MAKALAH LENGKAP. Agama dan kesehatan memiliki beberapa pola hubungan, yaitu:
Saling berlawanan, Saling mendukung, Saling melengkapi, Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing-masing. Untuk mengetahui tentang Hubungan Agama dan Kesehatan akan dibahas dalam Makalah Agama dan Kesehatan.
KESIMPULAN
Agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah SWT sebagai pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya. Nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki kesadaran bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya.
Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat, badan sehat sebagai cerminan dari sehat jasmani, hati yang tenang dan damai sebagai cerminan dari sehat rohani.
Manfaat agama dalam kesehatan:
1. Sumber Moral. Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya.
2. Sumber Keilmuan. Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
3. Amal agama sebagai amal kesehatan. Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan
SUMBER: Artikel Pendidikan
Saling berlawanan, Saling mendukung, Saling melengkapi, Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing-masing. Untuk mengetahui tentang Hubungan Agama dan Kesehatan akan dibahas dalam Makalah Agama dan Kesehatan.
PENDAHULUAN. Kita tentu setuju bahwa agama sangat penting perannya bagi kehidupan manusia.
Saudara bisa membayangkan tidak, kalau seandainya dalam kehidupan ini kita tidak memiliki pedoman atau petunjuk tentang hal yang benar dan yang salah. Bisa-bisa kita akan kembali ke
zaman jahiliah seperti dahulu. Dalam menjalani kehidupan, kita sebagai manusia memerlukan pedoman dalam membimbing dan mengarahkan kehidupan agar selalu berada di
jalan yang benar, yaitu dengan mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kejahatan serta kemungkaran. Pedoman tersebut dinamakan agama, yang diturunkan oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa, tidak lain dan tidak bukan untuk kebaikan kita umat manusia. Dengan
agama, manusia dalam kehidupannya memperoleh rambu-rambu yang jelas, bagaimana
cara yang sebenarnya untuk dapat menjalin hubungan dengan Tuhannya, hubungan dengan
sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Agama pada hakikatnya bertujuan
membina dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di
akhirat. Secara universal agama memberi tuntutan kepada manusia melakukan yang baik dan
menghindari hal-hal yang dilarang oleh agama termasuk masalah kesehatan. Kita sering
mendengar bahwa masyarakat Indonesia dikatakan sebagai masyarakat religious
karena setiap warga masyarakat menganut suatu agama atau kepercayaan dan
menjalankan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya itu. Sifat yang
demikian telah dinyatakan dalam sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Semua aktivitas manusia
yang berkaitan dengan agama berdasarkan pada getaran jiwa, yang biasa disebut
emosi keagamaan atau religious emotion.
Agama merupakan salah satu prinsip yang harus
dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak
hanya itu agama secara individu dapat digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam
mengarungi kehidupannya sehari-hari.
Agama dalam masyarakat
berfungsi dan berperan dalam mengatasi persoalan yang terjadi di masyarakat,
yang pada umumnya tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan
kemampuan manusia. Oleh sebab itu agama diharapkan berperan dalam kehidupan
masyarakat sehingga mereka akan merasa sejahtera, aman, dan stabil.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal
dari bahasa Sanskerta, agama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan.
Agama menurut Alwi (2007)
adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Tafsir (2000) mengungkapkan bahwa
adalah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin. Selanjutnya definisi agama menurut
Durkheim (2003) adalah suatu sistem kepercayaan dan praktik yang telah dipersatukan, yang
berkaitan dengan hal-hal yang kudus, kepercayaan, dan praktik yang kemudian bersatu
menjadi komunitas moral yang tunggal. Menurut Hendropuspito (1983) agama adalah
sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dan alam semesta yang berkaitan dengan
keyakinan. Selanjutnya, Kobong (2008) mengungkapkan bahwa agama adalah sumber hidup
manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah SWT sebagai pencipta, dengan
sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya (dalam Sunaryo, 2014)
Maka dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai tersebut sangat
mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki kesadaran bahwa di luar
dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya.
Sebagaimana kita ketahui
bersama, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang paling sempurna dibanding
makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Akan tetapi, kesempurnaan tersebut
masih banyak memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti keterbatasan dalam
pengetahuan, baik mengenai sesuatu yang konkret maupun yang abstrak atau gaib.
