METODE PENELITIAN
1. Penentuan Metode Penelitian
Setelah peneliti sangat memahami apa yang akan ditelitinya, maka hal yang paling penting dalam proses penelitian adalah menentukan bagaimana cara menelitinya. Di sini peneliti harus bisa menetapkan metoda penelitian apa yang tepat. Kesalahan memilih metoda penelitian akan mengakibatkan tujuan yang sesungguhnya dari penelitian tidak akan tercapai.
Dalam ilmu-ilmu sosial banyak metode penelitian yang dipakai, antara lain survai, eksperimen, studi historis, studi kasus, dan lain-lain. Yin (1989) mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan metode penelitian apa yang akan dipakai.
(1) jenis pertanyaan penelitian,
(2) sejauhmana peneliti dapat mengendalikan kejadian atau perilaku obyek yang diteliti, dan
(3) waktu kejadian atau perlilaku ditampilkan.
Apabila penelitian bertujuan ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sesuatu hal itu terjadi peneliti mampu mengendalikan perilaku atau kejadian tersebut, perilaku serta kejadian yang akan diteliti adalah yang sekarang (kontemporer) maka metode penelitiannya adalah eksperimen. Misalnya peneleliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh program pelatihan terhadap peningkatan kinerja. Peneliti dapat menggunakan rancangan penelitian eksperimen pretest posttest design.
Apa yang dikemukakan oleh Yin tersebut jangan dianggap sebagai suatu peraturan yang mengikat. Yin hanya bermaksud memberikan kemudahan manakala peneliti mengalami kesulitan dalam menentukan metoda penelitian apa yang harus diambilnya.
2. Menentukan sampel penelitan
Sebelum ditentukan sampel, peneliti harus menetapkan populasi penelitian karena sampel adalah bagian dari populasi.Misalnya penelitian dilakukan terhadap pegawai di Departemen X, maka semua pegawai di departemen itu adalah populasi. Penelitian terhadap desa di Kecamatan X, maka seluruh desa yang ada di kecamatan tersebut adalah populasi. Penelitian yang ideal tidak menggunakan sampel. Tetapi karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, yang dimiliki peneliti maka peneliti terpaksa harus mengambil sampel. Ada dua cara pengambilan sampel, yaitu dengan teknik probabilitas - sampel acak sederhana, sampel acak distaratifikasi, sampel sistematis, sampel gugus, dan lain sebagainya-dan teknik sampel nonprobabilitas- sampel bertujuan, sampel kebetulan, sampel "bolasalju", dan lain sebagai-nya. Penentuan teknik sampling dan jumlah sampel harus benar-benar seksama sehingga hasil penelitian dicapai sesuai dengan tujuan. Tidak semua penelitian mempunyai populasi. Kalau penelitiannya adalah tentang sistem kerja di satu departemen, maka penelitiannya tidak mempunyai populasi. Departemen yang ditelitinya bukan disebut sampel tetapi dinamakan unit analisis. Jika dalam penelitian mengambil beberapa orang untuk diwawancarai untuk memperoleh keterangan tentang sistem kerja di departemen tersebut, maka mereka bukan dinamakan sampel, tetapi responden. Tetapi jika peneliti yang sama ternyata ingin mengetahui pendapat pegawai di depatemen tadi, maka peneliti perlu menentukan sampel. Dalam kasus terakhir ini unit analisisnya adalah individu.
3. Menentukan Teknik Pengambilan Data
Data adalah informasi yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kalau variabelnya adalah motivasi kerja pegawai, maka datanya adalah informasi tentang motivasi kerja pegawai, bukan yang lain. Kalau variabelnya adalah upah atau gaji, maka informasinya berupa jumlah upah dan gaji yang berupa uang yang diterima. Yang menjadi pertanyaan penting adalah teknik pengambilan data yang bagaimana agar peneliti bisa memperoleh data yang diinginkannya. Bisakah data tentang upah dicari dengan teknik wawancara? Bisakah data disiplin kerja seseorang diambil melalui kuesioner yang diisi oleh orang yang bersangkutan? Ada data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh orang lain) dari sumber utama, guna kepentingan penelitiannya, yang sebelumnya tidak ada. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitiannya. Data aslinya tidak diambil peneliti tetapi oleh pihak lain. Misalnya data tentang upah pegawai, jika jumlah upahnya diperoleh berdasarkan wawancara dengan pegawai yang bersangkutan, maka data upah tersebut adalah data primer. Jika data tentang upah tersebut dikutip oleh peneliti dari Daftar Upah Pegawai yang telah tersedia, maka data upah ini adalah data sekunder.
Beberapa teknik pengambilan data yang umum digunakan dalam penelitian sosial antara lain adalah wawancara, kuesioner, dan studi dokumentasi, dan observasi. Untuk masing masing teknik pengambilan digunakan instrumen pengambilan data yang berbeda. Wawancara menggunakan panduan wawancara dan bisa dilengkapi dengan alat perekam suara (tape-recorder), kuesioner menggunakan daftar pertanyaan tertulis, studi dokumen dengan alat catat mencatat atau tustel, observasi dengan tustel, catatan, atau alat lainnya.
4. Mengoperasionalisasikan Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu hal yang menjadi obyek penelitian yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kalau peneliti tertarik meneliti disiplin kerja pegawai, maka disiplin kerja tersebut adalah variabel penelitiannya. Disiplin kerja mempunyai variasi nilai; disiplinnya tinggi, rendah, cukup, dan lain sebagainya. Besar atau banyaknya variabel penelitian tidak dapat dijadikan patokan tingkat keilmiahan suatu penelitian. Peneliti boleh saja memfokuskan penelitiannya pada satu variabel dan boleh juga dua, tiga, empat, dan entah berapa banyak lagi. Kadar keilmiahan suatu penelitian lebih banyak ditentukan oleh bagaimana peneliti menetapkan memilih dan menerapkan metode penelitiannya; misalnya menentukan sampel, mencari data, mengolah data, mengiterpretasikan data,dan lain sebagainya.
Operasionalisasi variabel merupakan proses mengubah definisi nominal menjadi definisi operasional. Misalnya definisi nominal dari disiplin adalah "tingkat kepatuhan seseorang kepada aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi". Definisi operasionalnya : Masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 14.00, setiap tanggal 17 mengikuti apel, tidak merokok di tempat yang ada larangan merokok, meminta ijin kepada yang berwenang jika meninggalkan kantor pada saat jam kerja, dan lain sebagainya.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti harus membuat definisi nominal terlebih dahulu variabel penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian seharusnya secara eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran. Definisi nominal dapat diangkat dari berbagai pendapat para akhli yang memang banyak membicarakan, menulis tentang variabel yang ditelitinya. Kalau variabelnya adalah "Peran Kepala Desa", maka peneliti harus mempelajari konsep "peran Kepala Desa". Apa itu peran?. Peneliti tidak bisa hanya mengutip satu atau dua pendapat saja. Makin banyak pendapat para akhli yang dikutip, makin besar kemungkinan kebenaran makna definisi nominal variabel penelitiannya. Untuk memudahkan, langkah awal yang bisa diambil guna menyusun definisi nominal variabel penelitian adalah melihat kamus umum. Kalau variabel tersebut berasal dari kata asing, misalnya dari bahasa Inggeris, maka kamus bahasa Inggeris yang dipakai. Baru setelah itu mencari dari buku-buku khusus yang membahas konsep atau variabel penelitiannya. Jika buku yang dibacanya cukup tebal sehingga sulit menemukan kata yang dicarinya, manfaatkan indeks yang ada di buku tersebut. Melalui indeks, peneliti dapat dengan mudah menemukan nomor halaman di mana kata yang dimaksudkan dibahas.
5. Analisis Data
Bagian ini diuraikan pendekatan statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang akan dikumpulkan. Statistik yang statistik deskriptif dan (2) statistik inferensial terbagi atas parametrik dan non parametrik. Pemilihan formula yan digunakan dalam menganalisis data sangat ditentukan oleh jenis data serta kesesuaian dengan tujuan dan hipotesis yang akan dibuktikan. Permasalahan yang diperhatikan dalam pemilihan teknik analisis adalah ketepatan formula yang digunakan untuk menganalisis bukan kecanggihan formula tersebut.
Penutup
Penyusunan prosal penelitian diawali oleh kegiatan menemukan permasalahan sebagai titik awal kegiatan penelitian dilaksanakan. Setelah mempersiapkan berbagai kegiatan penunjang, peneliti menyusun proposal yang berisikan antara lain : (1) judul, (2) Latar belakang, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan penelitian, (5) kerangka berfikir, (6) hipotesis, (7) metode peneltian, yang berisikan : (a) pemilihan metode, (b) populasi dan sampel, (c) teknik pengumpulan data, (d) perumusan definisi operasional, (e) analisis data.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anderson, J.A. (1984) Public Policy – Making. Edisi ke Tiga. Holt, Rinehart and Winston, Inc
Alkin, M.C. (1985). A Guide for Evaluation Decision Makers. Baverly Hills : Sage
Borg, W.R. and Gall M.D. (1989). Educational Research. Edisi kelima. New York. New York : Longman.
Brewer, G.D & de leon. P. (1983). The Foundation of policy Analysis. Pacific Groove, C.A : Brook / Cole Publishing Company
Cooley, W.. & Bickel, W. (1986). Decision Oriented Educational Research.
Boston : Kluwer – Nijhoff Publishing Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (1989). Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penelitian di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta : Dirjen Dikti
Dye, T.R. (1984), Understanding Public Policy. Edisi ke Empat. Englewood Cliffs. N.J : Prentice – Hall. Inc.
1. Penentuan Metode Penelitian
Setelah peneliti sangat memahami apa yang akan ditelitinya, maka hal yang paling penting dalam proses penelitian adalah menentukan bagaimana cara menelitinya. Di sini peneliti harus bisa menetapkan metoda penelitian apa yang tepat. Kesalahan memilih metoda penelitian akan mengakibatkan tujuan yang sesungguhnya dari penelitian tidak akan tercapai.
Dalam ilmu-ilmu sosial banyak metode penelitian yang dipakai, antara lain survai, eksperimen, studi historis, studi kasus, dan lain-lain. Yin (1989) mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan metode penelitian apa yang akan dipakai.
(1) jenis pertanyaan penelitian,
(2) sejauhmana peneliti dapat mengendalikan kejadian atau perilaku obyek yang diteliti, dan
(3) waktu kejadian atau perlilaku ditampilkan.
Apabila penelitian bertujuan ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sesuatu hal itu terjadi peneliti mampu mengendalikan perilaku atau kejadian tersebut, perilaku serta kejadian yang akan diteliti adalah yang sekarang (kontemporer) maka metode penelitiannya adalah eksperimen. Misalnya peneleliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh program pelatihan terhadap peningkatan kinerja. Peneliti dapat menggunakan rancangan penelitian eksperimen pretest posttest design.
Apa yang dikemukakan oleh Yin tersebut jangan dianggap sebagai suatu peraturan yang mengikat. Yin hanya bermaksud memberikan kemudahan manakala peneliti mengalami kesulitan dalam menentukan metoda penelitian apa yang harus diambilnya.
2. Menentukan sampel penelitan
Sebelum ditentukan sampel, peneliti harus menetapkan populasi penelitian karena sampel adalah bagian dari populasi.Misalnya penelitian dilakukan terhadap pegawai di Departemen X, maka semua pegawai di departemen itu adalah populasi. Penelitian terhadap desa di Kecamatan X, maka seluruh desa yang ada di kecamatan tersebut adalah populasi. Penelitian yang ideal tidak menggunakan sampel. Tetapi karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, yang dimiliki peneliti maka peneliti terpaksa harus mengambil sampel. Ada dua cara pengambilan sampel, yaitu dengan teknik probabilitas - sampel acak sederhana, sampel acak distaratifikasi, sampel sistematis, sampel gugus, dan lain sebagainya-dan teknik sampel nonprobabilitas- sampel bertujuan, sampel kebetulan, sampel "bolasalju", dan lain sebagai-nya. Penentuan teknik sampling dan jumlah sampel harus benar-benar seksama sehingga hasil penelitian dicapai sesuai dengan tujuan. Tidak semua penelitian mempunyai populasi. Kalau penelitiannya adalah tentang sistem kerja di satu departemen, maka penelitiannya tidak mempunyai populasi. Departemen yang ditelitinya bukan disebut sampel tetapi dinamakan unit analisis. Jika dalam penelitian mengambil beberapa orang untuk diwawancarai untuk memperoleh keterangan tentang sistem kerja di departemen tersebut, maka mereka bukan dinamakan sampel, tetapi responden. Tetapi jika peneliti yang sama ternyata ingin mengetahui pendapat pegawai di depatemen tadi, maka peneliti perlu menentukan sampel. Dalam kasus terakhir ini unit analisisnya adalah individu.
3. Menentukan Teknik Pengambilan Data
Data adalah informasi yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kalau variabelnya adalah motivasi kerja pegawai, maka datanya adalah informasi tentang motivasi kerja pegawai, bukan yang lain. Kalau variabelnya adalah upah atau gaji, maka informasinya berupa jumlah upah dan gaji yang berupa uang yang diterima. Yang menjadi pertanyaan penting adalah teknik pengambilan data yang bagaimana agar peneliti bisa memperoleh data yang diinginkannya. Bisakah data tentang upah dicari dengan teknik wawancara? Bisakah data disiplin kerja seseorang diambil melalui kuesioner yang diisi oleh orang yang bersangkutan? Ada data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh orang lain) dari sumber utama, guna kepentingan penelitiannya, yang sebelumnya tidak ada. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitiannya. Data aslinya tidak diambil peneliti tetapi oleh pihak lain. Misalnya data tentang upah pegawai, jika jumlah upahnya diperoleh berdasarkan wawancara dengan pegawai yang bersangkutan, maka data upah tersebut adalah data primer. Jika data tentang upah tersebut dikutip oleh peneliti dari Daftar Upah Pegawai yang telah tersedia, maka data upah ini adalah data sekunder.
Beberapa teknik pengambilan data yang umum digunakan dalam penelitian sosial antara lain adalah wawancara, kuesioner, dan studi dokumentasi, dan observasi. Untuk masing masing teknik pengambilan digunakan instrumen pengambilan data yang berbeda. Wawancara menggunakan panduan wawancara dan bisa dilengkapi dengan alat perekam suara (tape-recorder), kuesioner menggunakan daftar pertanyaan tertulis, studi dokumen dengan alat catat mencatat atau tustel, observasi dengan tustel, catatan, atau alat lainnya.
4. Mengoperasionalisasikan Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu hal yang menjadi obyek penelitian yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kalau peneliti tertarik meneliti disiplin kerja pegawai, maka disiplin kerja tersebut adalah variabel penelitiannya. Disiplin kerja mempunyai variasi nilai; disiplinnya tinggi, rendah, cukup, dan lain sebagainya. Besar atau banyaknya variabel penelitian tidak dapat dijadikan patokan tingkat keilmiahan suatu penelitian. Peneliti boleh saja memfokuskan penelitiannya pada satu variabel dan boleh juga dua, tiga, empat, dan entah berapa banyak lagi. Kadar keilmiahan suatu penelitian lebih banyak ditentukan oleh bagaimana peneliti menetapkan memilih dan menerapkan metode penelitiannya; misalnya menentukan sampel, mencari data, mengolah data, mengiterpretasikan data,dan lain sebagainya.
Operasionalisasi variabel merupakan proses mengubah definisi nominal menjadi definisi operasional. Misalnya definisi nominal dari disiplin adalah "tingkat kepatuhan seseorang kepada aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi". Definisi operasionalnya : Masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 14.00, setiap tanggal 17 mengikuti apel, tidak merokok di tempat yang ada larangan merokok, meminta ijin kepada yang berwenang jika meninggalkan kantor pada saat jam kerja, dan lain sebagainya.
Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti harus membuat definisi nominal terlebih dahulu variabel penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian seharusnya secara eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran. Definisi nominal dapat diangkat dari berbagai pendapat para akhli yang memang banyak membicarakan, menulis tentang variabel yang ditelitinya. Kalau variabelnya adalah "Peran Kepala Desa", maka peneliti harus mempelajari konsep "peran Kepala Desa". Apa itu peran?. Peneliti tidak bisa hanya mengutip satu atau dua pendapat saja. Makin banyak pendapat para akhli yang dikutip, makin besar kemungkinan kebenaran makna definisi nominal variabel penelitiannya. Untuk memudahkan, langkah awal yang bisa diambil guna menyusun definisi nominal variabel penelitian adalah melihat kamus umum. Kalau variabel tersebut berasal dari kata asing, misalnya dari bahasa Inggeris, maka kamus bahasa Inggeris yang dipakai. Baru setelah itu mencari dari buku-buku khusus yang membahas konsep atau variabel penelitiannya. Jika buku yang dibacanya cukup tebal sehingga sulit menemukan kata yang dicarinya, manfaatkan indeks yang ada di buku tersebut. Melalui indeks, peneliti dapat dengan mudah menemukan nomor halaman di mana kata yang dimaksudkan dibahas.
5. Analisis Data
Bagian ini diuraikan pendekatan statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang akan dikumpulkan. Statistik yang statistik deskriptif dan (2) statistik inferensial terbagi atas parametrik dan non parametrik. Pemilihan formula yan digunakan dalam menganalisis data sangat ditentukan oleh jenis data serta kesesuaian dengan tujuan dan hipotesis yang akan dibuktikan. Permasalahan yang diperhatikan dalam pemilihan teknik analisis adalah ketepatan formula yang digunakan untuk menganalisis bukan kecanggihan formula tersebut.
Penutup
Penyusunan prosal penelitian diawali oleh kegiatan menemukan permasalahan sebagai titik awal kegiatan penelitian dilaksanakan. Setelah mempersiapkan berbagai kegiatan penunjang, peneliti menyusun proposal yang berisikan antara lain : (1) judul, (2) Latar belakang, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan penelitian, (5) kerangka berfikir, (6) hipotesis, (7) metode peneltian, yang berisikan : (a) pemilihan metode, (b) populasi dan sampel, (c) teknik pengumpulan data, (d) perumusan definisi operasional, (e) analisis data.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anderson, J.A. (1984) Public Policy – Making. Edisi ke Tiga. Holt, Rinehart and Winston, Inc
Alkin, M.C. (1985). A Guide for Evaluation Decision Makers. Baverly Hills : Sage
Borg, W.R. and Gall M.D. (1989). Educational Research. Edisi kelima. New York. New York : Longman.
Brewer, G.D & de leon. P. (1983). The Foundation of policy Analysis. Pacific Groove, C.A : Brook / Cole Publishing Company
Cooley, W.. & Bickel, W. (1986). Decision Oriented Educational Research.
Boston : Kluwer – Nijhoff Publishing Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (1989). Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penelitian di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta : Dirjen Dikti
Dye, T.R. (1984), Understanding Public Policy. Edisi ke Empat. Englewood Cliffs. N.J : Prentice – Hall. Inc.