Sosiologi Kesehatan dan Teori Sosiologi


SOSIOLOGI KESEHATAN DAN TEORI SOSIOLOGI. Kalau Anda sudah mengambil mata kuliah seperti Pengantar Sosiologi atau Teori Sosiologi Klasik Anda tentunya masih ingat bahwa dalam sosiologi dijumpai banyak teoretisi dan bahwa mereka menghasilkan berbagai teori sosiologi. Lalu apa kontribusi mereka terhadap sosiologi kesehatan?

Mula-mula, perlu dicatat bahwa sejumlah teoretisi sosiologi klasik abad 19 dari Eropa telah memberikan kontribusi terhadap pemahaman kita mengenai faktor sosial dalam kesehatan. Contoh-contoh yang disajikan Cockerham (2003: 12 17) dan Cheek, et al. (1996: 226 229) ialah kajian Émile Durkheim (salah seorang perintis teori fungsionalisme) terhadap faktor-faktor sosial yang terkait dengan angka bunuh diri di berbagai kawasan di Eropa pada tahun 1897 dalam bukunya Le Suicide, dan tulisan Karl Marx dan Friedrich Engels (perintis teori konflik) di tahun 1845 mengenai hubungan antara rendahnya kesehatan buruh dengan eksploitasi dalam kapitalisme.

Istilah sosiologi medis sebenarnya telah berusia lebih dari 100 tahun karena diciptakan oleh Charles McIntire pada tahun 1894 (lihat Cockerham, 2003: 12 17). Meskipun sejak awal abad 20 hingga tahun 1930-an di Amerika Serikat terbit sejumlah publikasi mengenai hubungan antara faktorfaktor sosial dan bidang medis, Cockerham berpendapat bahwa baru di tahun 1940-an sosiologi medis baru dapat dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang mapan karena berhasil memperoleh dukungan dana penelitian terapan dalam jumlah besar dari pihak Pemerintah maupun swasta.
Perintis Sosiologi Medis: Talcott Parsons

Di tahun 1950-an pun muncul perkembangan baru: dalam bukunya: “The Social System” tokoh sosiologi Talcott Parsons menjelaskan kenyataan sosial di bidang medis dengan menggunakan teori sosiologi modern yang dikembangnya, yaitu fungsionalisme struktural.
Tokoh sosiologi modern selain Parsons yang juga dianggap memberikan kontribusi penting bagi sosiologi medis dan sosiologi kesehatan ialah Howard Becker, Erving Goffman, dan Foucault (lihat Cheek, et al., 1996:226 229). “The Student Physician: Introductory Studies in the Sociology of Medical Education”, karya Robert K. Merton dan rekanrekannya, mengkaji sosiologi pendidikan kedokteran; “Boys in White: Student Culture in the Medical School” karya Howard Becker dan rekanrekannya mengkaji proses pembelajaran mahasiswa kedokteran; “Asylum”, buku Erving Goffman, mengkaji karir moral para pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa; dan buku Michel Foucault “Madness and Civilization” mengkaji pengendalian sosial terhadap orang-orang yang dianggap sakit jiwa. Karya-karya tersebut meningkatkan pemahaman kita terhadap kesehatan dan penyakit ditinjau dari berbagai sudut pandang teori sosiologi. 
Para tokoh sosiologi tersebut berupaya menjelaskan kesehatan dengan menggunakan teori sosiologi yang sering berbeda dengan teori yang dianut tokoh lain. Dalam sosiologi medis dan kesehatan, seperti juga dalam cabang lain dalam sosiologi maupun dalam sosiologi umum pun dijumpai penggunaan teori yang berlainan. 
Dalam bukunya: “Society and Health: Social Theory for Health Workers” Cheek, et al. (1996) menyebutkan berbagai teori yang digunakan di dalam sosiologi medis dan kesehatan yaitu pemikiran fungsionalisme klasik, pemikiran fungsionalisme modern, pemikiran Marxis, pemikiran Weber, pemikiran tindakan sosial, fenomenologi, etnometodologi, konstruksionisme sosial, teori kritis, pascamodernisme Foucault, pasca strukturalisme Derrida, dan feminisme.


Baca Juga :

Dalam Buku Materi Pokok ini tidak akan membatasi diri pada suatu sudut pandang teoretis tertentu saja, tetapi akan menyajikan berbagai sudut pandang yang berlainan. Bagaimanakah keadaan (state of the arts) sosiologi kesehatan di masa kini? Sebagaimana telah disampaikan pada artikel sebelumnya, berkembangnya sosiologi medis dapat disimpulkan dari berbagai indikator, seperti pendidikan, penelitian, dan publikasi. Hal sama berlaku pula bagi sosiologi kesehatan. Salah satu indikator mengenai perkembangan sosiologi medis maupun sosiologi kesehatan ialah semakin banyaknya organisasi terkait, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. American Sociological Association (ASA) mempunyai seksi sosiolog medis; dalam The Australian Sociology Association (TASA) dijumpai kekhususan sosiologi kesehatan. 

Di kawasan Eropa terdapat the European Society for Health and Medical Sociology (ESHMS). Research Committee on Sociology of Health, yang merupakan bagian dari International Sociological Association (ISA) pun melaksanakan kajian sosiologi kesehatan. Indikator lain ialah semaraknya jurnal di bidang sosiologi medis dan kesehatan. Di Amerika Serikat, antara lain terdapat Journal of Health and Social Behavior, yang berafiliasi dengan ASA; Journal of Sociology and Social Welfare; Journal of Health Politics, Policy, and Law. Di Inggris: Social Theory and Health, yang berafiliasi dengan ESHMS; Sociology of Health and Illness: A Journal of Medical Sociology; Health: An Interdisciplinary Journal for the Social Study of Health, Illness, and Medicine; Journal of Aging Studies; The Milbank Quarterly: A Multidiscipinary Journal of Population Health and Health Policy. Di Australia dijumpai Health Sociology Review, yang berafiliasi dengan TASA. Judul berbagai jurnal tersebut mencerminkan keanekaragaman dalam perhatian para sosiolog medis dan kesehatan. Ada yang mengkhususkan diri pada teori; ada yang mengkhususkan diri pada segi tertentu seperti kesehatan mental atau usia lanjut atau pada segi kebijakan. 

Luasnya ruang lingkup sosiologi medis dan kesehatan menunjukkan bahwa bagi mereka yang berminat mendalaminya terbuka peluang luas untuk mengikuti pendidikan, melakukan penelitian untuk memperluas wawasan dan ruang lingkup ilmu, dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki