizures atau compleks partial seizures)
Kejang kompleks adalah kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh) berlangsung >15 menit,dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak yang mengalami kelainaan saraf yang nyata, dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka panjang selama 1-3 tahun.

f. Patofisiologis Atau Mekanisme Kejang.
Sumber energi otak adalah glukosa yang memperoleh proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel di kelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.Dalam keadaan normal,membran sel neuron dapat  dilalui oleh ion K,ion Na,dan eletrolit seperti Cl,konsentrasi K + dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na + rendahsedangkan diluar neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel maka terdapat perbedaan potensial yang di sebut potensial membran dari sel neuron.Untuk menjaga keseimbangan fotensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.Perbedaan potensial membran sel neuron di sebabkan oleh :
  • Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
  • Rangsangan yang datangnya mendadak ,misalnya mekanisme,kimiawai ,aliran listrik dan sekitarnya.
  • Perubahan patofisiologis dari membran sendiri  karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam ,kenaik kan suhu tubuh 1 derajat  celcius akan menyebabkan metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%.Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium  melalui membran tadi,dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik ini sedemikiannya besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurottransimmeter sehingga terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak.Ada anak yang ambang kejangnya rendah ,kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius,sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi ,kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius.

g. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis kejang pada neonatus sangat bervariasi sehingga sering kali sulit untuk dikenali secara dini.
Kejang subtle adalah kejang yang manifstasinya tidak jelas bentuknya hampir tidak terlihat, terutama bial tidak biasa mengenal dan menangani neonatus normal. Gerakan yang timbul bermacam-macam, seperti menghisap, gerakan bola mata ynag tidak terkoordinasi, gerakan anggota grak yang tidak terkoordinasi, apnue berulang, dan lain-lain.
Kejang tonis berupa ekstensi kedua tungkai yang sering disertai gerakan fleksi anggota gerak atas. Kejang ini dijumpai pada bayi dengan BBLR. Kejang klonus multifolukal adalah gerakan klonus pada satu atau beberapa anggota gerak yang berpindah-pindah. Kejang mioklonus adalah gerakan seperti reflek moro dengan fleksi semua anggota gerak. Kejang ini menunjukkan adanya kerusakan luas dari susunan syaraf pusat. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik , klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama (Soetomenggolo, 1995).
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit.

h. Penatalaksanaan
Sebelum penyakit primer atau sebabnya diketahui, kejang harus segera ditolong dengan pemberian antikonvulsan, misalnya phenobarbital dengan dosis 8-10 mg/kg BB intramuskuler sebagai loading dose, kemudian dengan dosis pemeliharaan per oral 4-5 mg/kg BB/hari. Dapat pula diberikan diazepam 0,25-0,5 mg/kg BB intravena atau inyramuskuler. Setelah penyakit primer diketahui, maka pengobatan ditujukan untuk mengatasinya. Pemberian kortikosteroid pada kejang masih menjadi kontroversi. Pemberian vitamin K intramuskuler pada trauma persalinan sangat dianjurkan. Koreksi terhadap elektrolit, cairan dan gangguan metabolisme yang ada.


3) Oral Trush
a. Pengertian
Oral Trush adalah kandidiasis selaput,lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum,gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas,yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah,serta kurang sering,pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik.
b. Etiologi
Pada umumnya Oral Trush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan ( saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersi, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral trush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral trush dan diare, sehingga apabila pengguna antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral trush yang menetap. Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan. Oral trush juga dapat terjadi karena bakteri didalam mulut karena kurang menjaga kebersihan dimulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsisteni yang lunak,menonjol,bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak-bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarah. Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut,kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika,malnutrisi,cacat imunologi,dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus.
c. Tanda dan Gejala
  1. Tampak bercak keputihan pada mulut,seperti bekas susu yang sulit dihilangkan.
  2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
  3. Mukosa mulut mengelupas
  4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah.
  5. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa ( lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
d. Komplikasi
Pada bayi baru lahir,apabila oral trush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum ( menghisap puting susu atau dot ) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Oral trush dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.

e. Penatalaksanaan
  1. Medik memberikan obat anti jamur, misalnya :
a.       Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.
b.      Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pstille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.
  1. Keperawatan
Masalah dari oral trush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan resiko terjadi diare. Upaya agar oral trush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih ( jika botol tahan rebus ) sebelum dipakai.

Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral trush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang. Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral trush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.
Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral trush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut. Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut. Apabila oral trush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.
Oral trush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.

4) Ikterus
a. Defenisi
         Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata (normal berwarna ) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi baru lahir dapat terjadi pada 25%-50%  bayi baru lahir cukup bulan, dan terjadi pada 24 jam pertama. Yang sangat berbahaya dari Ikterus ialah keadaan yang disebut “Kernikterus” yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak, gejalanya antara lain mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau menghisap, kejang, tuli. Cara melihat Ikterus pada bayi baru lahir agak sulit apa lagi dengan cahaya buatan, sebaiknya pengamatan dilakukan di bawah sinar matahari dengan cara menekan sedikit kulit yang akan diamati, jika warna kulit tetap kuning kemungkinan bayi mengalami Ikterus dan kadar bilirubinnya tinggi. Jika terjadi demikian maka bayi harus dibawah ke RS untuk menjalani terapi pemberian Albumin,fototerapi(terapi sinar), atau transfusi tukar pada kasus yang berat.
b. Pembagian
1. Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir. Ikterus fisiologis memiliki tanda-tanda berikut :
  • Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir
  • Kadar birlirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonates cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonates kurang bulan.
  • Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari.
  • Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%
  • Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
  • Tidak terbukti mempunyai  hubungan dengan keadaan patologi
 2. Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :
  1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
  2. Kadar bilirubin > 10 mg% pada neonates cukup bulan atau > 12,5 mg% pada neonates kurang bulan.
  3. Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
  4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
  5. Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
  6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.

3. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ikterus :
  1. Prahepatik (ikterus hemolitik).
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik), penyebabnya antara lain : infeksi, kelainan sel darah merah, toksin dari luar maupun dari dalam tubuh.
  1. Pascahepatik (obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk kedalam aliran darah, sebagian masuk dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sebagian lainnya tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning kehijauan serta gatal. Obstruksi empedu ini menyebabkan ekskresi bilirubin kedalam saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan berwarna keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
  1. Hepatoseluler (ikterus hepatic)
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami kerusakan maka secara otomatis akan menggangu proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubbin direct meningkat dalam aliran darah.
c.  Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang paling nyata terlihat pada perubahan warna kulit dan sclera yang menjadai kuning.
                                      
Penatalaksanaan
1. Ikterus fisiologis.
  1. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal.
  2. Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti :
·         Memandikan
·         Melakukan perawatan tali pusat
·         Membersihkan jalan napas
·         Jemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit.
  1. Ajarkan ibu cara :
·         Memandikan bayi
·         Melakukan perawatan tali pusat
·         Menjaga agar bayi tidak hipotermi
·         Menjemur bayi
  1. Jelaskan pentingnya hal-hal seperti :
·         Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
·         menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi dengan kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi telentang, dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap
·         memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu
·         menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera mungki
·         menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu.
  1. Apabila tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses berwarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke puskesmas.
  2. Anjurkan ibu untuk control setelah 2 hari.
Komplikasi
Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar,letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental di kemudian hari.

5) Muntah dan Gumoh
a.    Pengertian bayi yang kenyang sering mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya. Jika sedikit dimana volumenya kurang dari 10 cc disebut dengan bayi gumoh. Mengeluarkan atau regurgitasi susu yang telah diminum secara spontan dalam jumlah kecil, merupakan hal yang biasa pada bayi; biasanya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Namun, jika volumenya banyak dimana diatas 10 cc maka disebut dengan bayi muntah.

