Penyebab Hipotensi
Artikel Pendidikan: Hipotensi bisa terjadi karena satu atau lebih organ tubuh tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup. Saat tekanan darah rendah menyebabkan gejala klinis, penyebabnya mungkin ada di salah satu dari beberapa penyebab berikut ini (Mitchel ES, 2011) :
a) Kinerja Jantung
Saat pompa dan sinyal-sinyal listrik di jantung mengalami masalah, hal itu bisa menyebabkan masalah dengan tekanan darah rendah. Berikut ini adalah kaitan antara jantung dan penyakit hipotensi (Mitchel ES, 2011):
- Jika jantung berdetak terlalu cepat, tekanan darah turun karena tidak ada cukup waktu bagi jantung untuk mengisi di antara setiap denyut (diastole). Sementara jika jantung berdetak terlalu lambat, mungkin ada terlalu banyak waktu yang dihabiskan di diastole ketika darah tidak mengalir.
- Jika otot jantung telah rusak atau iritasi, kemungkinan tidak ada cukup kekuatan untuk mempertahankan tekanan darah. Pada serangan jantung (infark miokard), otot jantung mungkin akan diam sehingga jantung terlalu lemah untuk memompa secara efektif.
- Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah. Jika katup gagal berfungsi, darah dapat kembali mundur untuk meminimalkan jumlah aliran darah yang mengalir ke seluruh tubuh. Jika katup menjadi menyempit (stenosis), maka aliran darah dapat menurun. Situasi ini dapat menyebabkan hipotensi.
b) Kondisi Dinding Arteri
Seperti diketahui, adrenalin (epinefrin) meningkatkan ketegangan, menyebabkan arteri menyempit, dan meningkatkan tekanan darah. Saat penyempitan terjadi, zat kimia penghantar rangsangan saraf yang disebut asetilkolin, melebarkan pembuluh darah dan akan menurunkan tekanan darah. Pada orang normal, kedua zat ini seharusnya memiliki kadar yang seimbang (Mitchel ES, 2011).
- Kehilangan tonus simpatik dapat terjadi pada pasien dengan cedera tulang belakang dan kerusakan pada trunkus simpatikus, hal ini mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
- Stimulasi saraf vagus yang berlebihan dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Situasi ini akan diatasi oleh tubuh sendiri oleh mekanisme yang disebut sinkop vasovagal (pingsan karena hipotensi akibat stimulasi berlebihan dari saraf vagus) sering terlihat ketika pasien menerima stimulus berbahaya. Ini dapat merupakan stimulus fisik, seperti patah tulang, atau stimulus emosional seperti mahasiswa kedokteran yang melakukan operasi untuk pertama kalinya.
c) Cairan Intravaskular
Tekanan darah yang disebabkan oleh cairan intravaskular, di antaranya (Cunha, John P, 2018):
- Dehidrasi, yaitu kondisi kehilangan air, mengurangi total volume dalam ruang intravaskular (dalam pembuluh darah). Hal ini dapat dilihat pada penyakit dengan peningkatan kehilangan air. Muntah dan diare adalah tanda-tanda kehilangan air.
- Pasien dengan pneumonia atau infeksi saluran kemih, terutama orang tua yang rentan terhadap dehidrasi.
- Korban luka bakar bisa kehilangan sejumlah besar cairan dari luka bakarnya.
- Pasien dengan demam juga dapat kehilangan cairan dalam tubuhnya.
- Perdarahan mengurangi jumlah sel darah merah dalam aliran darah dan menyebabkan penurunan jumlah cairan di ruang intravaskular dan tekanan darah rendah.
d) Obat-obatan
Berikut ini adalah beberapa obat yang menyebabkan hipotensi, di antaranya (Cunha, John P, 2018):
- Obat diuretik seperti hydrochlorothiazide (Hydrodiuril), furosemide (Lasix) digunakan untuk mengontrol tekanan darah dengan menyebabkan ginjal untuk membuat lebih banyak urine dan penurunan volume intravaskular. Jika pasien kehilangan terlalu banyak air dan menjadi dehidrasi, tekanan darah rendah dapat terjadi.
- Beta blockers dan calcium channel blockers, dua obat yang biasa diresepkan digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Obat-obat ini dapat menyebabkan jantung berdetak terlalu lambat sehingga menyebabkan hipotensi. Setiap obat jantung perlu dipantau oleh dokter untuk mengevaluasi respons tubuh dan menentukan dosis yang tepat.
- Obat-obatan seperti sildenafil (Viagra) dalam kombinasi dengan nitrogliserin dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan mengakibatkan tekanan darah rendah.
e) Kehamilan
Perubahan fisiologis normal pada kehamilan dapat meningkatkan ruang intravaskular, terutama di trimester pertama. Tentunya perubahan ini dapat menyebabkan hipotensi. (Cunha, John P, 2018)
f) Kelenjar Endokrin
Fungsi kelenjar tiroid yang rendah (hypothyroidism) dapat berhubungan dengan tekanan darah rendah. Selain itu, kelainan kelenjar adrenal juga dapat menyebabkan penurunan kadar hormon kortison dalam tubuh. Tekanan darah rendah juga terlihat dalam situasi ini. Sementara itu, fungsi hipofisis abnormal rendah juga akan menyebabkan hipotensi. Untuk diketahui, orang dengan diabetes dapat mengalami tekanan darah rendah ketika gula darah mereka turun terlalu rendah. Jika gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia), dehidrasi dan tekanan darah rendah juga dapat terjadi melalui mekanisme yang berbeda (Cunha, John P, 2018)
g) Reaksi Alergi
Reaksi alergi mayor (syok anafilatik) dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang ditandai dengan pembuluh darah dan tekanan darah rendah, terkait dengan:
- Sesak napas
- Kesulitan menelan
- Kulit kemerahan disertai gatal
h) Hipotensi Ortostatik
Selain alergi, kehamilan, fungsi kelenjar endokrin, dan konsumsi obat-obatan tertentu yang bisa menyebabkan hipotensi, ada satu lagi yang menjadi penyebabnya yaitu hipotensi ortostatik.
Hipotensi ortostatik adalah tekanan darah rendah relatif yang terjadi ketika perubahan posisi tubuh, misal dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri, atau dari jongkok ke berdiri. Ketika berdiri dengan cepat, mungkin diperlukan satu atau dua detik bagi tubuh untuk melakukan penyesuaian dalam menyempitkan pembuluh darah dan mendorong darah ke otak. Jika ada penundaan, maka tekanan darah rendah relatif dapat menyebabkan gejala. Hal ini dapat diperburuk atau terlihat lebih sering pada pasien yang sedang hamil, penderita diabetes, dehidrasi, atau mengonsumsi obat tekanan darah tinggi (Cunha, John P, 2018).
Untuk diketahui, salah satu komplikasi dari diabetes adalah kerusakan saraf di tubuh, termasuk di sistem saraf otonom. Pada orang-orang dengan diabetes yang memiliki disfungsi otonom, hipotensi ortostatik dapat terjadi. Pembuluh darah tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan posisi yang cepat.Dan yang terakhir, penyebab lain dari hipotensi adalah ketika seseorang ingin buang air kecil atau buang air besar. Saat kedua kondisi itu, saraf vagus terangsang sehingga meningkatkan asetilkolin dalam tubuh dan melebarkan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan tekanan darah turun dan mengurangi pasokan darah ke otak. Meskipun menakutkan dan dapat mengakibatkan pingsan, hal ini akan pulih dengan sendirinya dan reda dengan cepat (Cunha, John P, 2018).