Makalah Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial

Makalah Lengkap - Makalah Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial di bawah ini menjelaskan Tentang Perkembangan Motorik, Pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu, Aspek Perkembangan Sosial Emosional, Peran Kemampuan Motorik untuk Perkembangan Sosial dan Emosional Anak, Hubungan Perkembangan motorik dengan perkembangan sosial. Unduh Makalah Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial.docx

Makalah Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial

Makalah Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupaun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di usia 0 – 3 tahun, early childhood usia 3 – 6 tahun, dan middle childhood usia 6-11 tahun). Masing-masing aspek tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri. Pada usia 1 bulan, misalnya pada aspek motorik kasarnya, anak sudah bisa menggerakkan tangan dan kakinya.

Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistic atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang holistik.

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia delapan tahun (Modul 1 Nest, 2007:3). Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata. Hanya pengalaman nyatalah yang memungkinkan anak menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal dan menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing serta fasilitator bagi anak.

Download Makalah Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Hurlock (1998) mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Jadi, perkembangan motorik merupakan kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. 

Perkembangan motorik adalah proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.

Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olahraga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi.

Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

Tidak banyak orangtua yang mengerti bahwa keterampilan motorik kasar dan halus seorang anak perlu dilatih dan dikembangkan setiap saat dengan berbagai aktivitas. Pengembangan ini memungkinkan seorang anak melakukan berbagai hal dengan lebih baik, termasuk di dalamnya pencapaian dalam hal akademis dan fisik.

Perkembangan motoric meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya kemampuan untuk duduk, menendang, berlari dan lainnya, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya memindahkan benda dari tangan, mencoret, menyusun, menggunting, dan menulis.

B. Pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu

Hurlock (1998) memaparkan pengaruh perkembangan motorik sebagai berikut : 

(1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti senang memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan permainan;

(2) Anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent, Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini dapat menunjang rasa percaya diri anak;

(3) Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris;

(4) perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk bergaul bahkan dia akan dikucilkan atau menjadi anak yang terpinggirkan;

(5) perkembangan motorik sangat penting pada perkembangan kepribadian anak. Apabila kemampuan motorik masa ini berkembang dengan baik, maka perkembangan berikutnya akan baik pula, begitu juga sebaliknya.

C. Aspek Perkembangan Sosial Emosional

Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap  ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan. Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:

a. Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun. Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga;

b. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;

c. Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah;

d. Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas. Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

D. Peran Kemampuan Motorik untuk Perkembangan Sosial dan Emosional Anak

Seorang anak yang mempunyai kemampuan motorik yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar. Lingkungan teman-temannya pun akan menerima anak yang memiliki kemampuan motorik atau gerak lebih baik, sedangkan anak yang tak memiliki kemampuan gerak tertentu akan kurang diterima teman-temannya. Penerimaan teman-teman dan lingkungannya akan menyebabkan anak mempunyai rasa percaya diri yang baik. 

Contohnya, seorang anak yang sedari kecil sudah belajar berlari atau menggambar, kemudian ia menyenanginya dan mempunyai kemampuan lari atau menggambar yang lebih baik daripada teman-temannya yang lain, ia akan diterima dengan baik oleh teman-teman sebayanya. Ia akan mempunyai banyak teman dan kegiatannya pun akan semakin banyak karena ia akan diajak mengikuti berbagai kegiatan lainnya. Oleh sebab itu, sebaiknya saat anak-anak kecil mereka dapat mulai mempelajari berbagai jenis kegiatan fisik/motorik secara bebas sesuai dengan kemampuan mereka sendiri dan tanpa dibanding-bandingkan dengan anak lainnya. Hal itu membuat anak mau melakukan berbagai kegiatan dengan senang hati tanpa rasa takut dan malu.

E. Hubungan Perkembangan motorik dengan perkembangan sosial

Seorang anak yang mempunyai kemampuan motorik yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar. Lingkungan teman-temannya pun akan menerima anak yang memiliki kemampuan motorik atau gerak lebih baik, sedangkan anak yang tak memiliki kemampuan gerak tertentu akan kurang diterima teman-temannya. 

Penerimaan teman-teman dan lingkungannya akan menyebabkan anak mempunyai rasa percaya diri yang baik Saat anak-anak kecil biarkan mereka dapat mulai mempelajari berbagai jenis kegiatan fisik/motorik secara bebas sesuai dengan kemampuan mereka sendiri dan tanpa dibanding-bandingkan dengan anak lainnya. Hal itu membuat anak  mau melakukan berbagai kegiatan dengan senang hati tanpa rasa takut dan malu.

Perkembangan sosial emosional merupakan salah satu aspek perkembangan yang sangat penting bagi setiap anak karena merupakan salah satu faktor penentu kesuksesannya di masa depan. Hal ini disebabkan karena anak terbentuk melalui sebuah perkembangan dalam proses belajar. Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan. Perkembangan merupakan suatu proses yang berlangsung secara teratur dan terus menerus. Berbeda dengan istilah pertumbuhan, perkembangan berorientasi proses mental sedangkan pertumbuhan lebih berorientasi pada peningkatan ukuran dan struktur.

Perkembangan berlangsung seumur hidup sedangkan pertumbuhan mengalami batas waktu tertentu. Perkembangan berkaitan dengan hal-hal yang bersifat fungsional, sedangkan pertumbuhan bersifat biologis. Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita.

Campos (dalam Santrock 2007) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh individu tersebut. Emosi diwakilkan pada perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami.

Emosi dapat berbentuk rasa senang, takut, marah, benci, cinta, kesedihan dan sebagainya. Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa “emosi merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku”.

Perkembangan sosial merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam sebuah kelompok.

Awal perkembangan sosial pada anak tumbuh dari hubungan anak dengan orang tua atau pengasuh dirumah terutama anggota keluarganya. Tanpa disadari anak mulai belajar berinteraksi dengan orang diluar keluarganya yaitu dengan dengan tetangga dan tahapan selanjutnya ke sekolah.

Perkembangan sosial anak yang optimal diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons yang sehat dari lingkungan terhadap anak dan kesempatan yang diberikan untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan minat dan sikapnya terhadap orang lain.

Sosialisasi merupakan suatu proses di mana anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial serta belajar bergaul dengan bertingkah laku seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1978), yaitu: (1) Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat; (2) belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat; dan (3) mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.

Bentuk-bentuk hubungan sosial emosional dengan fisik, mental, dan psikologis. Tampilan emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, atau dengan kata lain ekspresi emosi memungkinkan anak bersosialisasi dalam suatu lingkungan sosial yang dimasukinya.

Melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-anak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain. Dengan ekspresi emosi, mereka dapat menunjukkan rasa kegembiraan, kebencian, ketakutan, dan sebagainya.

Tampilan emosi pada anak dapat dijadikan dasar dalam memahami perkembangan mental dan psikologis anak. Secara mental, tekanan emosi akan mempengaruhi konsentrasi, kemampuan mengingat, dan menyerap pengalaman belajar. Begitu pula tekanan emosi pada anak akan mempengaruhi motivasi, minat, dan ekspresi psikologis lainnya. Emosi anak dengan segala ekspresinya merupakan sumber penilaian diri dan sosial anak. Orang dewasa dapat menilai anak dari cara anak mengekpresikan emosinya.

Orang dewasa juga dapat menilai perkembangan emosi anak serta jenis dan bentuk emosi apa saja yang dominan muncul atau ditampilkan oleh anak dalam pergaulan dan aktivitasnya, baik ketika dirumah, disekolah, dalam kegiatan bermain, maupun aktivitas lainnya.

Bagi para pendidik dan orang tua sangat penting mengetahui dan mengenali gejala emosi dan perilaku sosial anak serta dampak-dampaknya. Tujuannya adalah agar tindakan preventif dan interventif dapat segera dilakukan jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai harapan atau penyimpangan.

Tindakan preventif misalkan dengan mengomunikasikan peraturan berperilaku pada saat terlibat dalam suatu kegiatan, sedangkan tindakan interventif misalkan, pada saat anak berperilaku yang membahayakan dirinya maupun teman-temannya.

Berbagai pembuktian tentang adanya hubungan dan pengaruh dari perkembangan sosial emosional terhadap perkembangan fisik dan mental individu, khususnya anak, telah dilakukan sejak lama.

Stimulasi atas emosi pada anak-anak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan-perubahan kondisi fisik pada individu yang bersangkutan.

Secara umum kita dapat menangkap bahwa ekspresi dari emosi yang menyenangkan akan mempercantik tampilan wajah seseorang, sedangkan emosi yang tidak menyenangkan akan menyuramkan tampilan wajah dan menyebabkan orang tersebut menjadi kurang menarik untuk dilihat.

Hal ini mengisyaratkan betapa dekatnya perilaku emosi dan perilaku sosial. Tampilan kedua efek emosi tersebut dapat memberi pengaruh lebih jauh. Masih dikategorikan pengaruh emosi terhadap wilayah fisik, emosi juga berpengaruh terhadap perkembangan dan kemampuan motorik seseorang.

Berdasarkan pengamatan, ternyata ketegangan emosi pada seseorang dapat mengganggu kerja dan keterampilan motoriknya. Terhadap aspek mental tampaknya perkembangan sosial emosional juga berpengaruh kuat. Kekurangan atau keterlambatan dalam perkembangan sosial emosional akan mempengaruhi arah dan kondisi perkembangan mental anak, juga sebaliknya kematangan dan kondisi mental anak berhubungan dengan perkembangan dan arah emosi serta sosial anak.

Hurlock, (1999) menyatakan bahwa emosi dapat berpengaruh dan mengganggu aktivitas mental karena kegiatan mental, (seperti konsentrasi, daya ingat, penalaran) sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang sangat kuat.

Pengaruh emosi pada aspek mental seseorang akan membawa pada melemahnya kemampuan mengingat (recall). Lebih jauh dapat mengakibatkan tidak dapat mengingat sama sekali hal-hal yang telah dipelajari dan dihafalkan sebelumnya.

Secara psikologis efek dari tekanan emosi akan berpengaruh pada sikap, minat, dan dampak psikologis lainnya. Cara-cara bersikap anak, baik dalam bersosialisasi maupun dalam memberikan tanggapan atas stimulus yang mengenalnya akan terpengaruh.

Karena tekanan emosi tertentu anak menjadi tidak sabar, lekas marah atau melakukan penolakan (enggan menyentuh mainan, hanya ingin bermain dengan kelompok tertentu, dan sebagainya) yang mengarah kepada rendahnya kualitas dimensi psikologis anak.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan anak usia dini merupakan sebuah perubahan secara bertahap dalam kemampuan, emosi, dan keterampilan yang terus berlangsung hingga mencapai usia tertentu. Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung anak untuk bergerak bebas. 

Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik anak. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya kemampuan untuk duduk, menendang, berlari dll, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya memindahkan benda dari tangan, mencoret, menyusun, menggunting, dan menulis. 

Perkembangan motorik akan berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak tertentu mungkin akan bisa melompat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD

Arya, P.K. 2008. Rahasia Mengasah Talenta Anak. Jogjakarta: Think

Conny R. Semiawan, 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Indeks. Jakarta.

Gunarsa D, Singgih, 2010. Dasar dan Teori Perkembangan Anak: PT BPK Gunung Mulia.

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga Jakarta: Erlangga

Download Makalah Hubungan Perkembangan Motorik dengan Perkembangan Sosial