b. Masalah
1. Bayi muntah dengan karakteristik sebagai berikut :
a) Nyemprot
b) Tanpa memandang cara pemberian minum
c) Setiap kali minum ASI atau minuman dimuntahkan
d) Muntahan berwarna hijau atau bercampur darah
2. Distensi abdomen

c. Pencegahan Bayi Gumoh Dan Muntah
Menyusui bayi untuk pertama kalinya merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan, seru atau menakutkan bagi seorang yang baru menjadi orang tua. Tapi kenapa setelah menyusui bayi harus bersendawa? Sendawa pada bayi merupakan suatu hal yang penting, karena dengan bersendawa bisa membantu mengeluarkan udara yang terikut masuk ke perut bayi saat menyusui. Jika bayi tidak bersendawa setelah menyusui maka udara yang masuk bisa menyebabkan bayi muntah, mudah tersedak dan pada beberapa bayi bisa menyebabkan kembung. Gas didalam perut bayi juga bisa menimbulkan kolik (sakit perut ) yang menyebabkan bayi menangis terus menerus akibat rasa sakit dan membuat rasa tidak nyaman pada perut bayi. Sementara itu saat bayi menangis, secara tidak langsung gas akan masuk kembali ke dalam perut bayi yang semakin membuatnya tidak nyaman.
Ketika ingin membuat bayi bersendawa, cobalah untuk menepuk-nepuk lembut punggung bayi secara berulang dan untuk mencegah adanya cairan yang keluar cobalah untuk meletakkan alas dada atau handuk kecil dibawah dagu bayi atau di pundak ibu. Jika bingung bagaimana memegang bayi agar bisa bersendawa, bisa ikuti metode berikut seperti dikutip dari kidshealth :
·         Ibu duduk dengan posisi tegak dan gendong bayi pada dada
·         Letakkan dagu bayi pada bahu ibu dan pegang kepala sang bayi dengan satu tangan.
·         Tangan lainnya menepuk lembut punggung bayi secara berulang-ulang.
·         Jika bayi mulai rewel atau menangis saat sedang menyusui, maka hentikan sebentar. Buatlah bayi bersendawa lalu ganti posisi dan bisa menyususi kembali. Usahakan setiap bayi mengonsumsi 60 sampai 90 mililiter susu, bayi disendawakan agar tidak terlalu banyak gas yang masuk. Jika bayi cenderung mudah kembung maka cobalah untuk bersendawa setiap 5 menit menyusui.

Untuk bayi berusia 6 bulan pertama, cobalah menunggu bersendawa selama 10 sampai 15 menit sambil bayi tetap ditegakkan. Karena jika bayi tidak bersendawa maka memungkinkan susu yang telah diminum tadi keluar kembali (muntah).
Ketika bayi sudah semakin besar atau lebih dari 1 tahun,orang tua tidak perlu khawatir jika bayinya tidak bersendawa setelah menyusui. Karena ini berarti bayi telah bisa belajar untuk makan tanpa menelan udara. Namun apabila bayi muntah, penanganan muntah pada anak tergantung pada penyebabnya.
  • Jangan memberikan obat antimuntah pada anak karena obat tersebut tidak menyembuhkan penyebab muntahnya. Malah dapat menyesatkan apabila ternyata anak tengah menderita suatu kelainan saluran pencernaan yang memerlukan upaya bedah. Selain itu, obat antimuntah juga dapat menimbulkan efek samping.
  • Jika bayi muntah cepat miringkan tubuhnya atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahan tidak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal. Jika muntahan lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir karena karena ini berarti muntahan keluar, bersih1QAAkan saja segera bekas muntahannya. Justru yang berbahaya bila dari hidung masuk lagi dan terhisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru tidak bisa dilakukan tindakan apa-apa kecuali membawa segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.

6) Miliriasis
a. Defenisi
Milliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet, atau prickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.
b. Etiologi
Penyebab Milliariasis adalah udara panas dan lembap serta adanya infeksi bakteri.
c. Patofisiologi
Diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran ketingat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan udema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan menghilang dengan sendirinya 3-4 minggu kemudian.
d. Pembagian serta Tanda dan Gejala
Ada dua tipe Milliaris yaitu :
  • Milliaris Kristalina.
Timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat. Lesinya berupa vesikel yang sangat superficial, bentuknya kecil berupa titik embun berukuran 1-2 mm. Vesikel mudah pecah akibat trauma ringan seperti gesekan. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat. Dapat sembuh dengan sendirinya.
  • Milliaria Rubra
Berupa papula vesikel dan eritema disekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis. Biasanya disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering diikuti infeksi sekunder dan dapat juga terjadi impetigo dan furunkel.

e. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan umumnya sebagai berikut :
  1. Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
  2. Jaga kebersihan tubuh bayi
  3. Usahakan untuk menciptakan suasana yang sejuk dan kering
  4. Gunakan pakaian menyerap keringat dan tidak tipis.
  5. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
  6. Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.

