MAKALAH PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGAMA

Di era modern sekarang ini kita dihadapkan pada sebuah tantangan yang tidak ringan berupa perubahan dalam semua lini dan aspek kehidupan. Pada era teknologi informasi saat ini, angka-angka perubahan tidak lagi dapat dihitung secara geometrik. Sebaliknya, untuk bisa mendeteksi laju perubahan, kita membutuhkan perangkat aritmatika supercanggih.


MAKALAH PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGAMA

Pengertian dan Ruang lingkup Agama yaitu:
1. Pengertian Agama
2. Macam-macam Agama Di dunia
3. Sumber Tiap-tiap Agama
4. Agama dan Kenabian
5. Fitrah Manusia terhadap Agama

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di era modern sekarang ini kita dihadapkan pada sebuah tantangan yang tidak ringan berupa “perubahan” dalam semua lini dan aspek kehidupan. Pada era teknologi informasi saat ini, angka-angka perubahan tidak lagi dapat dihitung secara geometrik. Sebaliknya, untuk bisa mendeteksi laju perubahan, kita membutuhkan perangkat aritmatika [1] supercanggih.
Sebagai dampaknya, laju informasi dan sistem komunikasi tidak saja sulit disaring, apalagi dibendung, tetapi juga mengaburkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pranata kehidupan umat beragama sehari-hari. Dalam kondisi seperti ini, posisi agama sering menjadi ajang perdebatan. Apakah ajaran agama mesti tunduk mengikui irama perubahan yang niscaya, atau sebaliknya, setiap perubahan mesti memiliki acuan berupa nilai agama?[2]
Dalam studi keagamaan sering dibedakan antara kata religion dengan kata religiosity. Kata yang pertama, religion, yang biasa dialihbahasakan menjadi “agama”, pada mulanya lebih berkonotasi sebagai kata kerja yang mencerminkan sikap keberagamaan atau keshalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, religion bergeser menjadi semacam “kata benda”; ia menjadi himpunan doktrin, ajaran serta hukum-hukum yang telah baku yang diyakini sebagai kodifikasi perintah Tuhan untuk manusia. Proses pembakuan ini berlangsung, antara lain melalui proses sistematisasi nilai dan semangat agama, sehingga agama hadir sebagai himpunan sabda Tuhan yang terhimpun dalam kitab suci dan literatur keagamaan karya ulama.
Sedangkan religiositas [3] lebih mengarah pada kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Istilah yang tepat bukan religiositas, tatapi spiritualitas. Spiritualitas lebih menekankan substansi nilai-nilai luhur keagamaan dan cenderung memalingkan diri dari formalisme keagamaan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui agama bukan hanya pada dataran eksoterik[4], melainkan juga pada dataran esoteris [5].
            Kebenaran dapat diperoleh dari dua sisi, yaitu kebenaran flosofis dan kebenaran sosiologis. Secara filosofis, kebenaran yang sebenarnya adalah satu, tunggal dan tidak majemuk, yakni sesuai dengan relitas. Tetapi, pencapaian kebenaran pada setiap orang berbeda. Dalam konteks agama, semua agama ingin mencapai realitas tertinggi (the ultimate reality).
            Sisi kedua adalah sisi sosiologis. Ditinjau dari segi sosiologis, proses dan pencapaian dan penerjemahan realitas tertinggi membuat klaim tentang kebenaran menjadi berbeda. Padahal, perbedaan yang terjadi secara hakiki bukan terletak pada realita tertinggi. Disinilah mulai timbul konflik kebenaran, baik ekstra-agama maupun intra-agama. [6]

1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Pengertian dan Ruang lingkup Agama yaitu:

  1. Pengertian Agama
  2. Macam-macam Agama Di dunia
  3. Sumber Tiap-tiap Agama
  4. Agama dan Kenabian
  5. Fitrah Manusia terhadap Agama
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai dengan asal muasal katanya (sansekerta: agama,igama, dan ugama) maka makna agama dapat diutarakan sebagai berikut: agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja; igama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan dengan dewa-dewa; ugama artinya peraturan, tata cara, hubungan antar manusia; yang merupakan perubahan arti pergi menjadi jalan yang juga terdapat dalam pengertian agama lainnya.
Bagi orang Eropa, religion hanyalah mengatur hubungan tetap (vertikal) anatar manusia dengan Tuhan saja. Menurut ajaran Islam, istilah din yang tercantum dalam Al-Qur’an mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri, dan alam lingkungan hidupnya (horisontal).
"… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agama(din) bagimu …" (QS 5:3)
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia …" (QS 3:112)
Persamaan istilah agama tidak dapat dijadikan alasan untuk menyebutkan bahwa semua agama adalah sama, karena adanya perbedaan makna atas istilah agama tersebut, yang berbeda atas sistem, ruang lingkupnya, dan klasifikasinya. Karena agama merupakan kepentingan mutlak setiap orang dan setiap orang terlibat dengan agama yang dipeluknya maka tidaklah mudah untuk membuat suatu defenisi yang mencakup semua agama, namun secara umum dapat didefenisikan sebagai berikut: agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan-Nya melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.
2.1  Pengertian Agama
            Agama mempunyai arti luas dan berbeda untuk orang yang berbeda pula tapi satu makna. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgamayang berarti "tradisi"[7]. Sedangkan dari bahasa Latin religi dan berakar pada kata kerjare-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, agama itu hubungan manusia Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk suci pula dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
Sementara menurutA.S. Hornby, E.V Gatenby dan Wakefield, agama itu kepercayaan kepada adanya kekuasan mengatur yang bersifat luar biasa, yang pencipta dan pengendali dunia, serta yang telah memberikan kodrat ruhani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia mati.
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa Agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah Manusia, Penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut Agama.
Definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.[8]
2.2 Macam-macam Agama Di dunia
Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama. Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup.
Di Indonesia, beragama dilindungi oleh undang-undang dan setiap agama memiliki lembaga yang mengatur dan menjamin kehidupan beragama di Indonesia, seperti: Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), merupakan lembaga agama yang resmi di tingkat nasional. Di samping keenam lembaga agama tersebut, masih terdapat berbagai lembaga agama, baik tingkat nasional maupun daerah.[9]
Menurut sumber wikipedia, terdapat 19 jenis agama yang dianut oleh banyak manusia di muka bumi ini, yaitu : Kekristenan  Islam  Non-Adherent (Sekular/Ateis/Tidak Beragama/Agnostik)  Hinduisme  Buddhisme  Kepercayaan tradisional (di Afrika, Amerika, Asia)  Kepercayaan tradisional Tionghoa  Sikhisme  Yudaisme (agama Yahudi)  Jainisme  Baha'i  Shinto  Cao Dai  Spiritisme  Tenrikyo  Neo-Paganisme  Gerakan Rastafari  Unitarian Universalisme  Zoroastrianisme (Majusi) 
Adapun 10 Agama terbesar di dunia menurut jumlah penganutnya, adalah sebagai berikut :
1. Agama Islam
2. Agama Kristen
3. Agama Agnostic
4. Agama Hindu
5. Agama Buddha
 6. Agama Indigenous/Agama Adat.
7. Agama Chinese traditional
8. Agama Shinto
9. Agama Sikh
10. Agama Yahudi[10]
2.3  Sumber Tiap-tiap Agama
            Agama wahyu(agama Allah) itu disebut Islam, yang diturunkan kepada nabi terakhir, Muhammad SAW dan rasul-rasul sebelumnya. Adapun agama yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelumnya. Adapun agama yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum Muhammad SAW telah mengalami perubahan-perubahan. Karena itulah Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan membawa Alquran untuk meluruskan dan sekaligus menyempurnakan agama yang diturunkan rasul sebelumnya sesuai dengan pernyataan Alquran Surat An-Nissa'(4):46;
    Sesuai dengan keterangan terdahulu, agama budaya bersumberkan hasil, pikiran, perasaan, dan atau pengalaman batin manusia secara kumulatif. Oleh karena itu kebenarannya pun terbatas bagi kelompok, ruang, dan waktu tertentu. Makin berkembang suatu masyarakat maka makin menurun tingkat referensi dan kegunaan agama tersebut.[11]       
2.4  Agama dan Kenabian
            Secara etimologi  nabi berasal dari kata na-baartinya di tinggikan, atau dari kata na-ba artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT, dengan memberinya berita (wahyu). Sedangkan kenabian itu artinya penunjukan atau pemilihan Allah, terhadap salah seorang dari hambanya-Nya dengan memberinya wahyu. sedangkan arti temologis Nabi aadalah manusia biasa yang mendapatkan keistimewaan menerima wahyu dari Allah Swt. Di aatara para abi ada yang di amanatkan unutuk menyampaiakn wahyu yang diteriumanya, kepada umat manusia. Nabi yang demikian itu di sebut Rasul.[12]
Dalam agama islam beriman kepada para Rasul dan para Nabi adalah  salah satu dari rukun iman. Al Qur’an surah al-Baqarah(2:77) mengatakan: 
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”(Q.S Al Baqarah:77).
2.5  Fitrah Manusia Terhadap Agama

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Rum: 30)
Ayat di atas menjelaskan tentang keadaan fitrah manusia yang selalu condong untuk beragama, atau condong manusia itu bertuhan. Pada ayat di atas, kata faaqim wajhaka (hadapkanlah wajahmu), yang dimaksud adalah perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan  upaya menghadapkan diri kepada Allah, secara sempurna karena selama ini kaum muslimin apalagi Nabi Muhammad e yang telah menghadapkan wajah kepada tuntunan Agama-Nya, dari perintah  yang tersirat di atas, tersirat juga perintah untuk tidak menghiraukan gangguan kaum musyrikin.[13]
Kata fitrah terambil dari kata fathara yang berarti mencipta. Sementara pakar menambahkan fitrah adalah “mencipta sesuatu pertama kali / tanpa ada contoh sebelumnya”. Dengan demikian kata tersebut dapat juga dipahami dengan denganasal kejadian, atau bawaan sejak lahir.
Thahir Ibn Asyur dalam uraiannya tentang fitrah, mengutip terlebih dahulu pendapat pakar tafsir Ibn Athiyyah yang memahami fitrah sebagai “keadaan atau kondisi penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikannya berpotensi melalui fitrah itu, mampu membedakan ciptaan-ciptaan Allah serta mengenal tuhan dan syari’atnya. Fitah Menurut Ibn Asyur adalah unsur-unsur dan  sistem yang Allah anugerahkan kepada setiap makhluk. Fitrah manusia adalah apa yang diciptakan Allah dalam diri manusia yang terdiri dari jasad dan akal (serta jiwa).
Ibnu Manzhur, seorang pakar Bahasa Arab, menyebutkan kata fitrah berarti sesuatu pengetahuan tentang Tuhan yang diciptakan oleh Allah bagi manusia. Ia berasal dari kata fathara yang berarti penciptaan awal yang belum ada contoh sebelumnya. Di antaranya firman Allah dalam surat Fathir ayat 1 menyebutkan الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ(segala puji bagi Allah sebagai pencipta lagit dan bumi). Ibnu ‘Abbas menyebutkan bahwa ia tidak mengetahui makna fathir al-samawati wa al-ardhi sampai pada suatu hari melihat dua orang arab bertengkar tentang kepemilikan sumur. Salah seorang dari mereka menyebutkan ana fathartuha (saya yang pertama membuatnya).
Sejalan dengan pendapat di atas, Al-Raghib al-Ashfahaniy—seorang pakar dan penyusun kamus bahasa al-Qur’an—juga menyebutkan bahwa fitrah adalah pengetahuan keimanan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Dalam surat al-Zukhruf ayat 87 disebutkan وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ(dan jika engkau tanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan mereka, maka mereka akan menjawab Allah)
 Agaknya ungkapan dua pakar Bahasa Arab di atas sejalan dengan ungkapan hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah sebagaimana dikutip al-Suyuthi:

Artinya: Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Ibn Munzhir, Ibn Hatim dan Ibn Mardawaih dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak satupun bayi yang terlahir kedunia ini kecuali atas dasar fitrah. Lalu kedua orang tuanya yang menjadikannya menganut agama yahudi, nashrani atau majusi. Seperti halnya binatang yang lahir sempurna. Apakah kamu menemukan ada anggota badannya yang terpotong, kecuali jika kamu yang memotongnya?.” Kemudian Abu Hurairah berkata: bacalah fitrhatallahi (ayat 30 surat al-Rum).

Melalui ayat ini Allah menegaskan bahwa adanya fitrah keagamaan yang perlu dipertahankan oleh manusia. Bukankah awal ayat ini merupakan perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan apa yang selama ini telah dilakukan oleh Rasul Saw., yakni menghadapkan wajah ke agama yang benar? Bukankah itu yang dinamai oleh ayat ini sebagai fitrah? Bukankah itu yang ditunjukkanya sebagai agama yang benar? Jika demikian, ayat ini berbicara tentang fitrah keagamaan.
Ayat di atas mempersamakan antara fitrah dengan agama yang benar, sebagaimana dipahami dari lanjutan ayat yang menyatakan “itulah agama yang lurus”. Jika pernyataan ini dikaitkan dengan pernyataan sebelumnya  bahwa Alllah yang telah menciptakan manusia atas fitrah itu, ini berarti bahwa agama yang benar atau agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah itu.
Sebagai bukti bahwa adanya fitrah beragama atau fitrah ketauhidan yang diberikan kepada manusia adalah dengan adanya kesaksian manusia pada saat sebelum ia dilahirkan ke atas bumi ini. Kesaksian itu adalah menyatakan bahwa Allah sebagai rabb (Tuhan).[14]
MAKALAH PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGAMA
MAKALAH PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGAMA

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah Manusia, Penghambaan dan Tuhan.Dan jauh sebelum tersiarnya agama Islam,dunia berada dalam kegelapan dan merebaknya tahayul dan khufarat yang merusa kkehidupan ruhaiyah dan keagaamaan manusia pada umumnya. Maka muncul berbagai macam kepercayaan agar dapat memenuhi kebutuhan rohani manusia,
Keberagaman ini hanya memiliki satu tujuan yaitu membawa umatnya kekebahagiaan di dunia maupun di akhirat nanti.
Namun demikian, diketahui bahwa diantara agama-agama tersebut terdapat segi-segi perbedaan yang secara sepesifik dimiliki oleh masing-masing. Segi-segi perbedaan yang spesifik tersebut terdapat pada ajaran yang bersifat teologis-normatif. Yaitu ajaran yang diyakini sebagai yang benar, tanpa memerlukan dalil-dalil yang harus memperkuatnya. Ajaran tersebut dianggap sebagai yang ideal dan harus dilaksanakan. Ajaran-ajaran yang demikian itu berkaitan dengan keyakinan (teologis) dan ritualistik, yakni perbadatan. Terhadap ajaran-ajaran yang demikian itu, masing-masing agama dianjurkan harus menghargai dan menghormatinya.

3.2  Saran
            Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan ini terdapat kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing kami harapkan sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik dari yang sebelumnya kami hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran pembimbing sangat jauh bagi kami untuk mencapai kesempurnaan

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. Abû al-Fadhl Jamâl al-Dîn bin Mukarram bin Manzhûr al-Afrîqî al-Mishrî, 1990, Lisân al-‘Arab,Beirut: Dâr Shâdir, Format PDF.
al-Ashfahâniy. Al-Râghib, Mufradât Alfâz al-Qur`ân, Maktabah Syamilah
al-Qurthubiy, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, (naskah di-tahqîq oleh Hisyâm Syamîr al-Bukhâriy), maktabah Syamilah
Najati.Muhammad Ustman, 1993, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, Bandung: Pustaka Hidayah, Cet I

FOOTNOTE
[1] arit·me·ti·ka /aritmétika/ n pengkajian bilangan bulat positif melalui penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, serta pemakaian hasilnya dl kehidupan sehari-hari. KBBI
[2] Dr. H. Abu Yasid, LL.M., Islam Akomodatif (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2004), cet. 1, hal 1
[3] re·li·gi·o·si·tas /réligiositas/ n pengabdian thd agama; kesalehan. KBBI
[4] ek·so·te·rik /éksotérik/ n pengetahuan yg boleh diketahui atau dimengerti oleh siapa saja. KBBI
[5] eso·te·ris /ésotéris/ a bersifat khusus (rahasia, terbatas). KBBI
[6] Drs. Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 11, hal 3-4
[7] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[8] http://vetysiputih.blogspot.co.id/2013/06/makalah-klasifikasi-agama.html
[9] Fungsi dan Peran Kelembagaan dalam Mengelola Keragaman Sosial Budaya untuk Pembangunan Nasional
[10]http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2015/01/ada-berapa-banyak-agama-didunia-ini.html 
[11] http://yusufrahmatullah.blogspot.co.id/2015/06/sumber-tiap-tiap-agama.html
[12] Muhammad AliAsh-Shabuni, Membela nabi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992)halm.27
[13] Muhammad. Abû al-Fadhl Jamâl al-Dîn bin Mukarram bin Manzhûr al-Afrîqî al-Mishrî, 1990, Lisân al-‘Arab,Beirut: Dâr Shâdir, Format PDF.
[14] al-Ashfahâniy.Al-Râghib, Mufradât Alfâz al-Qur`ân, Maktabah Syamilah al-Qurthubiy, al-Jâmi’ li Ahkâmal-Qur`ân, (naskah di-tahqîq oleh Hisyâm Syamîr al-Bukhâriy),maktabah Syamilah