Gejala Tanda Hipotensi
Tidak semua yang mengalami hipotensi akan merasakan gejala. Kondisi hipotensi juga tidak selalu memerlukan perawatan. Namun jika tekanan darah cukup rendah, kemungkinan besar bisa menimbulkan gejala-gejala seperti : jantung berdebar kencang atau tidak teratur, pusing, lemas mual, kehilangan keseimbangan atau merasa goyah, pandangan buram, pucat dan badan dingin, napas pendek atau cepat, pingsan, dehidrasi, nyeri punggung parah bagian atas.
Patofisiologi Hipotensi
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat. Adapun untuk Hipotensi Ortostatik maka tekanan pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke berdiri maka tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi.
Pada orang dewasa normal, tekanan darah arteri rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg. Tekanan darah arterisetinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0. Pada dasarnya, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior 650 hingga 750 ml darah akan terlokalisir pada satu tempat.
Pengisian atrium kanan jantung akan berkurang, maka dengan sendirinya curah jantung juga berkurang, sehingga pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik hingga 25 mmHg, sedang tekanan diastolic tidak berubah atau meningkat ringan hingga 10 mmHg (Andhini F, 2012).
Baca Juga : Kenali Penyebab Hipotensi Pada Tubuh Manusia
Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian bawah akan cenderung mengurangi darah ke otak. Tekanan arteri kepala akan turun mencapai 20-30mmHg. Penurunan tekanan ini akan diikuti kenaikan tekanan persial CO2 (pCO2) dan penurunan tekanan persial O2 (pCO2) serta pH jaringan otak (Andhini F, 2012).
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang terdapat didalam dinding dan hampir setiap arteri besar didaerah dada dan leher, namun dalam jumlah banyak didapatkan dalam diding arteri karotis interna, sedikit di atas bifurcation carotis, daerah yang dikenal sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta.
Respon yang ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi zat vasoaktif berupa katekolamin, pengaktifan system Renin-Angiostensin Aldosteron, pelepasan ADH dan neurohipofisis.
Kegagalan fungsi reflex autonomy inilah yang menjadi penyebab timbulnya hipotensi ortostatik, selain oleh factor penurunan curah jantung akibat berbagai sebab dan kontraksi volume intravascular baik yang relative maupun absolute. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjut berkaitan dengan ini (Andhini F, 2012).