Tentang Integritas Diri (Materi Bimbingan Konseling)

Bimbingan Konseling - Setiap manusia mengalami perkembagnan, baik fisik, emosi, social, kognitif (pikiran), maupun spiritual. Sebagai pribadi, manusia mengingnkan keseimbangan dalam perkembangan fisik, emosi, social, kognitif (pikiran), dan spiritualnya.

Untuk dapat berkembang secara seimbang, setiap kebutuhan manusia harus terpenuhi dengan cukup. Misalnya, ketika merasa lapar, manusia perlu makan. Ketika manusia tidak tahu tentang sesuatu, manusia perlu belajar. Ketika manusia merasa sedih, manusia perlu sedikit tertawa agar merasa senang. Ketika manusia merasa kesepian, manusia perlu bergaul dengan teman. Ketika manusia merasa hidupnya “kering”, manusia perlu ibadah agar hidup lebih sejuk dan bermakna.

Pengertian Integritas Diri. buku Tantangan Membina Kepribadian disebutkan beberapa kebutuhan manusia

Kebutuhan Dasar Manusia

Dalam buku Tantangan Membina Kepribadian disebutkan beberapa kebutuhan manusia. Kebutuhan itu mencakup kebutuhan jasmani, kebutuhan intelektual, kebutuhan emosional, kebutuhan social, dan kebutuhan rohani. Penjelasan berbagai kebutuhan dasar manusia dapat dilihat berikut ini.

1. Kebutuhan Jasmani/Fisik

Kebutuhan jasmani yang utama adalah pangan (makan), sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal). Namun, di antara kebutuhan jasmani tersebut terdapat kebutuhan yang paling utama, yaitu kebutuhan makan. Jika kebutuhan akan makan sudah terpenuhi dengan baik, kesehatan dan kebugaran akan tetap terjaga karena gizi sudah terpenuhi. Untuk menjaga kebugaran tubuh, kita juga perlu berolahraga dan beristirahat dengan cukup.

2. Kebutuhan Intelektual

Sebagai manusia, kita harus mengenal diri sendiri dan perlu mengenal dunia sekitar. Dunia sekitar kita sangat cepat berkembang dan bahkan sangat maju. Oleh karena itu, dibutuhkan perkembangan intelektual, agar tidak tertinggal dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Kebutuhan intelektual biasanya, dikaitkan dengan kecerdasan otak, pemikiranrasional, pemikiran logis, serta kemampuan akademis. Kecerdasan intelektual , yaitu kecerdasan yang menitikberatkan kemampuan pikiran/rasio untuk menganalisis atau kemampuan untuk menggunakan informasi intelektual.

Yang termasuk kecerdasan intelektual adalah memiliki kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau memiliki pengetahuan tentang suatu hal. Misalnya, Rudi mengguankan kemampuan matematikanya untuk menghitung hasil penjualan kue.

Menurut Mas Udik Abdullah dalam buku yang berjudul Meledakkan IESQ dengan Takwa dan Tawakal, kinerja akal dapat dioptimalkan dengan cara-cara berikut.

  • Mengatur pola makan. Makanan yang baik adalah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh dan bermanfaat untk meningkatkan kenerja tubuh. Jika kinerja tubuh bisa bekerja secara optimal, maka kemampuan berpikir seseorang akan meningkat. Hal ini disebabkan otak dan seluruh syaraf tubuh juga akan bekerja dengan baik dan optimal.
  • Belajar dengan cara yang benar. Hal tersebut berkaitan dengan usaha untuk memiliki kemauan yang kuat dalam memperkaya pengetahuan, keterampilan, disiplin, berani menghadapi kesulitan dalam belajar, rajin, tekun, rajin membaca, bertanya jika tidak tahu, dan sebagainya.
  • Tidak malas mengulang pelajaran. Misalnya, dengan mengingat-ingat apa yang pernah dipelajari.
  • Tidak menyia-nyiakan waktu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat dan merusak, seperti menonton film atau membaca cerita yang mengandung unsure pornografi.

3. Kebutuhan Emosional

Kebutuhan emosional sering disebut sebagai kebutuhan psikologis. Kebutuhan emosional meliputikemampuan menerima diri, kasih saying, rasa aman, kebebasan, dan kesuksesan. Dengan terpenuhinya kebuthan-kebutuhan emosional tersebut seseorang akan meningkatkan energy mentalnya dlam menumbuhkan kreativitas. Misalnya, orang yang bahagia dan mendaptkan cukup perhatian dari orangutan akan mengembangkan dunia di luar dirinya, seperti mencari informasi.

Daniel Goleman dalam buku Emotional Intelligence menyatakan bahwa keberhasilan dalam kehidupan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan kita dalam mengelola emosi daripada kecakapan intelektual

(IQ) kita. Kecerdasan intelektual tidak ada nilainya jika emosi lebih dan tidak terkendali. Misalnya, berapa banyak orang yang meiliki skor IQ tinggi, namun gagal meraih prestasi karena sikapnya yang sering marah-marah dan mudah putus asa.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk “mendengarkan” bisikan emosi. Selain itu, kecerdasan emosional dapat menjadi sumber informasi penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan. Kecerdasan emosional juga mencakup kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya saat menghadapi situasu yang menyenangkan ataupun menyakitkan. Misalnya, orang yang memilii kecerdasan emosional tinggi tidak akan meminta sesuatu ketika orangtuanya sedang sedih atau kesal. Orang tersebut akan berpikir bahwa hal itu akan semakin memperburuk suasana dan ia tidak akan mendapat sesuatu yang diinginkan.

Kecerdasan emosional mencakup lima bidang utama, yaitu mengelola emosi (menunda kepuasan dan mengendalikan dorongan), mampu memotivasi diri dan disiplin diri untuk mencapai keinginan, mengetahui emosi seseorang, mempertimbangkan emosi orang lain, serta menangani hubungan antara dirinya dan orang lain.

Kebutuhan emosional dapat diupayakan sejak kanak-kanak dari orangtua mereka. Jika terus-menerus keperluan emosional seseorang terpenuhi, kecerdasan emosionalnya juga cenderung tinggi.

Meningkatkan kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.

1. Melatih diri agar bersikap tenang

Orang yang tidak tenang tidak akan punya kemampuan berpikir jernih, sehingga langkah yang ditempuhnya cenderung tidak memiliki perhitungan baik dan buruk. Jika menghadapi masalah atau kejadian apa pun, cobalah diam sesaat, tarik napas panjang, lalu keluarkan secara perlahan-lahan. Ucapkan dengan penuh penghayatan sebuah kalimat baik, misalnya “itu hal yang mudah”, “Tuhan, tolong aku”, atau “Aku pasti bisa menyelesaikannya”.

2. Berpikir sebelum bertindak.

Manusia diberikan kelebihan oleh Tuhan berupa akal. Oleh karena itu, syukurilah nikmat tersebut. Caranya, gunakanlah akal tersebut untuk membedakan mana perilaku yang baik dan yang buruk. Akal juga dapat membuat kita mengetahui hall-hal yang bermanfaat dan yang merusak.

3. Memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri.

Setiap orang ingin diperlakukan dengan baik. Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik dapat memahami apa yang diinginkan dirinya dan orang lain sebagaimana dirinya ingin diperlakukan.

4. Sabar (menerima dengan ikhlas).

Sabar itu meliputi sabar dalam menjalankan kebaikan, sabar dalam menjauhi yang berbahaya, dan sabar dalam menghadapi ujian hidup. Misalnya, ketika menghadapi kekalahan, cobalah menerimanya dengan ikhlas.

5. Menundukkan hawa nafsu.

Cobalah menahan segala nafsu yang dianggap dapat membuat situasi menjadi lebih buruk. Pikirkan apa dampaknya jika kita mengikuti hawa nafsu yang negative. Misalnya, jika teman kita menyebar berita bohong tentang kita, tahanlah rasa marah kita. Caranya, tidak marah di depan orang banyak. Berpikirlah bahwa marah di depan umum dapat merusak nama baik kita. Temukanlah cara yang bijak untuk menegur kesalahannya. Temui ia secara pribadi. Lalul tanyakan alas an ia melakkukan hal itu. Setelah itu, mintalah ia untuk memperbaiki nama baik kita.

4. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan social adalah kebutuhan yang berhubungan degnan orang lain. Kebutuhan ini tibul didasari pemahaman bahwa manusia merupakan makhluk social. Kebutuhan social antara lain penerimaan dan perhatian, status dan penghargaan, ambil bagian dan kerja sama, serta persahabatan dan cinta.

Kebutuhan social dapat terjadi pada setiap orang yang ingin diterma dan diperhaitkan dalam suatu kelompok. Jika kita ditolak oleh kelompok tertentu, kita cenderung merasa kurang berharga. Oleh karena itu, kita akan berupaya agar ada anggota kelompok yang mau bermain dengan kita.

Kebutuhan akan status dan penghargaan juga diperlukan dalam kehidupan. Status berkaitan dengan kedudukan seseorang di antara orang lain. Misalnya, status sebagai pelajar, ketua kelas, kapten kesebelasan, dan ketua RT. Penghargaan adalah perhatian dalam bentuk respon positif, seperti kekaguman atau pujian dari orang lain.

Kebutuhan berpartisipasi dan bekerja sama juga sangat penting, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Misalnya, menjadi salah satu panitia dalam perayaan 17 Agustus atau menjadi salah satu kakak asuh bagi anak yang tidak mampu. Alangkah tidak enaknya jika kita menyendiri atau bahkan dikucilkan oleh teman. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam suatu aktivitas membuat kita merasa dihargai, berarti, dan bermanfaat bagi orang lain. Kita akan bangga terhadap kesuksesan yang dicapai secara berkelompok, baik bersama teman-teman maupun organisasi.

Persahabatan dan cinta juga termasuk kebutuhan social yang menuntut pemenuhan kebutuhan. Hidup tanpa sahabat dan orang yang dicintai akan terasa hambar dan tidak bergairah. Persahabatan adalah bentuk cinta yang sederhana. Dengan sahabat, kita dapat menumpahkan perasaan, rahasia, atau sekadar berbagi cerita.

Kita juga ingin mencintai dan dicintai. Dengan cinta, kita dapat berjuang menghadapi tantangan hidup. Kebutuhan akan cinta tidak selalu didapat melalui lawan jenis. Rasa cinta dapat diperoleh melalui orang-orang di sekitar kita, seperti orangtua, adik, kakak, saudara, atau teman. Inilah kebutuhan akan cinta yang terpenting.

5. Kebutuhan Rohani (Spiritual)

Kebutuhan rohani berhubungan dengan cinta Tuhan, penyelamatan, cita-cita, dan watak. Mengenal Tuhan tidaklah cukup. Kita juga harus mencintai-Nya karena Tuhan juga mencintai kita sebagai umat manusia.

Selain kecerdasan intelegensi dan kecerdasan emosional, kita juga harus mengenal kecerdasan spiritual. Seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan rohani berarti mempunyai kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi/baik.

Kecerdasan spiritual dapat dipahami dengan kekuatan intuisi yang tajam untuk melihat kebenaran yang paling dalam. Kecerdasan ini akan masuk ke dalam tahap kesadaran dan tahap penghayatan hidup, sehingga membuat kita hidup lebih toleran, terbuka, jujur, adil, dan penuh cinta. Dari kecerdasn itulah, kita dapat menuju ke dalam kearfan dan dapat meraih kebahagiaan spiritual. Kecerdasan spiritual itu sendiri berada di seputar jiwa dan bersifat mempersatukan.

Menurut Kisdarto Atmosoeprapto dalam bukunya yang berjudul Temukan Kembali Jati Diri Anda, indikasi dai SQ yang telah berkembang dapat dilihat berikut ini.

  1. Luwes atau fleksibel dan mudah menyesuaikan diri. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ia yakin Tuhan memberikan berbagai potensi untuk dikembangkan. Ia juga yakin bahwa Tuhan akan selalu menjaga setiap hamba-Nya. Oleh karena itu, ia menganggap situasi atau hal baru sebagai tantangan yang dapat mengembangkan dirinya, sehingga membantunya mudah menyesuaikan diri dalam kondisi dan situasi apapun.
  2. Mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan lebih mengenal siapa dirinya, bagaimana sifat dan karakternya dalam menghadapi suatu situasi, apa tujuan hidupnya, serta apa tugas dan kewajibannya. Ia juga akan memegang teguh prinsip hidupnya.
  3. Kuat dalam menghadapi kesulitan. Orang yang memiliki kecerdasanspiritual akan mampu menemukan sisi positif dari setiap kejadian. Setiap kesulitan akan dimaknaisebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan keterampilan diri. Ia yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar batas kesanggupan haba-Nya. Oleh karena itu, ia akan menjalani segala kesulitan dengan penuh kesabaran.
  4. Terinspirasi oleh visi dan nilai-nilai. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan berpikir sebelum melakukan sesuatu. Ia akan melakukan sesuatu yang sesuai dengan visi dan nilai-nilai yang diyakininya. Misalnya, ia tidak berbohong karena berbohong dilarang agama dan dapat merusak kepercayaan orang terhadap dirinya.
  5. Menolak tindakan yang bisa menimbulkan kerusakan. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan selalu menjaga setiap nikmat yang diberikan Tuhan. Misalnya, ia akan membuang sampah pada tempatnya. Ia menyadari bahwa pelanggaran terhadap hal itu akan merusak keindahan, kebersihan, dan kesehatan.
  6. Melihat hubungan di antara keberagaman. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan mampu melihat hubungan agama atau nilai spiritual dari setiap perilaku atau sesuatu hal. Misalnya, kehebatan cara kerja otak tidak lain karena kehebatan Yang Menciptakan otak. Oleh karena itu, manusia patut bersyukur.
  7. Selalu terangsang untuk menanyakan “Apa?” dan “Mengapa?”. Lalu mencari jawabannya secara fundamental (mendasar).

B. Pengertian Integritas Diri

Integritas adalah kesamaan antara kata dan perbuatan. A adalah A, dan B adalah B. orang yang memiliki integritas adalah orang yang perkataannya bisa dipegang.

Integritas diri adalah suatu pemahaman yang membuat terwujudnya pemenuhan yang seimbang dan sinergis terhadap semua kebutuhan-kebutuhan manusia. Misalnya, terpenuhinya kebutuhan terhadap makanan, prestasi di sekolah, pergaulan, pelaksanaan ibadah, dan keikutsertaan dalam kegiatan social kemasyarakatan.

Manusia dapat berkembang secara utuh tanpa ada satu pun keperluan yang terabaikan. Dengan kata lain, kebutuhan-kebutuhannya akan terpenuhi secara seimbang, tepat, dan proporsional (sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan). Misalnya, makan secara teratur, belajar setiap hari, bergaul dengan teman, peduli terhadap sesame, dan melaksanakan kewajiban agama.

Integritas diri memungkinkan semua perasaan diungkapkan dengan kejujuran dan ketulusan meskipun kita harus melaksanakan sesuatu ytidak menyenangkan. Jika kita melakukannya dengan alasan yang benar, semuanya akan dapat diterima. Individu-individu yang mempunyai integritas diri akan memancarkan kepercayaan diri dan sikap yang tidak mementingkan diri sendiri.

C. Manfaat Integritas Diri

Hidup yang terintegrasi adalah hidup yang terpenuhi kebutuhan dasar secara seimbang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu mengupayakan agar kebutuhan jasmani, intelektual, emosional, social, dan rohani terpenuhi secara seimbang. Apabila kita mampu mewujudkan integritas diri sendiri, kita akan memperoleh manfaat yang besar. 

Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dilihat berikut ini.