7)  INFEKSI atau SEPSIS NEONATORUM
a. Pengertian
Sepsis neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kgdan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lenih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang didapat dari rumah sakit ).
b. Penyebab
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri. Resiko terjadinya sepsis meningkat pada :
  • Ketuban pecah sebelum waktunya
  • Perdarahan atau infeksi pada ibu
c. Gejala
Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun naik.
Gejala lainnya adalah :
  • Gangguan pernafasan
  • Kejang
  • Jaundice (sakit kuning)
  • Muntah
  • Diare
  • Perut kembung
Gejala tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya :
  • Infeksi pada tali pusar (omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
  • Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
  • Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
  • Infeksi pada persendian bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
  • Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut dan diare darah.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Organisme penyebab terjadinya infeksi bisa diketahui denagn melakukan pemeriksaan mikroskopis maupun pembiakan terhadap contoh darah, aie kemih maupun cairan dari telinga dan lambung. Jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan dungsi lumbal.
e. Pengobatan
Antibiotik diberikan melalui infus. Pada kasus tertentu, mengkin perlu diberikan antibodi yang dimurnikan atau sel darah putih.
f. Prognosis
25% bayi meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif. Angka kematian pada bayi prematur yang kecil adalah 2 kali lebih besar.

8) INFEKSI
Defenisi
infeksi farinetal adalah infeksipada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, postnatal
Etilogi
infeksi parinetal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri eschericia coli,pseodomonas pyocyneus,kebsielia,staphyococcus aureus, dan Coccus gonococcus
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melalui plasenta dan akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilikus
2. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika mikroorganisme masuk dari vagina, lalu naik dan kemudianmasuk ke dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah
3. Infeksi postnatal
Infeksi pada periode post natal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril,tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya pada neonatus neonatorum, omfalitis, dan lain-lain.
Tanda Dan Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal adalah sebagai berikut:
1.    Bayi malas minum
2.    Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
3.    Frekuensi pernapasan meningkat
4.    Berat badan menurun
5.    Pergerakan kurang
6.    Muntah
7.    Diare
8.    Udema
9.    Perdarahan, ikterus, dan kejang
10. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi dengan hipetermi
Penatalaksanaan
Ø  Berikan posisi semi fowler
Ø  Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin
Ø  Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
Ø  Apabila bayi muntah, lakukan perwatan muntah yaitu posisi tidur miring kekanan atau kekiri
Ø  Apabila ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
Ø  Rujuk segera kerumah sakit,lakukan informrd consent pada keluarga.
9) Hypotermi
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik sebagai berikut :
  1. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)
  2. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan
  3. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah
  4. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekresi bahan racun yang tidak diperlukan badan
  5. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi
  6. Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
A. Pengertian Hipotermia
Ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
  • Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal 36-37,5ºC.
  • Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.
B. Anatomi Fisiologi
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
C. Gejala Klinis
Tanda-tanda klinis hipotermia:
a. Hipotermia sedang:
  • Kaki teraba dingin
  • Kemampuan menghisap lemah
  • Tangisan lemah
  • Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
b. Hipotermia berat
  • Sama dengan hipotermia sedang
  • Pernafasan lambat tidak teratur
  • Bunyi jantung lambat
  • Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolic
c. Stadium lanjut hipotermia
  • Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
  • Bagian tubuh lainnya pucat
  • Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
  • punggung, kaki dan tangan    (sklerema) .
D. Etiologi
1. Prematuritas
2. Asfiksia
3. Sepsis
4. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
5. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
6. Eksposure suhu lingkungan yang dingin

E. Komplikasi
  1. gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
  2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
  3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
  4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

F. Penanganan
Intervensi :
1. Jelaskan pada anggota keluarga bahwa neonatus lebih rentan terhadap kehilangan panas.
2. Ajarkan tanda-tanda awal hipotermia : kulit dingin, pucat, menggigil.
3. Jelaskan perlunya minum air 8-10 gelas setiap hari
4. Jelaskan perlunya menghindari alkohol pada cuaca yang sangat dingin.
5. Ajarkan untuk mengenakan pakaian ekstra.

Jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
10) Tetanus Neonatorum
Definisi
Tetanus berasal dari kata eflex (Yunani) yang berarti peregangan. Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurofoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani yang ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat. Tetanus berasal dari bahasa Yunani “Tetanos” yang berarti peregangan. Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989).
Tetanus neonatorum adalah kejang-kejang yang dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma, kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih. (Ngastijah, 1987).
 Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani. Tetanus neonatorim adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh  kuman,clostridium tetani.
Tetanus neonatorium merupakan penyebab kejang yang sering di jumpai pada BBL yang di sebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotogan tali pusat atau perawatan tidak aseptik.
Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.

Etiologi
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.

Transmisi
Tetanus tidak ditularkan dari orang ke orang. Luka, baik besar ataupun kecil, menjadi jalan masuknya bakteri menyebab tetanus (Clostridium tetani), sekaligus menjadi tempat berkembang dan menghasilkan racun. Tetanus dapat mengikuti operasi elektif, luka bakar, luka tusuk yang dalam, luka menghancurkan, otitis media, infeksi gigi, gigitan hewan, aborsi, dan kehamilan.
Pengguna heroin, terutama mereka yang menggunakan jarum suntik secara subkutan dengan kina-potong heroin, berisiko tinggi terkena tetanus. Kina digunakan untuk mencairkan heroin dan benar-benar dapat mendukung pertumbuhan bakteri Clostridium tetani.
Selama 1998-2000, cedera akut atau luka seperti tusukan, laserasi, dan lecet menyumbang 73% dari kasus dilaporkan tetanus pada rakyat AS yang bekerja di bidang yang mempunyai risiko untuk tertusuk, luka, dan lecet.(7)

Patofisiologi
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk flex  dan berbiak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan eflex jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sungsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan.

