Hubungan Dokter dan Pasien

ARTIKEL PENDIDIKANSuatu upaya kesehatan melibatkan berbagai bentuk hubungan antara petugas kesehatan dengan klien mereka. Berhasil-tidaknya suatu upaya kesehatan, selain dipengaruhi berbagai faktor medis dan nonmedis lain, akan sangat dipengaruhi pula oleh hubungan yang berlangsung antara kedua belah pihak. Contohnya, perasaan percaya pasien terhadap ahli jantung yang merawatnya akan lebih memungkinkan dibuatnya diagnosis yang tepat dan ditempuhnya upaya kesehatan yang sesuai, misalnya bedah jantung.

Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson. Di antara berbagai tema sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem sosial serta tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis modern. Salah satu tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk menanggulangi penyakit para anggota masyarakat.


Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknikteknik yang didasarkan kepadanya. Untuk kepentingan penyembuhan pasien, tidak jarang hubungan dokter-pasien melibatkan hal yang bersifat sangat pribadi. Di samping kontak fisik dengan pasien dokter pun dapat menanyakan hal sangat pribadi yang biasanya tidak diungkapkan kepada orang lain. Sumber ketegangan lain yang dikemukakan Parsons ialah adanya ketergantungan emosional pada dokter.

Dalam melakukan perannya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama;
1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien (kriteria universal versus khusus)
2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau terbatas pada fungsinya sebagai dokter ( membaur versus spesifik)
3. Melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya dengan sang pasien (afektif versus netral)
4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama (orientasi diri versus orientasi kelompok)
5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus prestasi)

  • Terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakit dalam batas kemampuannya.
  • Untuk melaksanakan tanggung jawabnya dokter diharapkan menguasai dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran.

Skema hubungan dokter dengan pasien
Skema hubungan dokter dengan pasien

Proses penyembuhan penyakit tidak hanya ditangani oleh dokter. Dengan makin meningkatnya variasi penyakit dan kerumitan teknologi kedokteran, diperlukan bantuan tenaga lain, seperti perawat, bidan, penata rontgen, ahli gizi, ahli sanitasi, dan sebagainya, yang kesemuanya bergabung menjadi “tim petugas kesehatan”. Ruang lingkup pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pun meluas. Bukan hanya penyembuhan dan perawatan, melainkan juga promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan rehabilitasi. Yang dilayani tidak saja individu pasien, melainkan juga keluarga si sakit dan masyarakat luas.

Dengan demikian pendekatan petugas kesehatan tidak lagi terbatas pada pendekatan individual saja, melainkan juga pendekatan kelompok.