Manusia juga memiliki keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya dan
orang lain. Karena keterbatasan tersebut manusia memerlukan pedoman dalam membimbing
dan mengarahkan kehidupannya agar selalu berada di jalan yang benar. Pedoman
tersebut dinamakan agama yang dapat membantu dan memberikan pencerahan spiritual pada
dirinya. Manusia membutuhkan
agama, tidak hanya kebaikan dirinya dihadapan Tuhan, tetapi juga untuk membantu
dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, yang terkadang tidak dapat dipahami dan
dipecahkan. Di samping itu, agama juga memberi isyarat kepada manusia bahwa sebenarnya
di luar diri manusia ada zat yang lebih sempurna dan lebih dari segalanya sehingga
manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepada-Nya melalui perantaraan
agama. Manusia perlu bersandar dan berpasrah diri (tawakal) kepada-Nya melalui perantara
agama karena agama menjadi tempat untuk mengadu dan berkomunikasi dengan
Tuhan. Kepasrahan kepada Tuhan berdasarkan pada ajaran bahwa manusia hanya dapat
berusaha, namun Tuhan-lah yang menentukan. Di samping itu dalam kehidupan sosial, agama
diperlukan untuk menjadi dasar dalam menata kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial,
budaya maupun aspek lainnya sehingga kehidupannya tercermin dalam perilaku yang
sesuai dengan ajaran agamanya.
Durkhem (dalam Sunaryo,
2014) mengungkapkan bahwa secara garis besar ruang lingkup agama mencakup
tiga hal:
1. Hubungan manusia
dengan Tuhannya, yang disebut ibadah; tujuan dari ibadah tidak lain untuk mendekatkan
diri manusia kepada Tuhannya.
2. Hubungan manusia
dengan manusia. Agama memiliki konsep dasar mengenai kekeluargaan dan
kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran mengenai ajaran agama
terkait hubungan manusia dengan manusia, atau disebut pula sebagai ajaran
kemasyarakatan. Misalnya setiap ajaran agama mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia.
3. Hubungan manusia
dengan makhluk lainnya atau lingkungannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap
agama mengajarkan manusia untuk selalu menjaga keharmonisan antara
makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat melanjutkan kehidupannya.
Menurut Jalaluddin
(2007), agama memiliki delapan fungsi penting dalam masyarakat, yaitu:
1. Fungsi Edukatif
Artinya, ajaran agama
secara hukum berfungsi menyuruh dan mengajak pada hal-hal yang harus dipatuhi untuk
dilaksanakan
2. Fungsi Penyelamat
Berarti bahwa setiap
manusia menginginkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
3. Fungsi Perdamaian
Melalui tuntutan agama
yang dianutnya, seorang atau sekelompok orang yang bersalah atau berdosa
akan mencapai kedamaian batin
4. Fungsi Kontrol Sosial
Dengan menjalankan ajaran
agama dengan baik dan benar, kepekaan sosial yang tinggi dari individu akan
terbentuk.
5. Fungsi Pemupuk Rasa
Solidaritas
Ajaran agama mengajarkan
untuk selalu berusaha memupuk persaudaraan
6. Fungsi Pembaruan
Artinya, ajaran agama
dapat mengubah kehidupan individu atau kelompok menjadi kehidupan baru yang lebih
baik.
7. Fungsi Kreatif
Fungsi untuk mendorong
dan menopang fungsi pembaruan.
8. Fungsi Sublimatif
Fungsi sublimatif disebut
juga dengan perubahan emosi.
Baca Selengkapnya : Fungsi Agama dalam Masyarakat
Baca Selengkapnya : Fungsi Agama dalam Masyarakat
Saudara mahasiswa,
saudara tentu tahu bahwa negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia. Di samping itu, ada agama minoritas yang diakui pemerintah, dan hidup
berdampingan dengan damai. Sebagai negara yang masyarakatnya beragama, masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang religius, bermoral, dan beradab. Namun demikian, apakah
predikat tersebut hanya sekadar lapisan luarnya saja yang membungkus keadaan
masyarakat kita yang sebenarnya? Bagaimana peran agama, dan mengapa seolah-olah agama
tidak berdaya untuk mengendalikan segala kerusakan yang ada di sekitar masyarakat?
Atau mungkin ajaran agama telah dimanipulasi untuk menjadi pembenar tindakan yang
merusak?
