Makalah Agama Islam - Makalah Qashash Al-Qur’an akan Membahas tentang Bagaimana Pengertian Qasas, Apakah macam-macam kisah al-Qur’an, Apakah unsur-unsur kisah al-Qur’an, Apakah Tujuan mempelajari kisah dalam al-Qur’an. jenis jenis qashash al quran, jurnal qashashul quran, contoh qashash dalam al quran, pertanyaan qashash al quran, hikmah qashash al-qur'an, persamaan dan perbedaan qashash al quran dengan tarikh dan legenda, urgensi qashash al quran, macam macam kisah dalam al quran, pertanyaan qashash al quran, jenis jenis qashash al quran hikmah qashash al-qur'an, makalah keistimewaan al quran, makalah tentang al quran, makalah sejarah al quran.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan Qalam Allah atau berupa mukzizat yang di awali surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan surah Annas. yang berisi petunjuk bagi seluruh ummat manusia yang ada di dunia ini. Ajarannya disampaikan secara variatif serta dikemas sedemikian rupa. Ada yang berisi informasi, perintah dan larangan, dan ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk diskriftif kisah-kisah yang mengandung ibrah yang dikenal dengan kisah-kisah dalam Al Qur’an.
Tuntunan dalam al-Qur’an adakalanya disampaikan melalui kisah-kisah dan perjalanan rasulnya dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah dalam berdakwah.
Dalam kisah-kisah yang dipaparkan di dalam Al-quran tak jarang memiliki pesan moral yang membuat orang tertarik dan coba menggali lebih dalam maksud dari kisah tersebut. Seseuai firman Allah yang artinga :" Sesungguhnya pada kisahkisah mereka itu terdapat pengajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai akal.Kisah-kisah dalam al-Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng lainnya yang sering diceritakan oleh orang-orang diluar sana, karena mempunyai karakteristik di dalamnya. Dalam al-Qur’an kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang senantiasa dapat menerik manfaat dari peristiwa-peristiwa itu. Secara eksplisit al-Qur’an berbicara tentang pentingnya sejarah, hal tersebut tertera dalam QS. Ali Imran (3):140.
Terjemahnya:
“Dan kamu (pada perang uhud) terkena luka, Maka kaum lainpun (kafir)kena luka pula seperti itu. Dan hari (kejayanan dan kekalahan) itu akan datang silih berganti.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari penjelasan dari latar belakang diatas maka kami dapat merumuskan makalah ini dengan beberapa rumusan makalah di antaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengertian Qasas?
2. Apakah macam-macam kisah al-Qur’an?
3. Apakah unsur-unsur kisah al-Qur’an?
4. Apakah Tujuan mempelajari kisah dalam al-Qur’an?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Qasas
Secara bahasa kata Qisas, berasal dari bahasa arab yang berarti pelacak jejak, diikuti dan potongan. al-Qissah sama artinya dengan al- Hadis yang artinya cerita. Sedangkan al qissah sebagai salah satu bentuk sastra yang dalam bahasa indonesia disebut cerpen atau novel, didefinisakan sebagai media untuk mengungkapkan kehidupan atau fragmen fragmennya yang menyangkut suatu peristiwa arau sejumlah peristiwa yang terkait satu sama lainnya. Sedangkan secara terminologi adalah berita-berita mengenai suatu permaslahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut.
Adapun menurut perspektig al-Qur’an, Allah SWT. Mengungkapkan dirinya melalui peristiwa-peristiwa, namun wahyunya menggunakan tema-tema yang sudah terkenal dan sudah dinyatakan kembali sampai orang-orang beriman meresapinya. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yanag menarik mempesona.
Adapun pendapat para ulama tentang pengertian Qasas al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Menurut Manna’ al-Qattan, Qasas Al-Qur’an adalah pemberitaan al- Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
2. Menurut Abu al-Qasim Al-husain ibn Muhammad al-Asfahani Qasas adalah mengikuti jejak.
3. Menurut Hamza Qasas adalah ilmu yang membahas kisah-kisah atau jejak-jejak umat dan nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an kemudian datang memberikan atau melengkapi petunjuk atau peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lalu atau masa lampau.
B. Macam-Macam kisah Al-Qur’an.
1. Ditinjau dari segi materi
Apabila ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an itu terbagi sebagai berikut:
a. Kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian dizaman Rasulullah SAW. Seperti kisah perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain, Perang Tabuk, Perang Ahzab, peristiwa Hijrah dan lain sebagainya.
b. Kisah para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, penentang mereka, dan penentang serta pengikut mereka. Seperti kisah Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Muhammad SAW dan sebaginya.
c. Kisah orang-orang yang belum tentubelum tentu Nabi dan kelompokkelompok manusia tertentu. Seperti kisah Lukmanul Hakim, Qorun, Thaluth, Yaqut, Ashhab al-Kahfi, Ashhab al-fiil, dan lain-lain.
2. Ditinjau dari segi jenisnya.
Dilihat dari segi jenisnya, kisah-kisah dalam al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Kisah sejarah berkisar tentang sejarah-sejarah, seperti para nabi dan rasul
b. Kisah asatir, kisah ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menasirkan, fenomena yang ada atau menguraikan masalah yang sulit diterima akal.
c. Kisah sejarah atau perumpamaan untuk menerangkan untuk memperjelas suatu pengertian, bahwa per terjadi tetapi hanya peristiwa itu tidak benar kiraan kiraan atau perumpamaan.
3. Ditinjau dari segi waktu
Bila dilihat dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-Qur’an, maka qhashash al-Qur’an itu dibagi menjadi tiga macam, sebagai berikut:
a. Kisah hal-hal gaib pada masa lalu, yaiyu kisah yang menceritakan kejadian-kejadian gaib yang sudah tidalk bisa ditangkap oleh panca indra, yang terjadi di masa lampau. Seperti kisah Nabi Nuh, Nabi Musa dan kisah Siti Maryam. Seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an ayat 44 surah Ali Imran Artinya: “Yang demikian itu adalah sebagian dari berita berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (wahai Muhammad), padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi merekaketika mereka bersengketa.”
b. Kisal hal-hal gaib pada masa kini, yaitu kisah yang menerangkan hal-hal gaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan yang menyingkap rahasia-rahasia orangorang munafik. Seperti kisah yang menerangkan tentang Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya, para malaikat, jin, setan, dan siksaan neraka, kenikmatan surga, dan sebagainya. Kisah-kisah tersebut dari dahulu sudah ada, sekarang pun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun masih tetap ada. Misalnya, kisah dari ayat 1-6 surah al-Qari’ah: terjemahnya:”Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang beterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan”.
c. Kisah hal-hal gail dimasa yang akan datang, yaitu kidah-kisah yang menceritakan peristiwa akan datang yang belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an, kemudian peristiw tersebut betul-betul terjadi. Karena itu, pada masa sekarang ini, berarti peristiwa yang telah dikisahkan itu telah terjadi. Seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia yang diterangkan ayat 1-4 surah al-Rum. Dan seperti mimpi Nabi bahwa beliau akan dapat masuk Masjidil Haram bersama para sahabat, dalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan yang lain tidak. Pada waktu perjanjian Hudaibiyah, Nabi gagal masuk Makkah, sehingga diejek-ejek orang-orang Yahudi, Nasrani dan Kaum Munafik, bahwa mimpi Nabi tersebut tidak terlaksana. Maka turunlah ayat 27 surah al-Fath. Serta contoh jaminan Allah terhadap keselamatan Nabi Muhammad SAW dari penganiayaan orang, meski banyak orang yang mengancam akan membunuhnya. (Quraisyhab, 1998). Hal ini ditegaskan dalam ayat 67 surah al-Maidah yang; Artinya: “Wahai rosul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak kamu kerjakan, berarti kamu tidak melaksanakan risalah-Nya. Allah akan menjaga kamu dari (penganiayaan) manusia..
C. Unsur-unsur kisah dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar sesuai dengan peristiwanya. Tetapi terkadang berbagai kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah disebutkan al-Qur’an dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang di dahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan diantara kalangan orang yang meyakini dan orang-orang yang meragukan al-Qur’an. Mereka yang ragu terhadap al-Qur’an sering mempertanyakan, mengapa kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak disusun secara kronologis dan sistematis sehingga lebih mudah dipahami. Karena hal itu tersebut menurut mereka dipandang tidak efektif dan efisien. Jika diteliti pendapat para ahli menyangkut unsur-unsur kisah dalam al-Quran, maka pada umumnya, ada tiga unsur yang terdapat dalam suatu kisah al quran,yaitu;
1. pelaku al-syaksy dalam al-Quran para actor dari kisah tersebut tidak hanya manusia,tetapi juga malaikat,jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
2. peristiwa al-hadis unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin,ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya.berkaitan peristiwa,sebagian ahli membagi menjadi tiga,yaitu;
a peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan Rasul maupun manusia biasa.
b. peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qada-qadar allah dalam suatu kisah.
c. peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bunti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat allah namun mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab.
3. percakapan biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa. Isi percakapan dalam al-Qur’an pada umumnya adalah soal soal agama. Misalanya adalah masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah, pendidikan.
D. Tujuan Mempelajari Kisah dalam Al-Qur’an.
Adanya kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti kuat bagi ummat manusia bahwa Al-Qur’an sanagt sesuai dengan kondisi mereka kerena sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai tua, jarang orang yang tak suka pada kisah, apalagi bila kisah mempunya tujuan ganda, yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai hiburan. Al-Qur’an sebagai kitab hidayah mencakup kedua aspek itu, di samping tujuan yang mulia, juga kisah kisah tersebut diungkapkan dalam bahasa yang indah dan menarik, sehinggah tak ada orang yang bosan membaca dan mendengarnya.
Sejak dulu sampai sekarang, telah berlalu empat belas abad, kisah-kisah al- Qur’an yang diungkapkan dalam bahasa arab itu masih up dated, mendapat tempat dan hidup di hati umat, padahal bahasa-bahasa lain telah banyak yang masuk museum, dan tidak terpakai lagi dalam berkomunikasi seperti bahasa Ibrani, Latin dan lain-lain.
Adapun tujuan-tujuan kisah dalam secara keseluruhan dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah SWT.
2. Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan.
3. Menerangkan bahwa semua agama dasarnya satu dan semuanya dari tuhan yang maha esa.
4. Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan nabi muhammad saw. Dengan agama nabi Ibrahim secara khusus.
5. Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa.
Thaha Husein pernah mengatakan bahwa hijrahnya Ibrahim ke Mekah yang kemudian mengembangkan bangsa Arab musta’rabah hanyalah fiksi belaka. Maka, wajarlah jiksa para ulama konsevatif menganggap gagasan-gagasannya itu sebagai usaha melemparkan keraguan keotentikan Al-Quran. Bahkan, Rasyid Ridha telah menuduhnya keluar dari Islam. Benang merah yang dapat ditangkap dari pendapat ketiga orang diatas adalah gal terpenting dari kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-Quran bukan wacana pelakunya, tetapi drama kehidupan yang mereka mainkan. Atas dasar ini pulalah, Muhammad Abduh mengkritik habis-habisan kebiasaan ulama tafsir generasi pertama yang banyak menggunakan Israiliyyat sebagai penafsir Al-Quran, terutama ketika menjelaskan para pelaku kisah.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa faedah dari qashashil Quran yaitu meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orangorang yang beriman melalui datangnyabpertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta para pendukungnya, menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa setiap nabi, membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak mereka, memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu. Menurut istilah, Qashshashil qur’an ialah kisah-kisah dalam al qur’an yang menceritakan ikhwal umat-umat dahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau,masa kini dan masa yang akan datang. Di dalam al-qur’an banyak diceritakan umat-umat dahulu dan sejarah Nabi atau para Rasul serta ikhwal Negara dan perilaku bangsa-bangsa kaum dahulu. Macam-macam qashash yaitu, kisah hal-hal ghaib pada masa lalu, kisah hal-hal ghaib pada masa kini, kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang.
Daftar pustaka
Abubakar, Achmad, La Ode Ismail Ahmad, And Yusuf Assagaf ‘Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an - Repositori UIN Alauddin
Makassar’ <http://repositori.uin-alauddin.ac.id/14076/> [accessed 23 June 2019]. Hal.157-158.
Hasan Basri, Horizon al Qur’an, dari judul asli Les Grens Themes Du Coran oleh Jacquis Joner ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al Qur’an Pase, 2002), h. 80.
kurniawan - Nim. 98532720, ‘Al Quran Al Karim Dan Terjemahan Bebas Bersajak Dalam Bahasa Aceh’, 2010 <http://digilib.uin-suka.ac.id/4979/> [accessed 23 June 2019].
Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1989), h. 11.
Quraish Shihab, Mu’jizat Al-Qur’an, Mizan, Bandung 1998.
Shalah Al-Khalidy, Terj. Setiawan Budi Utomo, Kisah-kisah Al-Qur’an; Pelajaran Dari orang-orang Terdahulu Jilid I, Gema Insani Press, Jakarta 1999
Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an - Repositori UIN Alauddin Makassar’.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan Qalam Allah atau berupa mukzizat yang di awali surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan surah Annas. yang berisi petunjuk bagi seluruh ummat manusia yang ada di dunia ini. Ajarannya disampaikan secara variatif serta dikemas sedemikian rupa. Ada yang berisi informasi, perintah dan larangan, dan ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk diskriftif kisah-kisah yang mengandung ibrah yang dikenal dengan kisah-kisah dalam Al Qur’an.
Tuntunan dalam al-Qur’an adakalanya disampaikan melalui kisah-kisah dan perjalanan rasulnya dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah dalam berdakwah.
Dalam kisah-kisah yang dipaparkan di dalam Al-quran tak jarang memiliki pesan moral yang membuat orang tertarik dan coba menggali lebih dalam maksud dari kisah tersebut. Seseuai firman Allah yang artinga :" Sesungguhnya pada kisahkisah mereka itu terdapat pengajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai akal.Kisah-kisah dalam al-Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng lainnya yang sering diceritakan oleh orang-orang diluar sana, karena mempunyai karakteristik di dalamnya. Dalam al-Qur’an kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang senantiasa dapat menerik manfaat dari peristiwa-peristiwa itu. Secara eksplisit al-Qur’an berbicara tentang pentingnya sejarah, hal tersebut tertera dalam QS. Ali Imran (3):140.
Terjemahnya:
“Dan kamu (pada perang uhud) terkena luka, Maka kaum lainpun (kafir)kena luka pula seperti itu. Dan hari (kejayanan dan kekalahan) itu akan datang silih berganti.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari penjelasan dari latar belakang diatas maka kami dapat merumuskan makalah ini dengan beberapa rumusan makalah di antaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengertian Qasas?
2. Apakah macam-macam kisah al-Qur’an?
3. Apakah unsur-unsur kisah al-Qur’an?
4. Apakah Tujuan mempelajari kisah dalam al-Qur’an?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Qasas
Secara bahasa kata Qisas, berasal dari bahasa arab yang berarti pelacak jejak, diikuti dan potongan. al-Qissah sama artinya dengan al- Hadis yang artinya cerita. Sedangkan al qissah sebagai salah satu bentuk sastra yang dalam bahasa indonesia disebut cerpen atau novel, didefinisakan sebagai media untuk mengungkapkan kehidupan atau fragmen fragmennya yang menyangkut suatu peristiwa arau sejumlah peristiwa yang terkait satu sama lainnya. Sedangkan secara terminologi adalah berita-berita mengenai suatu permaslahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut.
Adapun menurut perspektig al-Qur’an, Allah SWT. Mengungkapkan dirinya melalui peristiwa-peristiwa, namun wahyunya menggunakan tema-tema yang sudah terkenal dan sudah dinyatakan kembali sampai orang-orang beriman meresapinya. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yanag menarik mempesona.
Adapun pendapat para ulama tentang pengertian Qasas al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Menurut Manna’ al-Qattan, Qasas Al-Qur’an adalah pemberitaan al- Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
2. Menurut Abu al-Qasim Al-husain ibn Muhammad al-Asfahani Qasas adalah mengikuti jejak.
3. Menurut Hamza Qasas adalah ilmu yang membahas kisah-kisah atau jejak-jejak umat dan nabi terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an kemudian datang memberikan atau melengkapi petunjuk atau peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lalu atau masa lampau.
B. Macam-Macam kisah Al-Qur’an.
1. Ditinjau dari segi materi
Apabila ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an itu terbagi sebagai berikut:
a. Kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian dizaman Rasulullah SAW. Seperti kisah perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain, Perang Tabuk, Perang Ahzab, peristiwa Hijrah dan lain sebagainya.
b. Kisah para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, penentang mereka, dan penentang serta pengikut mereka. Seperti kisah Nabi Adam, Nabi Musa, Nabi Muhammad SAW dan sebaginya.
c. Kisah orang-orang yang belum tentubelum tentu Nabi dan kelompokkelompok manusia tertentu. Seperti kisah Lukmanul Hakim, Qorun, Thaluth, Yaqut, Ashhab al-Kahfi, Ashhab al-fiil, dan lain-lain.
