Melihat dari definisi di sebelumnya tampak bahwa untuk mengatakan sesuatu itu mukjizat terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Mukjizat harus berupa peristiwa luar biasa
Terdapat hal yang sangat luar biasa tetapi tidak dikatakan sebagai Mukjizat karena peristiwanya merupakan sesuatu yang biasa. Hal ini sebagaimana peristiwa alam yang terjadi setiap hari. Kejadian seperti halnya sihir yang tampak ajaib atau mungkin sangatlah ajaib tidak dikatakan mukjizat karena hal tersebut dapat dipelajari. Sehingga Setiap yang dikatakan mukjizat harus menunjukkan sesuatu yang luar biasa dan keadaanya tidak dapat dipelajari.
2. Mukjizat harus disampaikan atau dipaparkan oleh orang yang mengaku nabi
Kejadian yang sangat luar biasa mungkin terjadi kepada Nabi atau kepada orang yang taat beribadah kepada Allah dan bahkan mungkin terjadi kepada orang yang kafir kepada Allah. Sehingga yang terjadi kepada yang mengaku Nabi saja yang dikatakan sebagai Mukjizat. Adapun peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi kepada seseorang yang kelak menjadi Nabi dikatakan sebagai Irhash, kepada seseorang taat kepada Allah swt. dikatakan sebagai Karamah, dan kepada seseorang yang kafir kepada Allah swt, dikatakan sebagai lhanah (penghinaan) atau Istidraj (rangsangan untuk lebih durhaka). Sesuatu hal yang penting untuk diketahui bahwa nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir, maka tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggal beliau, walaupun ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat lagi terjadi dewasa ini.
3. Mukjizat harus mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Tantangan yang diungkapkan seseorang mungkin saja dilakukan saat atau sebelum menjadi Nabi. Dalam kaitannya dengan mukjizat hanyalah tantangan yang dikemukakan saat seseorang menjadi Nabi.
Dengan demikian, tantangan tersebut berbarengan dengan pengakuannya sebagai Nabi. Hal lain yang perlu dilihat adalah kandungan tantangan tersebut harus sejalan dengan ucapan Nabi.
4. Mukjizat harus merupakan tantangan yang tidak mampu atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang sama, maka ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu diketahui disini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing Nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya. Misalnya mukjizat Nabi Musa as.. yaitu beralihnya tongkat menjadi ular yang dihadapkan kepada masyarakat yang teramat mengandalkan sihir pada waktu itu.
1. Mukjizat harus berupa peristiwa luar biasa
Terdapat hal yang sangat luar biasa tetapi tidak dikatakan sebagai Mukjizat karena peristiwanya merupakan sesuatu yang biasa. Hal ini sebagaimana peristiwa alam yang terjadi setiap hari. Kejadian seperti halnya sihir yang tampak ajaib atau mungkin sangatlah ajaib tidak dikatakan mukjizat karena hal tersebut dapat dipelajari. Sehingga Setiap yang dikatakan mukjizat harus menunjukkan sesuatu yang luar biasa dan keadaanya tidak dapat dipelajari.
2. Mukjizat harus disampaikan atau dipaparkan oleh orang yang mengaku nabi
Kejadian yang sangat luar biasa mungkin terjadi kepada Nabi atau kepada orang yang taat beribadah kepada Allah dan bahkan mungkin terjadi kepada orang yang kafir kepada Allah. Sehingga yang terjadi kepada yang mengaku Nabi saja yang dikatakan sebagai Mukjizat. Adapun peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi kepada seseorang yang kelak menjadi Nabi dikatakan sebagai Irhash, kepada seseorang taat kepada Allah swt. dikatakan sebagai Karamah, dan kepada seseorang yang kafir kepada Allah swt, dikatakan sebagai lhanah (penghinaan) atau Istidraj (rangsangan untuk lebih durhaka). Sesuatu hal yang penting untuk diketahui bahwa nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir, maka tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggal beliau, walaupun ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat lagi terjadi dewasa ini.
3. Mukjizat harus mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Tantangan yang diungkapkan seseorang mungkin saja dilakukan saat atau sebelum menjadi Nabi. Dalam kaitannya dengan mukjizat hanyalah tantangan yang dikemukakan saat seseorang menjadi Nabi.
Dengan demikian, tantangan tersebut berbarengan dengan pengakuannya sebagai Nabi. Hal lain yang perlu dilihat adalah kandungan tantangan tersebut harus sejalan dengan ucapan Nabi.
4. Mukjizat harus merupakan tantangan yang tidak mampu atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang sama, maka ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu diketahui disini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing Nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya. Misalnya mukjizat Nabi Musa as.. yaitu beralihnya tongkat menjadi ular yang dihadapkan kepada masyarakat yang teramat mengandalkan sihir pada waktu itu.