Apabila mengamati kondisi
saat ini, lingkungan menjadi semakin tidak nyaman, baik secara jasmaniah maupun
rohaniah. Berbagai kerusakan dapat terjadi setiap hari dan terus bertambah banyak, seiring
dengan perjalanan waktu. Seperti berita yang dimuat di media sosial dan elektronik,
berita kekerasan di berbagai institusi terjadi seperti kekerasan dalam keluarga, penyalahgunaan
wewenang dalam institusi pemerintah. Tindakan korupsi juga seolah-olah sudah
mengakar dan mendarah daging, baik di institusi pemerintah maupun swasta. Di samping itu
remaja sudah biasa melakukan pergaulan bebas, seks bebas, aborsi, tindakan asusila, dan
perusakan lingkungan. Dampaknya adalah terjadinya kerusakan moral individu yang kemudian
akan menjadi kerusakan moral masyarakat.
Manusia berperan dan
berpengaruh dalam masyarakat. Ada empat kelompok peran manusia yang terkait
dengan agama, (Sunaryo, 2014) yaitu:
1. Orang yang lari dari
ajaran agama
Orang yang lari dari
ajaran agama pada dasarnya ia tahu ajaran agama, namun mereka merasa agama hanya
mengekang kebebasan individu untuk berekspresi dan tidak membawa keberuntungan. Pada
umumnya orang-orang seperti ini tidak lagi menggubris ajaran agama sehingga apabila teks
agama digunakan untuk mengajak mengerjakan kebaikan atau meninggalkan kemungkaran,
tidak akan lagi mempan. Bahkan, mungkin mereka sudah tidak takut dengan neraka dan
tidak tertarik dengan surga. Mereka cenderung mengutamakan akal dalam menimbang
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
2. Kelompok yang memahami
agama dan menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok
Kelompok ini memahami
bahwa ajaran agama menunjukkan dan mengajak manusia pada jalan kebenaran.
Apabila petunjuk itu dilaksanakan, manusia akan dapat menjalani hidup dengan penuh
ketenangan dan ketenteraman, baik secara individu maupun sosial. Melihat kelompok ini
mungkin kita berpikir tentang kelemahan peran agama dalam melarang manusia dari
tindakan negatif dan mengarahkan mereka ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya agama tidak
salah atau lemah, namun manusia yang menyalahgunakan ajaran agama yang mereka
pahami. Pemahaman agama lemah dan salah sehingga tidak dapat menjangkau apa yang
sebenarnya dikehendaki oleh agama. Bahkan mereka sering tidak menyadari kelemahan
itu, dan dengan kepercayaan diri yang tinggi malah menggunakan tameng agama
untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya dilarang oleh agama dan mereduksi ajaran
agama itu sendiri.
Kelompok ini secara kasat
mata pandai dan mengerti ajaran agama, namun tindakan mereka tidak mencerminkan
ajaran agama yang dia anut. Mereka melakukan tindakan yang meresahkan atau bahkan
merugikan dan mendzalimi masyarakat. Meskipun demikian, ia masih merasa benar dengan
tindakannya itu dan menilainya dengan dalil atau teks agama. Mereka mengingkari bahwa
pada dasarnya agama sama sekali tidak punya kepentingan dalam visi dan misinya
dalam kehidupan makhluk di dunia ini, kecuali untuk membuat suatu tatanan demi kebaikan
makhluk itu sendiri.
3. Orang yang memahami
agama dan menjalankannya untuk memperoleh kesalehan individu
Banyak orang yang
memahami dan menjalankan agama, namun hanya untuk dirinya sendiri. Orang yang
seperti ini rajin dan konsisten (istiqomah) menjalankan ibadah mahdhah (khusus), seperti shalat,
puasa, zakat. Akan tetapi orientasi ibadahnya hanya berorientasi pada keselamatan dirinya
sendiri tanpa memedulikan orang lain dan lingkungannya. Secara individu, orang seperti
ini memang cukup saleh, namun secara sosial ia belum pantas disebut seorang yang shaleh.
4. Orang yang memahami
agama dan mentransformasikannya baik ke dalam kehidupan pribadi maupun
sosial bermasyarakat
Orang seperti ini
memahami agama sebagai perangkat untuk membentuk keshalehan pribadi dan sekaligus
untuk membentuk keshalehan sosial, demi terciptanya masyarakat yang bermoral. Memang,
keshalehan spiritual pribadi saja tidak cukup untuk menciptakan masyarakat yang aman,
nyaman, tenteram dan adil. Keshalehan pribadi harus ditransformasikan ke
dalam kehidupan bermasyarakat dalam bentuk ibadah sosial. Sayangnya kelompok ini
hanya sedikit di lingkungan kita sehingga kerusakan moral dan kerusakan lingkungan masih
berkembang dan bertambah dengan perjalanan waktu.