2. Ditinjau dari segi jenisnya.
Dilihat dari segi jenisnya, kisah-kisah dalam al-Qur’an dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Kisah sejarah berkisar tentang sejarah-sejarah, seperti para nabi dan rasul
b. Kisah asatir, kisah ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menasirkan, fenomena yang ada atau menguraikan masalah yang sulit diterima akal.
c. Kisah sejarah atau perumpamaan untuk menerangkan untuk memperjelas suatu pengertian, bahwa per terjadi tetapi hanya peristiwa itu tidak benar kiraan kiraan atau perumpamaan.
3. Ditinjau dari segi waktu
Bila dilihat dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-Qur’an, maka qhashash al-Qur’an itu dibagi menjadi tiga macam, sebagai berikut:
a. Kisah hal-hal gaib pada masa lalu, yaiyu kisah yang menceritakan kejadian-kejadian gaib yang sudah tidalk bisa ditangkap oleh panca indra, yang terjadi di masa lampau. Seperti kisah Nabi Nuh, Nabi Musa dan kisah Siti Maryam. Seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an ayat 44 surah Ali Imran Artinya: “Yang demikian itu adalah sebagian dari berita berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (wahai Muhammad), padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi merekaketika mereka bersengketa.”
b. Kisal hal-hal gaib pada masa kini, yaitu kisah yang menerangkan hal-hal gaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan yang menyingkap rahasia-rahasia orangorang munafik. Seperti kisah yang menerangkan tentang Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya, para malaikat, jin, setan, dan siksaan neraka, kenikmatan surga, dan sebagainya. Kisah-kisah tersebut dari dahulu sudah ada, sekarang pun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun masih tetap ada. Misalnya, kisah dari ayat 1-6 surah al-Qari’ah: terjemahnya:”Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang beterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan”.
c. Kisah hal-hal gail dimasa yang akan datang, yaitu kidah-kisah yang menceritakan peristiwa akan datang yang belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an, kemudian peristiw tersebut betul-betul terjadi. Karena itu, pada masa sekarang ini, berarti peristiwa yang telah dikisahkan itu telah terjadi. Seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia yang diterangkan ayat 1-4 surah al-Rum. Dan seperti mimpi Nabi bahwa beliau akan dapat masuk Masjidil Haram bersama para sahabat, dalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan yang lain tidak. Pada waktu perjanjian Hudaibiyah, Nabi gagal masuk Makkah, sehingga diejek-ejek orang-orang Yahudi, Nasrani dan Kaum Munafik, bahwa mimpi Nabi tersebut tidak terlaksana. Maka turunlah ayat 27 surah al-Fath. Serta contoh jaminan Allah terhadap keselamatan Nabi Muhammad SAW dari penganiayaan orang, meski banyak orang yang mengancam akan membunuhnya. (Quraisyhab, 1998). Hal ini ditegaskan dalam ayat 67 surah al-Maidah yang; Artinya: “Wahai rosul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak kamu kerjakan, berarti kamu tidak melaksanakan risalah-Nya. Allah akan menjaga kamu dari (penganiayaan) manusia..
C. Unsur-unsur kisah dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar sesuai dengan peristiwanya. Tetapi terkadang berbagai kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah disebutkan al-Qur’an dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang di dahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan diantara kalangan orang yang meyakini dan orang-orang yang meragukan al-Qur’an. Mereka yang ragu terhadap al-Qur’an sering mempertanyakan, mengapa kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak disusun secara kronologis dan sistematis sehingga lebih mudah dipahami. Karena hal itu tersebut menurut mereka dipandang tidak efektif dan efisien. Jika diteliti pendapat para ahli menyangkut unsur-unsur kisah dalam al-Quran, maka pada umumnya, ada tiga unsur yang terdapat dalam suatu kisah al quran,yaitu;
1. pelaku al-syaksy dalam al-Quran para actor dari kisah tersebut tidak hanya manusia,tetapi juga malaikat,jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
2. peristiwa al-hadis unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin,ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya.berkaitan peristiwa,sebagian ahli membagi menjadi tiga,yaitu;
a peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan Rasul maupun manusia biasa.
b. peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qada-qadar allah dalam suatu kisah.
c. peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bunti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat allah namun mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab.
