Emosi (Afektif) | Materi Bimbingan Konseling Lengkap

Emosi adalah semua jenis perasaan yang ada dalam diri seseorang. Kata emosi cenderung menidentikkan dengan kata Afektif. Sementara sebagian ahli kejiwaan dan kedokteran mengidentikkan emosi dengan Libido artinya Nafsu.

Materi Bimbingan Konseling tentang Emosi  Afektif. Materi BK Kurikulum 2013

Apapun istilah atau nama lain daripada emosi, namun yang paling perlu dipahami adalah bahwa Emosi memiliki peran yang besar dan sangat penting dalam dinamika kepribadian (kejiwaan) setiap individu dan pengendalian tingkah laku seseorang.

Samsu Yusuf mencontohkan sebagai berikut :
  1. Emosi dapat memperkuat semangat. Apabila seseorang merasa puas dan senang atas hasil yang dicapai.
  2. Emosi dapat melemahkan semangat. Apabila timbul rasa kecewa atas kegagalan.
  3. emosi dapat menghambat atau mengganggu konsentrasi beajar, ketika ada kegagalan, ketegangan perasaan misalnya gugup, kecewa, ketakutan.
  4. Emosi mengganggu penyesuaian sosial, misalnya iri hati dan cemburu
  5. Suasana emosional yang dialami pada masa kecil, akan mempengaruhi sikapnya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Karakteristik dan Klasifikasi Emosi

Sebagai gejala kejiwaan emosi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Barsifat subyektif.
2. Fluktuatif (naik turun tidak tetap)
3. Banyak bersangkutan dengan pengenalan melalui indrawi.

Emosi dapat dipilah menjadi dua kelompok yaitu :
Emosi sensori, emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh. Contoh : rasa dingin, manis, sakit, lelah, lapar, kenyang, dan lain-lain.

Emosi psikis, emosi yang disebabkan oleh alasan-alasan kejiwaan yakni : Perasaan intelektual : rasa yang berkaitan dengan kebenaran contohnya gembira memperoleh sesuatu yang benar, puas atas suatu karya ilmiah. Perasaan social misalnya rasa solidaritas, empati, simpati, kasih sayang. Perasaan keindahan (estetis) misalnya kagum, terpesona dan lain-lain. Perasaan susila : berkaitan dengan nilai buruk (etika). Contoh : rasa bersalah, rasa tentram, rasa bertanggung jawab dan lain-lain. Perasaan Ketuhanan : rasa mengenal memiliki Tuhan, naluri keagamaan.

Kecerdasan Emosi (EQ)

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

Kecerdasan Emosi (EQ) semakin perlu dicermati karena kehidupan manusia semakin komplek. Hal ini rupanya membawa dampak yang buruk terhadap konstelasi kehidupan emosional individu. Hasil survey Daniel Goleman menunjukkan kecenderungan yang sama di seluruh dunia, bahwa generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya. Mereka lebih kesepian dan pemurung, lebih beringas dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup mudah cemas, lebih meledak-ledak (impulsif dan regresif).

Goleman juga menemukan banyak juga orang yang gagal dalam hidupnya bukan karena rendahnya kecerdasan intelektualnya, namun karen kurang memiliki kecerdasan emosional. Sebaliknya tidak sedikit orang yang berhasil dalam kehidupan meskipun IQ-nya rata-rata saja, tetapi kecerdasan emosionalnya (EQ) tinggi.

Jeanne Seagel mencontohkan beberapa kasus tentang peranan kecerdasan emosi terhadap seseorang.
  1. Kasus Ina, menggambarkan orang yang ber-EQ rendah akibatnya sulit bergaul dan kesepian.
  2. Kasus Hilman, IQ-nya tinggi tetapi EQ-nya rendah, ia hanya menjadi seorang reparasi alat panggang roti.
  3. Tono seorang dokter gigi yang sering ditinggalkan pasien-pasiennya dikarenakan cerewet dan sering bicara kasar. EQ sang dokter rendah sekali.