Dalam
sosiologi medis dikenal klasifikasi yang pada tahun 1957 dikemukakan
oleh seorang sosiolog medis, Robert Straus (lihat Wolinsky, 1980: 38 57
dan Cheek, et al., 1996: 228). Straus membedakan antara sosiologi
mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurut
definisi Straus sosiologi mengenai bidang medis (sociology of medicine)
terdiri atas kajian terhadap faktor seperti “..the organizational structure,
role relationships, value systems, rituals and functions of medicine as a system of
behavior...” (Wolinsky, 1980: 39).
Apa yang
dimaksudkan Straus dengan perumusan ini? Hal yang perlu diperhatikan
ialah bahwa bidang medis di sini dirumuskan sebagai suatu sistem
perilaku (a system of behavior). Dalam bidang medis, seperti juga dalam bidang
kehidupan lain, perilaku para pemeran yang terlibat di dalamnya
membentuk suatu sistem. Sistem tersebut melibatkan semua pemeran yang
terlibat dalam proses pengidentifikasian, penyembuhan dan pencegahan
penyakit, seperti dokter (umum, spesialis, subspesialis), tenaga paramedis,
tenaga nonmedis, pasien. Straus
menjabarkan beberapa faktor yang menjadi pokok kajian sosiologi
medis. Faktor pertama ialah struktur organisasi (organizational structure).
Sistem perilaku di bidang medis memang mempunyai struktur organisasi, yang dapat berbeda satu dengan yang lain. Ada sistem perilaku yang struktur organisasinya sederhana, dan ada pula yang strukturnya kompleks. Ada sistem yang hanya melibatkan sejumlah kecil peran dan ada yang melibatkan sejumlah besar peran.
Sistem perilaku di bidang medis memang mempunyai struktur organisasi, yang dapat berbeda satu dengan yang lain. Ada sistem perilaku yang struktur organisasinya sederhana, dan ada pula yang strukturnya kompleks. Ada sistem yang hanya melibatkan sejumlah kecil peran dan ada yang melibatkan sejumlah besar peran.
Struktur organisasi suatu pos pelayanan
terpadu, praktik umum dokter, klinik bersalin atau pusat kesehatan masyarakat,
misalnya, jauh lebih sederhana daripada struktur organisasi suatu rumah sakit
umum/khusus atau suatu rumah sakit pendidikan.
Baca Juga :
Baca Juga :
Kedua,
sosiologi medis juga mempelajari hubungan peran (role relationships).
Hubungan peran dalam sistem perilaku medis tidak hanya terbatas pada
hubungan antara tenaga medis dengan pasien, tetapi mencakup segala bentuk
hubungan peran yang terkait dengan kegiatan medis seperti hubungan
antara dokter dengan perawat, dengan karyawan nonmedis, dengan pengelola
rumah sakit; hubungan antara sesama dokter, seperti antara dokter umum dengan
dokter spesialis atau antara dokter spesialis dengan keahlian berbeda yang
dalam menangani seorang pasien harus bekerja sama sebagai suatu tim;
hubungan antara dosen-mahasiswa fakultas kedokteran di poliklinik
rumah sakit; hubungan antara sesama tenaga paramedis atau nonmedis, dan
seterusnya.
Di bidang medis
dijumpai berbagai sistem nilai (value systems), yang juga menjadi
pokok kajian ketiga dari sosiologi medis. Dalam berbagai aturan yang
dijunjung tinggi di bidang medis, misalnya, tercantum berbagai nilai penting.
Beberapa di antaranya dapat kita jumpai dalam lafal sumpah dokter
Indonesia, seperti nilai pengutamaan kesehatan penderita, penghormatan
pada insan, dan penghormatan serta rasa terima kasih kepada para guru
(Lumenta, 1989:101 102).
Faktor keempat, dalam bidang medis terdapat berbagai macam ritual (rituals).
Penyelesaian pendidikan sarjana kedokteran, misalnya, ditandai dengan ritual
penyerahan ijazah, sedangkan penyelesaian pendidikan spesialis
ditandai dengan ritual penyerahan brevet spesialis. Sebelum menjalani
profesi sebagai dokter seorang lulusan fakultas kedokteran harus terlebih
dahulu mengikuti ritual sumpah/janji dokter. Dalam berbagai organisasi
kompleks di bidang medis, seperti fakultas kedokteran dan rumah sakit pun
dijumpai berbagai ritual, baik yang melibatkan sesama tenaga medis maupun
yang melibatkan tenaga medis, tenaga nonmedis dan pasien. Ritual yang
mungkin pernah kita saksikan, misalnya, ritual penerimaan pasien di
rumah sakit, seperti pengisian formulir pendaftaran, penyelesaian urusan uang
jaminan atau bukti asuransi, pemakaian seragam rumah sakit.
