Makalah Filsafat Pendidikan: Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidikan, mengajar, dan melatih yang di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mencakup kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Pendidikan menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan
Download Makalah Filsafat Pendidikan PDF
Makalah Filsafat Pendidikan pdf
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara etimologis filsafatdalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Yunani;philosophia. Yang terdiri dari kata philen = mencintai, philis = cinta dan sophia = kebijaksanaan. Sehingga arti harafiahnyaadalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Jadi kata majemuk “philosophia”berarti “daya upaya pemikiran dan renungan manusia untuk mencari kebenaran ataukebijaksanaan”.
Menurut Prof. Dr. Muhammad Yamin, bahwa pengertian Yunani“philosophos” itu mula-mula muncul untuk menandingi kata “sophos” yang berarti “Si tahu” atau “Si pandai”yang merasa dirinya telah memiliki kebenaran dalam genggamannya.
Sedangkan philo-sophos dalam segalakerendahan hati hanya mencari dan mencintai yang masih terus bergerak dalamperjalanan, bagaikan musafir setia berjalan terus menuju ke arah kebenaransejati. Adapun makna kedua dari pengertian filsafat adalah usaha pemikiran danrenungan manusia dengan akal dan kalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secarasistematis, fundamental, universal, integral, dan radikal untuk mencari danmenemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, kebenaran, dan kearifan) (Ismaun,2010 : 2-4).
Dari pengertian ini, orang dapat memahami bahwa tujuan filsafat, pada mulanya adalah mulia. Yakni, memuat orang cinta kebijaksanaan, dan seterusnya menjadi bijaksana. Filsafat merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada rasio (akal), dan karena rasio (akal) adalah anugerah Allah, maka capaiannya kadang-kadang bisa benar.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang filsafat pendidikan beserta cabang-cabangnya!
BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidikan, mengajar, dan melatih yang di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mencakup kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan.
Pendidikan menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan, antara lain:
1. Adanya hubungan edukatif yang baik antara guru dan peserta didik,
2. Adanya metode pendidikan yang sesuai,
3. Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, dan
4. Adanya suasana yang mendukung pembelajaran.
B. Objek dan Status Filsafat Ilmu Pendidikan
Istilah filsafat ilmu pendidikan ditemukan dalam karangan B. Othanel Smith, yang berjudul Philosophy of Educational. Menurut Smith, dewasa ini studi filosofis tentang ilmu pendidikan baru merupakan tingkat permulaan yang diawali dengan analisis kritis terhadap konsep-konsep psikologi pendidikan. Secara lebih konseptual, filsafat ilmu pendidikan dapat dibatasi sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset, baik kuantitatif maupun kualitatif. Apabila ditinjau dari filsafat pendidikan sebagai filsafat khusus, maka filsafat ilmu pendidikan merupakan bagian dari filsafat pendidikan yang menyelidiki pendidikan sebagai ilmu.
C. Substansi dan Struktur Ilmu Pendidikan
Lenzen meninjau ilmu dari segi morfologis atau bentuk substansinya, sebagai pengetahuan sistematis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan. Ditinjau dari substansi atau isinya, ilmu pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa organisasi isi ilmu pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsep tentang variabel-variabel pendidikan dan bagian-bagian yang berupa skema konseptual tentang komponen pendidikan.
Model-model teoretis adalah seperangkat konsep-konsep yang saling berkaitan erat yang membentuk sebuah pandangan tentang kehidupan. Dengan demikian, berkembanglah berbagai teori substansif tentang metode mengajar. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. metode ceramah dari kaum Sofis,
2. metode dialektik dari Socrates,
3. metode scholastisism,
4. metode pengamatan alami, dan
5. metode langkah-langkah formal mengajar dari Herbart.
