Makalah Penelitian Agama dan Model-Modelnya di bawah ini menjelaskan
Tentang Apakah pengertian penelitian agama, Bagaimanakah perbedaan antara
penelitian agama dan penelitian keagamaan, Bagaimanakah konstruksi teori
penelitian agama, Bagaimanakah bentuk model-model penelitian agama.Unduh
Makalah Penelitian Agama dan Model-Modelnya
Makalah Penelitian Agama dan Model-Modelnya
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian agama sudah dilakukan sejak beberapa abad yang lalu, namun
hasil penelitian yang telah diperoleh masih dalam bentuk perbuatan belum
dijadikan sebagai ilmu. Semakin bertambahnya gejala-gejala agama yang berbau
dengan masalah sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai
ilmu yang khusus dipergunakan untuk menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.
Perkembangan-perkembangan penelitian agama pada saat ini sangat pesat
disebabkan oleh tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami
perubahan. Kajian dalam lingkup agama memerlukan relevansi dari kehidupan
sosial yang tengah berlangsung, permasalahan-permasalahan seperti ini yang
mendasari perkembangan penelitian-penelitian agama guna mencari relevansi
kehidupan sosial dan agama.
Dalam penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian
agama khususnya didalam konteks penelitian pada umumnya, mengenai penelitian
agama dan penelitian keagamaan serta konstruksi teori penelitian keagamaan,
dari beberapa penjelasan singkat tersebut maka pemakalah perlu dikaji secara
rinci terhadap penjelasan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah pengertian penelitian agama?
- Bagaimanakah perbedaan antara penelitian agama dan penelitian keagamaan?
- Bagaimanakah konstruksi teori penelitian agama?
- Bagaimanakah bentuk model-model penelitian agama?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti Penelitian Agama
Penelitian (research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari
suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga
berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan.
Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga
terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan
masa lalu melelui penemuan-penemuan baru.
Penelitian dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan metode
keilmuan, yakni gabungan antara pendekatan rasional dan pendekatan empiris.
Pendekatan rasional memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis.
Sedangkan pendekatan empiris merupakan kerangka pengujian dalam memastikan
kebenaran. Metode ilmiah adaah usaha untuk mencari jawaban entang fakta-fakta
dengan menggunakan kesangsian sistematis.
Kriteria metode ilmiah , sebagaimana dijelaskan Moh.Nazir adalah sebagai
berikut:
- Berdasarkan fakta
- Bebas dari prasangka
- Menggunakan prinsip-prinsip analisis
- Menggunakan hipotesis
- Menggunakan ukuran objektif
- Menggunakan teknik kuanttatif
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ilmiah sebagai berikut:
- Memilih dan mendefinisikan masalah
- Survey terhadap data yang tesedia
- Memformulasikan hipotesis
- Membangun kerangka analisis serta alat-alat dalam menuji hipotesis
- Mengumpulkan data primer
- Mengolah, menganalisis, dan membuat interpretasi
- Membuat generalisasi atau kesimpulan
- Membuat laporan
Agama sebagai objek penelitian sudah lama diperdebatkan. Harun Nasution
menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, karena merupakan wahyu,
tidak menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan kalaupun dapat dilakukan ,
harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode ilmu sosial. Dalam
menjawab persoalan itu , Harun Nasution membangun sebuah pertanyaan berikut:
betulkan ajaran agama hanya meupakan wahyu dari Tuhan?
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Mufid. Ahmad Syafi’i Mufid
menjelaskan bahwa agama sebagai objek penelitian pernah menjadi bahan
perdebatan, karena agama merupakan sesuatu yang transenden. Agamawan cenderung
berkeyakinan bahwa agama memiliki kebenaran mutlak sehingga tidak perlu
diteliti.
Sebagaimana sudah disingung diatas, agama mengandung dua kelompok ajaran.
Pertama , ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasul-Nya kepada
masyarakat manusia. Ajaran dasar yang demikian terdapatdalam kitab-kitab suci.
Ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab suci itu memerlukan penjelasan
tentang arti dan cara pelaksanaannya. Penjelasan-penjelasan tentang arti dan
cara pelaksanaannya. Penjelasan –penjelasan para pemuka atau pakar agama
membentuk ajaran agama kelompok kedua.
Para ilmuwan sendiri beranggapan bahwa agama juga merupakan objek kajian atau
penelitian, karena agama merupakan bagian dari kehidupan sosial kultural.
Jadi, penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu,
melainkan meneliti manusia yang menghayati, meyakini, dan memperoleh pengaruh
dari Agama.
Dengan kata lain, penelitian Agama bukan meneliti kebenaran teologi atau
filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial
berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural. Jadi, kata Ahmad Syafi’i
Mufid, kita tidak mempertentangkan antara penelitian Agama dengan penelitian
sosial terhadap agama. Dengan demikian kedudukan penelitian Agama adalah
sejajar dengan penelitian-penelitian lainnya, yang membedakannya hanyalah
objek kajian yang ditelitinya.
Banyak pendapat yang bermunculan menengenai hal tersebut, bahkan para ilmuan
juga mengutaran pendapatnya. Untuk mempermudah pemahaman kita dapat
menggunakan peta penelitian agama seperti gambar bagan dibawah ini.
2.2 Penelitian Agama Dan Keagamaan
Menurut M. Atho Mudzhar, beliau menginformasikan bahwa sampai sekarang istilah
penelitian agama dengan penelitian keagamaan belum diberi batasan yang tegas.
Penggunaan istilah yang pertama (penelitian agama) sering juga dimaksudkan
mencakup pengertian istilah yang kedua (penelitian keagamaan), dan begitu
sebaliknya. Salah satu contoh yang diungkapkan oleh M. Atho Mudzhar adalah
pernyataan A. Mukti Ali yang ketika membuka program pelatihan Penelitian Agama
(PLPA) menggunakan kedua istilah tersebut dengan arti yang sama.
Selanjunya , Atho Mudzhar mengutip pendapat Middleton, guru besar antroplogi
di New York University berpendapat, penelitian agama berbeda dengan penelitian
keagamaan. Penelitian agama lebih menekankan pada materi agama sehingga
sasaran pada tiga elemen pokok yaitu: ritus, mitos dan magik. Penelitan
keagamaan lebih menekankan pada agama sebagai sistem atau sistem keagamaan
(religious system). Sedangkan sasaran penelitian agama adalah agama sebagai
doktrin sedangkan sasaran penelitian keagamaan adalah agama sebagai gejala
sosial.
Sampai disini lalu terlihat bahwa batasan pengertian yang ditawarkan Mukti
Ali, penelitian agama sebagai penelitian tentang hubungan timbal balik antara
agama dan masyarakat, terlihat berat sebelah. Sebab definisi justru baru
mewakili arti penelitian keagamaan yang lebih bersifat sosiologis dan belum
mencerminkan arti penelitian agama yang lebih bersifat penelitian budaya.
Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama sebagai doktrin, pintu
pengembangan metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan sudah
pernah dirintis. Adanya ilmu ushul fikih sebagai metode untuk mengistinbatkan
hukum dalam agama islam, dan ilmu mustalah hadis sebagai metode untuk menilai
akurasi dan kekuatan sabda nabi Muhammad SAW merupakan bukti adanya keinginan
untuk mengembangkan metodologi penelitian sendiri, meskipun masih ada
perdebatan dikalangan para ahli tentang setuju dan tidaknya terhadap materi
kedua ilmu tersebut.
Untuk penelitian keagamaan yang sasarannya adalah agama sebagai gejala sosial,
tidak perlulah membuat metodologi penelitian tersendiri. Penelitian ini cukup
meminjam metodologi penelitian sosial yang telah ada. Memang kemungkinan
lahirnya suatu ilmu tidak pernah tertutup, tetapi tujuan peniadaannya adalah
agar sesuatu ilmu jangan dibuat secara artifisial karena semangat yang
berlebihan.
Dalam pandangan Juhaya S Praja, penelitian agama adalah penelitian tentang
asal-usul Agama, dan pemikiran serta pemahaman penganut ajaran agama tersebut
terhadap ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian, jelas juhaya,
terdapat dua bidang penelitian agama, yaitu sebagai berikut:
- Penelitian tentang sumber ajaran agama yang telah melahirkan disiplin ilmu tafsir dan ilmu hadis.
- Pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam sumber ajaran agama itu, yakni ushu al-fiqh yang merupakan metodelogi ilmu agama. Penelitian dalam bidang ini telah melahirkan filsafat Islam, ilmu kalam , tasawuf, dan fiqih.
Sedangkan penelitian tentang hidup keagamaan adalah penelitian tentang
praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan
kolektif. Berdasarkan batasan tersebut, penelitian hidup keagamaan meliputi
hal-hal berikut:
- Perilaku individu dan hubungannnya dengan masyarakatnya yang didasarkan atas Agama yang dianutnya.
- Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama.
- Ajaran Agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku, dan budaya masyarakat beragama.
Berkenaan dengan metode penelitian yang diperlukan Ahmad Syafi’i Mufid
menjelaskan sebagai berikut. Apabila penelitian agama berkenaan dengan
pemikiran atau gagasan maka metode-metode , seperti filsafat, fisiologi adalah
pilian yang tepat. Apabila penelitian agama berkaitan tentang sikap
perilaku agama, maka metode ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antroplogi,
dan psikologi merupakan metode yang paling tepat digunakan. Sedangkan untuk
penilitian yang berkenaan dengan benda-benda keagamaan, meode arkeologi atau
metode-metode ilmu natural yan relevan, tepat digunakan.
Berasarkan metode tersebut , maka metode penelitian yang kita gunakan
dalam satu kegiatan penelitian tidak mesti membangun metode baru, tetapi cukup
meminjam, melanjutkan atau mengembangkan metodelogi yang sudah dibangun oleh
para ahli sebelumnya.
2.3 Kontruksi Teori Penelitan Keagamaan
A. Pengertian Konstruksi Teori Penelitian Agama
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan
konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan – bangunan (jembatan dan
sebagainya) dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau
di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai
suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan berarti pula
asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau ilmu
pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan
aturan-aturan untuk melakukan sesuatu. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
- Teori perubahan sosial
- Teori struktural-fungsional
- Teori antropologi dan sosiologi Agama
- Teori budaya dan tafsir budaya simbolik
- Teori pertukaran sosial
- Teori sikap
Dengan demikian , penelitian di atas meminjam teori-teori yang dibangun dalam
ilmu-ilmu sosial. Ia disebut penelitian keagamaan (religius research) dalam
pandangan Midletton atau penelitian hidup agama dalam pandangan Juhaya S.
Praja , karena objeknya adalah perilaku Tarekat Tijaniah.
Dapat kita simpulkan, bahwa yang dimaksud dengan telaah “konstruksi teori”
penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, mengamalkan, dan
memahami secara saksama susunan atau bangunan dasar-dasar aau hukum-hukum dan
ketenuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk
pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengembangkan
pemahaman ajaran agama sesuai tuntutan zaman.
Sederhananya, yang dimaksud dengan penelitian agama adalah pendekatan ilmiah
yang diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah agama. Upaya ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan
mengenai berbagai masalah agama dari segi bentuk pelaksanaannya.
B. Macam-macam Penelitian
Seseorang yang akan menyusun konstruksi teori penelitian terlebih dahulu perlu
mengetahui bentuk dari macam-macam penelitian, karena perbedaan bentuk atau
macam penelitian yang dilakukan akan mempengaruhi bentuk konstruksi eori
penelitian yang dilakukan, termasuk pula penelitian agama. Berbagai macam
penelitian yang didasarkan pada segi metode dan rancangannya ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Penelitian Historis (Historical Research)
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memferifikasi serta mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat. Ciri-ciri penelitian ini antara lain:
- Bergantung pada daya yang diobservasi orang lain daripada yang diobservasi oleh peneliti sendiri.
- Harus tertib, ketat, sistematik dan tuntas, dan bukan sekedar mengkoleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliable dan berat sebelah.
- Bergantung pada data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peneliti secara langsung menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dari peneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya.
2. Penelitian Kasus dan Penelitin Lapangan
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan suatu unit sosial. Ciri-ciri penelitian ini antara lain:
- Penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi dengan baik mengenai unit tersebut.
- Studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi mengenai variable-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.
3. Penelitian Korelasional (Correlation Research)
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi ada satu
atau lebih faktor lainberdasarkan koefisiensi korelasi. Ciri-ciri penelitian
ini antara lain:
- Cocok dilakukan bila variable-variabel yang diteliti rumit dan/atau tidak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasikan
- Studi semacam ini memungkinkan pengukuran beberapa variable dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan relastiknya
4. Penelitian Kausal-Komparatif (Causal Comparative Research)
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat
dengan cara berdasar atas pengamatan terhada akibat yang ada mencari kembali
faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Ciri dari penilitian ini antara lain bahwa data dikumpulkan setelah semua
kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat masanya) peneliti mengambil satu
atau lebih akibat (sebagai dependen variabel) dan menguji data itu dengan
menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab saling hubungan
dan maknanya.
5. Penelitian Eksperimental Sungguhan
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat
dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dan
memperbandingan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok yang tidak dikenal
kondisi perlakuan. Ciri khas penelitian ini antara lain:
- Menurut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib ketat.
- Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk membandingkan dengan kelompok-kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
6. Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru
atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan
langsung di dunia kerja atau dunia actual yang lain. Ciri penelitian ini
antara lain praktis dan langsung relevan untuk situasi actual dalam dunia
kerja, serta fleksibel dan adaptif.
7. Penelitian Survei
Penelitian survei dapat digunakan untuk tujuh tujuan, yaitu untuk penjajakan
(eksploratif), menggambarkan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) atau
penegasan (comformatory), keperluan penilaian (evaluasi), prediksi, landasan
bagi penelitian yang lebih bersifat operasional, upaya-upaya untuk
mengembangkan indicator-indikator sosial.
8. Grounded Research
Penelitian ini hakikatnya merupakan upaya mengkritik terhadap keterikatan para
peneliti yang berlebihan terhadap teori-teori yang sangat umum dari
tokoh-tokoh besar seperti Weber, Prsons, Veblen, Cooley. Penelitian ini tidak
dimulai dari teori atau hipotesis.
C. Langkah-langkah Pokok Penyusunan Draft Penelitian dan Pengkajian
Islam
Suatu rencana penelitian dapat dibagi dalam delapan langkah sebagai berikut:
(1) Pemilihan persoalan; (2) Penentuan ruang lingkup penelitian; (3)
Pemeriksaan tulisan-tulisan yang bersangkutan; (4) Perumusan Kerangka
Teoretis; (5) Penentuan Konsep-konsep; (6) Perumusan hipotesis-hipotesis; (7)
Pemilihan metode pelaksanaan penelitian: (8) Perencanaan sampling. Ada
setidaknya lima unsur yang harus ada dalam penelitian agama, yakni:
- Latar belakang masalah, memuat pemikiran atau alasan yang jelas mengenai mengapa penelitian itu dilakukan.
- Studi kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan topic penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
- Landasan teori dan hipotesis, berguna untuk menjelaskan, menginterpretasi dan memahami suatu gejala atau fenomena yang dijumpai dari hasil penelitian.
- Metodologi penelitian, untuk mengetahui cara bagaimana mengumpulkan data, bagaimana cara mengolah data-data tersebut, bagaimana cara mendeskripkikannya, menganalisanya, dan menyumpulkannya.
- Kerangka analisis, untuk mengolah data-data yang telah terkumpil. Pertama melakukan seleksi, kemudian diatur dalam tabel, matrik, atau sebagainyan untuk mempermudah pengolahan selanjutnya.
D. Pendekatan yang Digunakan
Pendekatan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang yang digunakan untuk
menjelaskan suatu data yang dihasilkan dalam penelitian.
Pendekatan kawasan (regional) digunakan untuk menjelaskan hasil penelitia
tentang suatu masalah menurut wilayah di mana masalah itu terjadi. Pendekatan
perbandingan (Comparative Aproach) yaitu mengkaji bidang keilmuan dengan cara
membandingkan berbagai pendapat atau aliran yang ada dalam ilmu tersebut.
Pendekatan topical-tematik yaitu mengkaji suatu masalah dalam satu bidang ilmu
pengetahuan dengan cara mengelompokkannya dalam topik-topik tertentu atau
tema-tea yang terdapat pada masing-masing disiplin keilmuan.
Ada pula pendekatan dalam perspektif lain, yaitu pendekatan rasional,
emosionl, dan praktis. Pendekatan rasional digunakan untuk membangun
pemahaman, wawasan, pemikiran (kognitif) dari suatu bidang pengetahuan yang
diajarkan. Pendekatan emosional digunakan untuk membangun penghayatan
(afektif), sikap dan kepribadian yang dihasilkan dari pengetahuan yang
dipelajarinya. Pendekata praktis digunakan untuk membangun keterampilan dan
kemampuan melaksanakan atau mempraktikkan dari suatu pengetahuan yang
dipelajarinya.
Istilah pendekatan juga sering bersinggungan dengan istilah perspektif,
paradigma, dan sudut pandang.berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi,
sejarah, filsafat, kebudayaan, antropologi, hukum, politik, dan sebagainya
sering pula digunakan sebagai pendekatan.
2.4 Model-Model Penelitian Keagamaan
Adapun model penelitian yang ditampilkan di sini disesuaikan dengan perbedaan
antara penelitian agama dan penelitian keagamaan. Akan tetapi, disini dikutip
karya Djamari mengenai metode sosiologi dalam kajian Agama, yang secara tidak
langsung memperlihatkan model-model penelitian Agama melalui pendekatan
sosiologis. Djamari, dosen pascasarjana IKIP Bandung, menjelaskan bahwa kajian
sosiologi agama menggunakan metode ilmiah sebagai berikut:
1. Analisis Sejarah
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran
bahwa sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung
timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti
karakter Agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.
2. Analisis Lintas Budaya
Dengan membandingkan pola-pola sosial keagamaan di beberapa daerah kebudayaan,
sosiolog dapat memperoleh gambaran tentang korelasi unsur budaya tertentu atau
kondisi sosiokultural secara umum.
3. Eksperimen
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam penelitian
Agama.Namun, dalam beberapa hal, eksperimen dapat dilakukan dalam penelitian
Agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari beberapa model
pendidikan Agama.
4. Observasi Partisipatif
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku
orang-orang dalam konteks religius. Orang yang diobservasi boleh mengetahui
bahwa dirinya sedang diobservasi atau secara diam-diam. Diantara kelebihan
penelitian adalah memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok
secara mendalam. Adapun salah satu kelemahannya adalah terbatasnya data pada
kemampuan observer.
5. Riset Survey dan Analisis Statistik
Penelitian survey dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan
sampel dari suatu populasi. Sampel dapat berupa organisasi keagamaan atau
penduduk suatu kota atau desa.
6. Analisis Isi
Dengan metode ini, peneliti mencoba mencarai keterangan dari tema-tema Agama,
baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun deklarasi teks.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian agama berarti menempatkan agama sebagai objek penelitian. Perbedaan
antara penelitian agama dan keagamaan terletak pada objek penelitiannya.
Dimana yan dimaksuddisini adalah bahwa penelitian agama mengkaji agama sebagai
doktrin sedangkan penelitian keagamaan objek penelitian yang dikaji adalah
agama sebagai gejala sosial.
Adapun teori yang ada di dalam konstruksi penelitian keagamaan diantaranya
yaitu teori perubahan sosial, teori struktural-fungsional, teori antropologi
dan sosiologi agama, teori budaya dan tafsir budaya simbolik, teori pertukaran
sosial, teori sikap. Dan model-model pada penelitian keagamaan
diantaranya adalah analisis sejarah, analisis lintas budaya, eksperimen,
observasi partisipatif, riset survey dan analisis statistik, analisis isi.
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Atang Hakim, dan Jaih Mubarok 2010. METODOLOGI STUDI ISLAM. Bandug : PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Nata, Abuddin. 2010. “METODOLOGI STUDI ISLAM”. Jakarta : Rajawali Pers.
Download Makalah Penelitian Agama dan Model-Modelnya