Model Penilaian Berbasis Kelas

Artikel Pendidikan - Salah satu fungsi penilaian adalah untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam kompetensi tertentu. Ketercapaian tersebut dapat diketahui dengan bantuan model penilaian yang disesuaikan dengan kompetensi yang diukur. Guru sebagai pemegang kendali di dalam kelas diharuskan trampil dalam menentukan, memilih, dan menggunakan model penilaian agar hasil yang ditunjukan dapat menggambarkan hasil belajar siswa yang sebenarnya.

Model Penilaian Berbasis Kelas

Terdapat beberapa model penilaian yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
a. Penilaian Unjuk Kerja
Hamid (2011: 136) menjelaskan penilaian unjuk kerja sebagai salah satu model penilaian berbasis kelas yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa ketika mengerjakan sesuatu. Penilaian unjuk kerja dianggap mampu menggambarkan kemampuan sebenarnya dari siswa, dikarenakan penilaian unjuk kerja dianggap lebih otentik daripada tes tertulis. Pendapat lain mengatakan penilaian unjuk kerja sebagai model penilaian dengan cara mengamati kegiatan yang dilakukan siswa (Uno dan Satria Koni, 2014: 19-22).

Penilaian unjuk kerja dipakai untuk menilai ketercapaian kompetensi siswa dalam mengerjakan tugas. Penilaian unjuk kerja dilakukan dalam berbagai konteks tertentu untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan siswa, sehingga memerlukan pengamatan terlebih dahulu untuk menilai suatu kompetensi. Pengamatan awal yang dilakukan akan memberikan gambaran bagi guru tentang kemampuan siswa. Selanjutnya guru dapat memilih dan menggunakan instrumen untuk menilai kemampuan siswa.

Adapun instrumen yang dapat digunakan dalam penilaian unjuk kerja, yaitu:
(1) daftar cek (checklist), dan
(2) skala penilaian.

b. Penilaian Sikap
Arifin (2012: 191) menjelaskan penilaian sikap sebagai model penilaian yang berkaitan dengan sikap. Penilaian sikap dilakukan dengan berbagai objek sikap, yaitu:
(1) sikap terhadap mata pelajaran
(2) sikap terhadap guru mata pelajaran
(3) sikap terhadap kegiatan pembelajaran
(4) sikap terhadap materi pembelajaran, dan
(5) sikap yang berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada siswa.

Penilaian sikap dapat diukur dengan observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap. Penilaian sikap berkaitan dengan perasaan seorang dan kecendrungan seorang terhadap objek tertentu. Objek tersebut berbentuk perilaku atau tindakan yang dilakukan secara langsung yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu aktif, kognitif, dan konatif. Komponen aktif berkaitan dengan perasaan seorang terhadap sesuatu. Komponen kognitif berhubungan dengan kepercayaan mengenai objek tertentu, sedangkan komponen konatif berkaitan dengan keinginan untuk berperilaku dengan cara cara tertentu. Penilaian atas sikap dilakukan dengan berbagai teknik seperti observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi (Uno dan Satria Koni, 2014: 29-32).

c. Penilaian Tertulis
Surapranata (2004: 8) menjelaskan penilaian tertulis sebagai model penilaian yang penyajiannya bermodel tulisan, baik dari pemberian jawaban atas pertanyaan atau pernyataan tertentu. Penilaian tertulis dapat berupa ulangan harian atau ulangan umum. Pada jawaban yang diberikan, siswa tidak selalu merespon dengan tulisan tetapi dapat dengan memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya. Terdapat dua model soal tes tetulis, yaitu:
(1) tes tertulis objektif berupa memilih jawaban yang meliputi pilihan ganda, dua pilihan (benar/salah, ya/tidak), menjodohkan, sebab-akibat, mensuplai jawaban yang meliputi tes dalam model isian atau melengkapi, dan jawaban singkat, dan;
(2) tes turtulis bentuk urian. Model tes memilih jawaban dianggap sebagai alat penilaian yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu mengingat pengetahuan, tes bermodel dua pilihan, menjodohkan, dan sebab-akibat.