Dalam kehidupan
bermasyarakat, agama memegang peranan yang besar dan sangat penting. Keberadaan agama
di tengah-tengah masyarakat tidak dapat diabaikan. Agama mengatur tentang
bagaimana membentuk masyarakat yang madani. Agama juga yang mampu menciptakan
kerukunan dalam kultur masyarakat yang majemuk. Seperti yang kita ketahui tidaklah mudah
hidup dalam perbedaan. Setiap perbedaan, terutama perbedaan pendapat yang ada di
masyarakat dapat memicu timbulnya perselisihan. Dalam hai inilah, agama berperan penting
sebagai penegak hukum dan menjaga agar masyarakat saling menghormati dan tunduk
pada hukum yang berlaku.
1. Agama dan kesehatan
memiliki beberapa pola hubungan, yaitu:
a. Saling berlawanan
Agama dan kesehatan berpotensi untuk mengalami perbedaan dimana, pada
pandangan agama tertentu cara pengobatan yang dilakukan oleh pihak
medis melanggar hukum agama, misalnya Islam beranggapan bahwa terapi
dengan urine merupakan sesuatu yang najis tetapi dalam dunia medis itu
tidak apa-apa.
b. Saling mendukung
Agama dan ilmu pengetahuan juga berpotensi saling mendukung, dimana sebagai
contoh pada saat calon jemaah haji akan mendapatkan general
check-up supaya perjalanan hajinya dapat berjalan lancar.
c. Saling melengkapi
Yang dimaksud disini ialah adanya peranan agama sebagai pengkoreksi atas praktik kesehatan atau sebaliknya, sebagai contoh dalam Islam kalau berbuka puasa dianjurkan berbuka dengan memakan makanan yang manis-manis, tetapi dalam
dunia kesehatan itu bukan sebuah keharusan hanya sebagai pemulihan kondisi
tubuh sehingga tidak kaget ketika menerima asupan yang lebih banyak.
d. Saling terpisah dan
bergerak dalam kewenangannya masing-masing
agama dan ilmu kesehatan juga
berpotensi untuk jalan sendiri-sendiri karena tidak adanya kesesuaian antara konsep
agama dan konsep ilmu kesehatan.
2. Aspek kesehatan dalam
agama
Dalam mengkaji aspek-aspek
kesehatan dalam agama ada 2 hal yang perlu diperhatikan :
a. Ajaran agama secara
normatif. Agama memberikan ajaran atau panduan tentang
pentingnya menjaga
kesehatan.
b. Ajaran agama yang riil
atau tampak dari sisi perilaku nyata ada penganut agama yang tidak memerhatikan
aspek kesehatan.
Contoh: Pengaturan pola
makan, larangan makanan yang haram, pelanggaran makanan yang berlebihan
serta anjuran minum madu adalah contoh lain aspek kesehatan dalam tata
aturan makan dalam ajaran agama.
3. Manfaat agama dalam
kesehatan
a. Sumber Moral
Agama
memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi orang
beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai
dengan persangkaan manusia kepada-Nya.
b. Sumber Keilmuan
Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan sebagai
sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan
pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama,
dapat kita sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk
pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal.
Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan
terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, adalah beberapa
ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
c. Amal agama sebagai
amal kesehatan
Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya,
bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health,
yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari
bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan
selama tidur pun memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap kesehatan.
KESIMPULAN
Agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah SWT sebagai pencipta, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan lainnya. Nilai-nilai agama sudah ada dalam diri tiap manusia, dan nilai-nilai tersebut sangat mempengaruhi nilai hidup manusianya. Akibatnya, manusia memiliki kesadaran bahwa di luar dirinya ada sesuatu yang lebih tinggi dan lebih suci dari dirinya.
Agama pada hakikatnya bertujuan membina dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat, badan sehat sebagai cerminan dari sehat jasmani, hati yang tenang dan damai sebagai cerminan dari sehat rohani.
Manfaat agama dalam kesehatan:
1. Sumber Moral. Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Bagi orang beragama, mereka memegang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya.
2. Sumber Keilmuan. Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun dapat berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan profetik. Agama pun menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga, meditasi, dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
3. Amal agama sebagai amal kesehatan. Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, rehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan
SUMBER: Artikel Pendidikan