Sebuah teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihwal pendidikan yang disajikan dalam bentuk sebuah sistem konsep. Apabila ditinjau dari segi keluasannya, menurut TW Moore, teori pendidikan dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu teori-teori umum pendidikan dan teori-teori khusus pendidikan. Apabila ditinjau dari segi tujuan penyajiannya, teori-teori pendidikan dapat dibedakan dalam dua kelompok juga, yaitu teori-teori pendidikan preskriptif dan teori-teori pendidikan deskriptif.
Setiap filsafat pendidikan bertujuan mengemukakan sebuah sistem konsep keseluruhan ihwal pendidikan yang terbaik menurut pandangan atau aliran tertentu. Setiap cabang ilmu pendidikan bertujuan menggambarkan apa adanya keadaan empirik sebuah aspek yang menjadi ihwal pendidikan secara sistematis dan cermat argumentatif.
D. Status Ilmu Pendidikan
Konsep-konsep pendidikan yang menjadi unsur isi ilmu pendidikan mempunyai dua fungsi. Informasi adalah sekelompok konsep yang berfungsi menggambarkan atau menyimpulkan fakta tentang gejala-gejala yang berkenaan dengan ihwal pendidikan. Herbert Spencer sebagai filosof, bukan saja sebagai seorang filosof ilmu, tetapi juga sebagai seorang filosof pendidikan. Spencer membedakan pengetahuan manusia dalam tiga tingkatan, yaitu pengetahuan umum, pengetahuan yang tersusun rapi, dan pengetahuan yang tersusun rapi secara lengkap menjadi sebuah sistem yang komprehensif. Konsep-konsep pendidikan yang dipaparkan oleh Spencer bukanlah sebuah ilmu, tetapi sebuah filsafat pendidikan yang bertumupu pada pandangan naturalisme positivistik atau naturalisme berdasarkan ilmu.
Oleh karena itu, fungsi pendidikan adalah mempersiapkan setiap individu untuk dapat hidup sempurna, melalui pendidikan intelektual, moral, dan jasmani dengan cara menguasai ilmu tentang hidup. Pertanyaan tentang cara mengajar yang benar harus dipertimbangkan berdasarkan penilaian dari pendidik-pendidik yang sangat cakap dan terkemuka. Studi tentang metode dalam mengajar merupakan studi tentang cara yang terbaik dalam melakukan apa yang harus dilakukan dengan cara tertentu. Penggunaan metode dalam mengajar harus dilihat bahwa mata pelajaran yang diajarkan terwujud dalam pengalaman siswa.
E. Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan
Peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuk yang lebih terperinci lagi, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan. Pendidikan merupakan usaha untuk merealisasikan ide-ide ideal dari filsafat menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, dan pembentukan kepribadian.
Hal senada diuangkapkan oleh Brauner: Education and philosophy are inseparable because the end of education is the end of philosophy (wisdom), and the means of philosophy is the means of education inquiry, which alone can lead to wisdom. Ide senada juga dikemukakan oleh Kilpatrick dalam bukunya “Philosophy of Educations”, yang berbunyi sebagai berikut (dalam Noor, 1986). Philosophy and education are, then, but two stages of the same endeavor; philosophizing to thing out better values and idealism education to realize these in life, in human personality. Education, acting out of the best direction philosophizing can give, tries, beginning primarily with the young, to lead people to build criticized values into their characters, and in this way to get the highest ideals of philosophy progressively embodied an their lives.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar Pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan.
Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Tujuan proses perkembangan itu secara almiah adalah kedewasaan, sebab potensi manusia yang paling alamiah adalah bertumbuh menuju tingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan dapat terwujud apabila prakondisi almiah dan sosial manusia bersangkutan memungkinkan untuk perkembangan tersebut, misalnya iklim, makanan, kesehatan, dan keamanan, relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.
Kedewasaan yang bagaimanakah yang diinginkan dicapai oleh manusia, apakah kedewasaan biologis-jasmaniah, atau rohaniah (pikir, rasa, dan karsa), atau moral (tanggung jawab dan kesadaran normatif), atau kesemuanya. Persoalan ini adalah persoalan yang amat mendasar, yang berkaitan langsung dengan sisitem nilai dan standar normatis sebuah masyarakat (Noor, 196).
Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan dan menerima pendidikan. Oleh karena itu pendidikan memerlukan filsafat. Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan uncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalamaan maupun fakta faktual, dan tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh ilmu.
Tujuan pendidikan selalu berbungan langsung dengan tujuan kehidupan individu dan masyarakat penyelenggara pendidikan. Hubungan antar filsafat dengan pendidikan adalah, filsafat menelaah suatu realitas dengan luas dan menyeluruh, sesuai dengan karateristik filsafat yang radikal, sistematis, dan menyeluruh. Konsep tentang dunia dan tujuan hidup manusia yang merupakan hasil dari studi filsafat, akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Nantinya membangun sistem pendidikan dan praktek pendidikan akan dilaksanakan berorientasi kepada tujuan pendidikan ini. Brubacher (1950).
Filsafat pendidikan tidak hanya terbatas pada fakta faktual, tetapi filsafat pendidikan harus sampai pada penyelasaian tuntas tentang baik dan buruk, tentang persyaratan hidup sempurna, tentang bentuk kehidupan individual maupun kehidupan sosial yang baik dan sempurna. Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari ide-ide filsafat. Dengan kata lain filsafat memberikan asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelengaraan pendidikan.
F. Cabang-Cabang Ilmu Filsafat Pendidikan
A. Ontologi
Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being qua being). Sementara itu, Mulyadi Kartanegara menyatakan bahwa ontology diartikan sebagai ilmu tentang wujud sebagai wujud, terkadang disebut sebagai ilmu metafisiska. Metafisika disebut sebagai “induk semua ilmu” karena ia merupakan kunci untuk menelaah pertanyaan paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, yakni berkenaan dengan hakikat wujud.
Mulla Shadra berpendapat ‘Tuhan sebagai wujud murni’. Hal ini dibenarkan oleh Suhrawardi bahwa alam merupakan emanasi. Alam merupakan manifestasi (tajalli). Sedang Plato berpendapat bahwa cunia yang sebenarnya adalah dunia ide. Dunia ide adalah sebuah dunia atau pikiran univewrsal (the universal mind). Aristoteles tidak menyangsikan pendapat gurunya (Plato), hanya saja dia lebih percaya bahwa yang kita lihat adalah riil.
Sedangkan Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Kita tidak tahu pasti apa yang dimaksudkannya dengan itu, dia mungkin percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari air dan seluruh kehidupan kembali ke air lagi ketika sudah berakhir.
1) Metodis : Menggunakan cara ilmiah.
2) Sistematis : Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam satu keseluruhan.
3) Koheren : Unsur – unsur harus bertautan tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
4) Rasional : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis)
5) Komprehensif : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
6) Radikal : Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya.
7) Universal : Muatan kebenaranya sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja.
1. Hubungan antara ontologi dengan pendidikan
Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan.Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.
2 . Hubungan antara epistemologi dengan pendidikan
Hubungan epistemologi dengan pendidikan adalah untuk mengembangkan ilmu secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.
B. Epistemologi
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah pengetahuan . Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.
Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:
1. Rasionalisme : Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan.
2. Empirisme : Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra karena ilmu atau pengalam impiris.
C. Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axiosyang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilali merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh setiap insan.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu:
a) Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
b) Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Hubungan antara aksiologi dengan pendidikan
Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan,menyelidiki hakikat nilai,serta berisi mengenai etika dan estetika.Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia. Dasar Aksiologis Pendidikan adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Objek filsafat, objek itu dapat berwujud suatu barang atau dapat juga subjek itu sendiri contohnya si aku berfikir tentang diriku sendiri maka objeknya adalah subjek itu sendiri.
Download Makalah Filsafat Pendidikan PDF
PDF Lengkap PDF WORD