Tes pilihan ganda dianggap kurang mampu mendeskripsikan informasi yang cukup untuk mendiagnosis kelemahan siswa. Hal ini menyebabkan model tes pilihan ganda kurang dianjurkan dalam penilaian berbasis kelas yang otentik dan bekesinambungan. Berbeda dengan tes memilih jawaban, tes uraian digunakan untuk menilai kemampuan seorang pada tingkat yang lebih tinggi dengan cakupan materi yang lebih luas. Tes bermodel uraian mengharuskan siswa agar mampu mengingat, memahami, dan membentuk gagasanya. Melalui tes model uraian, siswa dapat mengembangkan gagasannya sendiri, berpikir logis, maupun menyimpulkan. Walaupun cakupan yang ditanyakan terbatas dan waktu yang panjang untuk menilai jawaban tersebut (Pusat Kurikulum, 2006: 12-13).

d. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan model penilaian berbasis kelas terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam kurun waktu yang ditetapkan. Penilaian proyek dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data (Arifin, 2012: 191). Pendapat lain mengatakan penilaian proyek sebagai model penilaian yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu dalam bentuk tugas. Penilaian proyek sebagai alat penilaian, meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian produk. Model tes ini digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam bidang tertentu (Uno dan Satria Koni, 2014: 24).

Penilaian proyek dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
(1) kemampuan pengolahan, meliputi kemampuan memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu dan data, serta penulisan laporan
(2) relevensi, meliputi kesesuaian produk dengan mata pelajaran dengan mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pembelajaran, dan
(3) keaslian, proyek yang dihasilkan merupakan kerja perorangan dengan mempertimbangkan konstribusi guru. Adapun instrumen yang digunakan dalam penilaian proyek adalah daftar cek atau skala rentang (Uno dan Satria Koni, 2014: 25).

e. Penilaian Produk
Arifin (2012: 191) menjelaskan penilaian produk sebagai model penilaian dalam menilai kualitas hasil kerja siswa ketika membuat sebuah produk. Pada penilaian produk terdapat dua konsep penilaian berbasis kelas, yaitu penilaian siswa tentang:
(1) pemilihan, cara menggunakan alat dan prosedur kerja, dan
(2) kualitas teknis maupun estetik suatu produk.

Pendapat lain menjelaskan penilaian produk sebagai penilaian terhadap kerterampilan siswa dalam membuat produk. Penilaian yang dilakukan tidak hanya meliputi penilaian hasil kerja, namun meliputi kegiatan pembuatannya (Uno dan Satria Koni, 2014: 22).

Adapun tahap dalam melaksanakan penilaian produk, yaitu: (1) tahap persiapan, meliputi kegiatan siswa dalam merencanakan, merancang, menggali, mengembangkan ide, dan mendesian produk; (2) tahap produksi, meliputi kemampuan menilai siswa, memilih dan menggunakan alat, bahan, dan teknik kerja, dan; (3) tahap penilaian, meliputi kemampuan siswa dalam membuatproduk sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penilaian produk dilakukan dengan dua cara, yaitu holistik dan analitik. Penilaian cara holistik yaitu dengan menilai secara keseluruhan produk berdasarkan kesan yang ditimbulkannya, sedangkan penilaian analitik dilakukan sesuai aspek-aspek produk, mencakup semua kriteria pada tahap kegiatan pengembangan (Uno dan Satria Koni, 2014: 23).

f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan model penilaian berdasarkan kumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis. Karya dibuat dan dikumpulkan pada kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Penilaian pada karya dilakukan untuk mengetahui perkembangan, keterampilan atau sikap siswa (Arifin, 2012: 191-192).

Uno dan Satria Koni (2014: 26) mengatakan penilaian portofolio sebagai model penilaian berdasarkan kumpulan informasi dari karya siswa sehingga dapat menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam periode tertentu. Informasi tersebut berupa karya siswa yang dianggap terbaik, hasil tes, piagam, dan prestasi lain dalam satu mata pelajaran. Hasil penilaian dijadikan rujukan bagi guru dalam menilai perkembangan dan kemampuan siswa.

g. Penilaian Diri
Penilaian diri mengharuskan siswa melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri terkait status, kegiatan maupun tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari pada mata pelajaran tertentu. Terdapat beberapa jenis penilaian diri yang dapat dilakukan, di antaranya: (1) penilaian langsung dan spesifik, yaitu penilaian secara langsung saat siswa mengerjakan tugas dengan mempertimbangkan aspek-aspek kompetensi; (2) penilaian tidak langsung dan holistik yaitu penilaian dengan kurun waktu yang panjang, dan; (3) penilaian sosio afektif yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau emosional.

Penilaian diri dilakukan dengan cara jelas dan objektif, walaupun terdapat kecendrungan siswa untuk menilai secara subjektif. Objektivitas hasil penilaian sangat diperlukan untuk kegiatan verifikasi, baik secara internal maupun eksternal. Verifikasi secara internal meliputi kegiatan penjaminan mutu oleh sekolah, baik dari guru kejuruan, ketua program keahlian atau wakil kepala sekolah sedangkan verifikasi eksternal meliputi kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan penilai dan telah diakui lembaga sertifikasi profesi (Pusat Kurikulum, 2006: 19-20).