Latar Belakang Masalah Penelitian Kanker Payudara
Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena kanker. Jika tidak diambil tindakan pengendalian yang memadai, pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta di antaranya akan meninggal dunia karena kanker. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (UICC, 2009). Salah satu alasan semakin berkembangnya kanker tersebut disebabkan oleh rendahnya cakupan deteksi dini atau screening. Berdasarkan estimasi tahun 2002, hanya 5% perempuan di negara sedang berkembang yang mendapatkan pelayanan deteksi dini dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju (Hastuti, 2010).
Kanker payudara saat ini merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker paru-paru dan merupakan kanker paling banyak ditemui di antara wanita. Kasus kanker payudara di Amerika tercatat hampir 200.000 wanita yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari 40.000 meninggal akibat penyakit ini (Chen et al, 2010). Data terbaru dari American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker payudara.
Berdasarkan Age Standardized Ratio (ASR) di kebanyakan negara Asia, insidens kanker payudara masih lebih rendah walaupun angka mencakupi lebih dari 50 per 100.000 penduduk (world standardized rate) Filipina dan Pakistan (Bray, 2004). Namun yang harus diberi perhatian adalah dimana penderita kanker payudara di negara-negara Asia relatif berusia lebih muda (Park, 2008).
Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita (Luwia, 2009). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim 17% (Rasjidi, 2009). Berdasarkan data Global Burden of Cancer, angka kejadian kanker payudara di Indonesia sebanyak 26 per 100.000 perempuan (Bambang, 2010). Dokter spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto (2013) menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Kemenkes, 2013). Penyelidikan bagian Patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro) maupun registrasi kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur 40-49 tahun yakni 130 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Angka kejadian kanker payudara di provinsi Sulawesi Selatan menempati peringkat kedua setelah kanker rahim. Berdasarkan data dari rekam medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar jumlah pasien yang dirawat pada tahun 2009 ditemukan 72 kasus kanker payudara, dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi 132 kasus kanker payudara. Data kanker payudara provinsi Kalimantan Timur masih terfokus pada tiga kota besar yaitu Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Bontang. Menurut laporan yayasan kanker Indonesia (YKI) tahun 2011 data penderita kanker payudara di tiga kota besar ini lebih 2000 orang. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum A. Wahab Sjahranie rumah sakit Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 yang berdasarkan rujukan dengan diagnosis kanker payudara di Kalimantan Timur paling tinggi terdapat di daerah Balikpapan sebesar 616 pasien, daerah bontang sebesar 185 pasien dan untuk wilayah samarinda sebesar 174 pasien. Sementara di Provinsi Jawa Tengah Prevalensi kasus kanker sebesar 22.167 kasus, terdiri dari kanker servik 7.715 kasus (34,61%), kanker payudara 11.310 kasus (51,04%), kanker hati 2.130 kasus (9,61%), dan kanker paru-paru 1.006 kasus (4,54%) (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008, wilayah di Jawa Tengah dengan angka kejadian tertinggi berada di Semarang sebanyak 4215 kasus, diikuti Surakarta sebanyak 3829 kasus, Sukoharjo sebanyak 771 kasus, dan Kudus sebanyak 456 kasus.
Data yang diperoleh tahun 2012 dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh dari bulan Januari hingga Desember 2011 sebanyak 524 kasus yang terkena kanker payudara yang diantaranya berusia 15-24 tahun sebanyak 12 orang, usia 25-44 tahun sebanyak 191 orang, berusia 45-64 tahun sebanyak 260 orang, sedangkan pada usia 65 keatas sebanyak 61 orang, serta yang meninggal dunia sebanyak 13 orang (Rini, 2013).
Berdasarkan dari data yang diperoleh dapat dilihat kasus kanker payudara lebih sering di temukan sudah pada stadium lanjut, dan kebayakan penderita telah berusia diatas 40 tahun. Jika tanda dan gejala kanker payudara dapat diketahui sedini mungkin maka tingkat kesembuhan akan semakin tinggi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker payudara ini adalah dengan melaksanakan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI (Monty, 2012).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan deteksi dini kanker payudara yang paling banyak dianjurkan bagi setiap wanita. Caranya sangat mudah karena dilakukan oleh sendiri dan tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun. Tindakaan ini sangat penting karena lebih dari 90% tumor payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Nisman, 2011). Salah satu sasaran dari upaya pencegahan kanker payudara adalah remaja putri, untuk itu perlu diberikan informasi dan pengetahuan sejak dini mengenai Pemeriksaan peyudara sendiri sebagai deteksi dini kanker payudara. Melalui pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri maka akan menambah pengetahuan remaja putri sehingga mereka dapat meningkatkan status kesehatannya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 10 sisiwi SMA Negeri 1 Sakti, diperoleh data dari tanya jawab, bahwa 4 diantara mereka pernah mendengar tentang kanker payudara dan juga tentang SADARI namun kurang mengerti apa maksud dari SADARI itu sendiri, 6 diantara mereka bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai SADARI. Melihat hal ini, maka penyebarluasan tentang pengetahuan dan informasi mengenai SADARI perlu digalakkan, untuk meningkatkan kesadaran siswi melakukan pemeriksaan dini kanker payudara, sehingga untuk kedepannya SADARI dapat terus dilaksanakan dengan penuh kesadaran sendiri.
Melihat masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di SMA N 1 Sakti tahun 2014.