  1. Secara fisik, kita akan merasa sehat dan bugar. Kita selalu siap melakukan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari. Sebagai seorang siswa, kita harus menjaga kesehatan agar dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Jika kita sering sakit, kita akan sering ketinggalan pelajaran. Di sekolah, kita sering menjumpai teman-teman yang terkena penyakit, seperti flu, sakit mata, dan cacar. Jika kesehatan kita terjaga degnan baik, kita tidaak akan mudah tertular penyakit-penyakit tersebut. Hal yang sangat penting adalah kita menyadari bahwa kesehatan dan kebugaran fisik akan mempengaruhi kondisi mental. Ingatlah semboyan, di dalam tubuh yang sehat terdapat pikiran yng sehat.
  2. Secara intelektual, kita dapat mengoptimalkan kemampuan otak kita. Otak kita terlatih berpikir secara ilmiah, terlatih menganalisis, dan terlaith membuat kesimpulan yang logis dan rasioanal. Kita semakin mampu mengembangkan sifat kritis dan rasional. Selain itu, kita juga mampu mengolah berbagai data dan informasi yang samapi kepada kita. Kemampuan intelektual yang baik memungkinkan kita untuk mengikuti program studi yang kita inginkan. Dengan kemampuan menganalisis yang baik, kit adapt menjahkan diri dari asumsi-asumsi yang bersifat subjektif semata. Orang yang mampu melakukan penelitian dan menghasilkan berbagai penemuan ilmiah adalah orang-orang yang berhasil mengembangkan kemampuan intelektual secara memadai.
  3. Secara emosional, kemampuan EQ dalam diri seseorang akan membuat orang itu menjadi penuh motivasi, sadar diri, empati, simpati, solidaritas tinggi, dan sarat kehangatan emosional dalam interaksi kerja. Kematangan emosional yang dimiliki seseorang akan membuatnya dapat bekerja di bawah tekana. Itulah sebabnya ada banyak orang yang memiliki IQ sedang bahkan rendah, namun dapat sukses dalam hidupnya karena memiliki EQ yang tinggi, namun mengalami kegagalan dalam hidupnya karena memiliki tingkat EQ yang rendah. Kecerdasan emosional berada di wilayah emosi dan bersifat asosiatif. Kecerdasan itu akan membuat seseorang mampu menyesuaikandiri terhadap apapun yang sedang dihadapinya.
  4. Secar spiritual, kita dapat memaknai segala sesuatu, termasuk pengalaman-pengalaman hidup, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, seperti keberhasilan, kegagalan, dan penderitaan. Kecerdasan spiritual membuat kita dapat melihat berbagai kenyataan atau fenomena kehidupan dalam perspektif yang lebih dalam, utuh, dan menyeluruh dalam mengatasi keragaman dan perbedaan yang dihadapi. Kecerdasan ini juga membuat seseorang tidak mudah terombang-ambing oleh kekacauan yang terjadi akibat arus gelombang yang kuat.
  5. Secara social, kita semakin mampu mengembangkan hubungan baik satu sama lain. Kita semakin betah bersama orang lain dan mau bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menuntut kekompakan dan kerja sama yang baik. Kita memiliki kepekaan hati dan perasaan untuk selalu memberi tempat bagi orang lain di dalam hati kita. Misalnya, interaksi dengan lingkungan sekitar membuat kita tahu kesulitan orang lain. Hal tersebut akan mendorong kita untuk ikut membantu sehingga kita merasa berharga dan bermanfaat bagi orang lain. Kepekaan seperti ini akan membuat kita lebih tanggap terhadap kebuthan dan harapan orang lain, sehingga turut membuat suasana hidup bersama menjadi nyaman, damai dan menyenangkan. Situasi seperti inilah yang menjadi dambaan hati setiap orang.

D. Pribadi yang Memiliki Integritas Diri

Menurut Antonius Atosokhi Gea, seorang pribadi yang memiliki integritas diri yang tinggi akan tampak sebagai berikut.

  1. Selalu tampil dengan fisik segar dan bugar. Tidak banyak keluhan mengenai kesehatan fisiknya. Ia dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang banyak melibatkan fisik. Bahkan, tugas-tugas berat sekalipun dapt diatasinya.
  2. Dapat diandalkan secara intelektual. Orang yang dimaksud adalah orang yang intelek dan mudah mempelajari hal baru dengan cepat. Ia dapat mempelajari banyak hal, senang melibatkan diri dalam kegiatan penelitian, mampu mencari solusi/pemecahan dari masalah yang ada, serta kritis dan rasional dalam bertindak.
  3. Tidak mudah terbawa emosi, sabar, dan kuat dalam menghadapi tantangan atau tekanan. Ia mapu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda. Selain itu, ia memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan kegiatannya. Misalnya, tidak akan bersedih ketika putus cinta karena dapat membuatnya malas untuk makan, bergaul, atau belajar.
  4. Memiliki kehidupan rahani yang mendalam. Ia mampu bersikap arif dan bijaksana dalambertindak, serta tidak hanya menggunakan pertimbangan ekonomi dan untung rugi saja dalam mengambil keputusan. Ia memiliki orientasi nilai moral atau agama sebagai penuntun penting dalam hidupnya. Selain itu, ia juga berani dan bertanggung jawab dalam bertindak, adil, dan berpikiran maju.
  5. Luwes dalam pergaulan. Ia suka berada di tengah-tengah orang lain dan mau bekerja sama dengan banyak orang. Hal ini akan memudahkannya diterima dan menerima orang lain. Oleh karena itu, orang lain merasa senang dan beruntung dapat bergaul dengannya.