Manifestasi Klinis
Gejala klinik tetanus neonatorum sangat khas sehingga masyarakat yang primitifpun mampu mengenalinya sebagai “penyakit hari kedelapan” (Jaffari, Pandit dan Ismail 1966). Anak yang semula menangis, menetek dan hidup normal, mulai hari ketiga menunjukan gejala klinik yang bervariasi mulai dari kekakuan mulut dan kesulitan menetek, risus sardonicus sampai opistotonus. Trismus pada tetanus neonatorum tidak sejelas pada penderita anak atau dewasa, karena kekakuan otot leher lebih kuat dari otot masseter, sehingga rahang bawah tertarik dan mulut justru agak membuka dan kaku (Athvale, dan Pai, 1965, Marshall, 1968). Bentukan mulut menjadi mecucu (Jw) seperti mulut ikan karper. Bayi yang semula kembali lemas setelah kejang dengan cepat menjadi lebih kaku dan frekuensi kejang-kejang menjadi makin sering dengan tanda-tanda klinik kegagalan nafas (Irwantono, Ismudijanto dan MF Kaspan 1987).
Kekakuan pada tetanus sangat khusus : fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai namun fleksi plantar pada jari kaki tidak tampak sejelas pada penderita anak. Kekakuan dimulai pada otot-otot setempat atau trismus kemudian menjalar ke seluruh tubuh, tanpa disertai gangguan kesadaran. Seluruh tubuh bayi menjadi kaku, bengkok (flexi) pada siku dengan tangan dikepal keras keras. Hipertoni menjadi semakin tinggi, sehingga bayi dapat diangkat bagaikan sepotong kayu. Leher yang kaku seringkali menyebabkan kepala dalam posisi menengadah.
Gambaran Umum pada Tetanus Neonatorum
1. Trismus (lock-jaw, clench teeth)
Adalah mengatupnya rahang dan terkuncinya dua baris gigi akibat kekakuan otot mengunyah (masseter) sehingga penderita sukar membuka mulut. Untuk menilai kemajuan dan kesembuhan secara klinik, lebar bukaan mulut diukur tiap hari. Trismus pada neonati tidak sejelas pada anak, karena kekakuan pada leher lebih kuat dan akan menarik mulut kebawah, sehingga mulut agak menganga. Keadaan ini menyebabkan mulut “mecucu” seperti mulut ikan tetapi terdapat kekakuan mulut sehingga bayi tak
2. Dapat menetek.
3. Risus Sardonicus (Sardonic grin)
Terjadi akibat kekakuan otot-otot mimic dahi mengkerut mata agak tertutup
sudut mulut keluar dan kebawah manggambarkan wajah penuh ejekan sambil menahan kesakitan atau emosi yang dalam.
4. Opisthotonus
Kekakuan otot-otot yang menunjang tubuh : otot punggung, otot leher, trunk muscle dan sebagainya. Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur, bertumpu pada tumit dan belakang kepala. Secara klinik dapat dikenali dengan mudahnya tangan pemeriksa masuk pada lengkungan busur tersebut. Pada era sebelum diazepam, sering terjadi komplikasi compression fracture pada tulang vertebra.
5. Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut seperti papan. Selain otot dinding perut, otot penyangga rongga dada juga kaku, sehingga penderita merasakan keterbatasan untuk bernafas atau batuk. Setelah hari kelima perlu diwaspadai timbulnya perdarahan paru (pada eflexe) atau bronchopneumonia.
6. Bila kekakuan makin berat, akan timbul kejang-kejang umum, mula-mula hanya terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya, lambat laun “masa istirahat” kejang makin pendek sehingga anak jatuh dalam status convulsivus.
7. Pada tetanus yang berat akan terjadi :
Gangguan pernafasan akibat kejang yang terus-menerus atau oleh karena spasme otot larynx yang bila berat menimbulkan anoxia dan kematian.Pengaruh toksin pada saraf otonom akan menyebabkan gangguan sirkulasi (akibat gangguan irama jantung misalnya block, bradycardi, tachycardia, atau kelainan pembuluh darah/hipertensi), dapat pula menyebabkan suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) atau berkeringat banyak hiperhidrosis).Kekakuan otot sphincter dan otot polos lain seringkali menimbulkan eflexealvi atau retention urinae. Patah tulang panjang (tulang paha) dan fraktur kompresi tulang belakang.

  
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Permasalahan yang sering terjadi :
  1. Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan.
  2. Oral Trush adalah kandidiasis selaput,lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum,gusi serta lantai mulut.
  3. Muntah dan Gumoh pengertian bayi yang kenyang sering mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya. Jika sedikit dimana volumenya kurang dari 10 cc disebut dengan bayi gumoh. Mengeluarkan atau regurgitasi susu yang telah diminum secara spontan dalam jumlah kecil, merupakan hal yang biasa pada bayi; biasanya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Namun, jika volumenya banyak dimana diatas 10 cc maka disebut dengan bayi muntah.
  4. Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata (normal berwarna ) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
  5. Milliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet, atau prickle heat.
  6. Kejang pada neonatus ialah suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
  7. infeksi farinetal adalah infeksipada neonatus yang terjadi pada masa antenatal,intranatal,postnatal
  8. Tetanus berasal dari kata eflex (Yunani) yang berarti peregangan.
  9. Hipotermy Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan normal 36-37,5ºC.




DAFTAR PUSTAKA


Maryani Dwi,dkk.2011.Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita.Trans Info Media,Jakarta
M.Rochmah k,dkk.2011.Panduan Belajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.EGC,Jakarta
Marmi, Rahardjo Kukuh.2012.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar,Yogyakarta
DepKes RI, 1992. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga.
Saifudin Abdul Bahri. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal. Jakarta: YBP_SP. 2002.
JHPIEGO. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir. Jakarta: Pusdiknakes 2003.
Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu 
A.Aziz Alimul, Hidayat. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
UU No.44 thn 2008  Pasal 1 angka 4.
Depkes RI 2009.