3. percakapan biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa. Isi percakapan dalam al-Qur’an pada umumnya adalah soal soal agama. Misalanya adalah masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah, pendidikan.
D. Tujuan Mempelajari Kisah dalam Al-Qur’an.
Adanya kisah dalam al-Qur’an menjadi bukti kuat bagi ummat manusia bahwa Al-Qur’an sanagt sesuai dengan kondisi mereka kerena sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai tua, jarang orang yang tak suka pada kisah, apalagi bila kisah mempunya tujuan ganda, yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai hiburan. Al-Qur’an sebagai kitab hidayah mencakup kedua aspek itu, di samping tujuan yang mulia, juga kisah kisah tersebut diungkapkan dalam bahasa yang indah dan menarik, sehinggah tak ada orang yang bosan membaca dan mendengarnya.
Sejak dulu sampai sekarang, telah berlalu empat belas abad, kisah-kisah al- Qur’an yang diungkapkan dalam bahasa arab itu masih up dated, mendapat tempat dan hidup di hati umat, padahal bahasa-bahasa lain telah banyak yang masuk museum, dan tidak terpakai lagi dalam berkomunikasi seperti bahasa Ibrani, Latin dan lain-lain.
Adapun tujuan-tujuan kisah dalam secara keseluruhan dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah SWT.
2. Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan.
3. Menerangkan bahwa semua agama dasarnya satu dan semuanya dari tuhan yang maha esa.
4. Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan nabi muhammad saw. Dengan agama nabi Ibrahim secara khusus.
5. Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa.
Thaha Husein pernah mengatakan bahwa hijrahnya Ibrahim ke Mekah yang kemudian mengembangkan bangsa Arab musta’rabah hanyalah fiksi belaka. Maka, wajarlah jiksa para ulama konsevatif menganggap gagasan-gagasannya itu sebagai usaha melemparkan keraguan keotentikan Al-Quran. Bahkan, Rasyid Ridha telah menuduhnya keluar dari Islam. Benang merah yang dapat ditangkap dari pendapat ketiga orang diatas adalah gal terpenting dari kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-Quran bukan wacana pelakunya, tetapi drama kehidupan yang mereka mainkan. Atas dasar ini pulalah, Muhammad Abduh mengkritik habis-habisan kebiasaan ulama tafsir generasi pertama yang banyak menggunakan Israiliyyat sebagai penafsir Al-Quran, terutama ketika menjelaskan para pelaku kisah.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa faedah dari qashashil Quran yaitu meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orangorang yang beriman melalui datangnyabpertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta para pendukungnya, menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syariat yang dibawa setiap nabi, membenarkan nabi-nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak mereka, memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu. Menurut istilah, Qashshashil qur’an ialah kisah-kisah dalam al qur’an yang menceritakan ikhwal umat-umat dahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau,masa kini dan masa yang akan datang. Di dalam al-qur’an banyak diceritakan umat-umat dahulu dan sejarah Nabi atau para Rasul serta ikhwal Negara dan perilaku bangsa-bangsa kaum dahulu. Macam-macam qashash yaitu, kisah hal-hal ghaib pada masa lalu, kisah hal-hal ghaib pada masa kini, kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang.
Daftar pustaka
Abubakar, Achmad, La Ode Ismail Ahmad, And Yusuf Assagaf ‘Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an - Repositori UIN Alauddin
Makassar’ <http://repositori.uin-alauddin.ac.id/14076/> [accessed 23 June 2019]. Hal.157-158.
Hasan Basri, Horizon al Qur’an, dari judul asli Les Grens Themes Du Coran oleh Jacquis Joner ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al Qur’an Pase, 2002), h. 80.
kurniawan - Nim. 98532720, ‘Al Quran Al Karim Dan Terjemahan Bebas Bersajak Dalam Bahasa Aceh’, 2010 <http://digilib.uin-suka.ac.id/4979/> [accessed 23 June 2019].
Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1989), h. 11.
Quraish Shihab, Mu’jizat Al-Qur’an, Mizan, Bandung 1998.
Shalah Al-Khalidy, Terj. Setiawan Budi Utomo, Kisah-kisah Al-Qur’an; Pelajaran Dari orang-orang Terdahulu Jilid I, Gema Insani Press, Jakarta 1999
Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an - Repositori UIN Alauddin Makassar’.