Ada pula
ritual yang terkait dengan kunjungan keluarga ke pasien yang sedang
dirawat, ritual yang menyangkut penglepasan pasien dari rumah sakit, ritual
berkenaan dengan pasien yang meninggal di rumah sakit, ritual penyerahan
jenazah pasien kepada keluarganya, ritual yang berhubungan dengan otopsi.
Kelima, bidang
medis sebagai suatu sistem perilaku juga mempunyai berbagai
fungsi (functions). Fungsi di bidang medis kita artikan sebagai peran berbagai
kegiatan dalam menunjang keberadaan dan kesinambungan kesehatan
individu dan masyarakat. Apabila kita mengacu pada pandangan Mechanic
(1968: 3) mengenai berbagai tugas bidang medis yang telah disebutkan di
atas maka fungsi bidang medis, antara lain kegiatan pengidentifikasian,
pengobatan, dan pencegahan penyakit karena kegiatan tersebut
menunjang keberadaan dan kesinambungan kesehatan individu dan masyarakat.
Straus
berpandangan bahwa kajian terhadap beberapa faktor tersebut selayaknya dilaksanakan oleh orang yang menempati posisi mandiri di luar bidang medis.
Straus memandang sosiologi mengenai bidang medis ini sebagai kajian
sosiologis terhadap bidang medis oleh sosiolog yang berada di luar bidang
medis, seperti para sosiolog yang bekerja di jurusan sosiologi (Wolinsky,
1980: 39). Wolinsky melihat bahwa dalam pandangan Straus, kajian
sosiologi mengenai bidang medis ini terutama bertujuan mengembangkan
sosiologi; untuk menguji prinsip dan teori sosiologi. Dari berbagai
perumusan ini nampak bahwa sosiologi mengenai bidang medis merupakan
kajian terhadap bidang medis oleh para sosiolog yang berada di luar bidang
medis, dengan tujuan utama, yaitu memanfaatkan data dari bidang medis
untuk keperluan pengembangan konsep dan teori sosiologi. Masalah apa
sajakah yang menjadi pokok perhatian sosiologi mengenai bidang medis?
Menurut Kendall dan Reader (dalam Wolinsky, 1980: 41), sosiologi
mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi
profesi dan sosiologi organisasi. Pokok-pokok bahasan utama yang mereka
sebutkan ialah rekrutmen dan pendidikan para dokter, hubungan antara para
dokter dengan pemeran lain dalam perangkat peran (role-set) mereka,
organisasi medis, dan pengembangan kesehatan masyarakat. Pendidikan
para dokter merupakan suatu topik yang mendapat perhatian khusus para
sosiolog. Salah satu hasil penelitian terhadap pendidikan dokter yang terkenal
ialah karya Robert K. Merton dan rekan-rekan, The Student Physician:
Introductory Studies in the Sociology of Medical Education dan Howard Becker
dan kawan kawan, Boys in White: Student Culture in the Medical School
(Mechanic, 1968: 7).
Sosiologi
dalam bidang medis (sociology in medicine), di lain pihak didefinisikan
Straus sebagai “penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan
pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin”
(collaborative research or teaching often involving the integration of concepts,
techniques and personnel from many disciplines. Lihat Wolinsky,
1980: 39).
Menurut Wolinsky yang dimaksudkan Straus dalam perumusannya
ini ialah penerapan keahlian sosiolog maupun ahli ilmu sosial lain di dalam
bidang medis. Straus, dalam pandangan Wolinsky, di sini mengacu pada
diperkenalkan dan digunakannya konsep serta penelitian sosiologi agar
sosiologi dapat dimanfaatkan dalam bidang medis sebagai suatu ilmu
terapan (applied science). Dari pandangan ini nampak bahwa dalam proses pengidentifikasian, pengobatan, penyembuhan, pemberantasan dan pencegahan
penyakit disiplin sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis