Artikel Islam - Pada awal turunnya wahyu yang pertama (al Alaq 1-5) Muhammad saw. pada saat itu belum diangkat menjadi Rasul, dan hanya memiliki peran sebagai nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya. Sampai pada saat turunnya wahyu yang kedua barulah Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya sesuai dengan adanya firman Allah: “Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan” (QS 74: 1-2). (Quraish Shihab, 2006: 35).
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat Jahiliah ketika itu. Dapat dilihat, misal dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk numpuk harta; dan surah Al Ma’un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir-miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong.
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok: Pertama, Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran ajaran Al-Qur’an. Kedua, Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Qur’an, karena kebodohan mereka (QS 21:24), keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), atau karena adanya maksudmaksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: “Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan Nubuwwah, kemuliaan apalagi yang tinggal untuk kami. Ketiga, Dakwah Al-Qur’an mulai melebar melampaui perbatasan Makkah menuju daerahdaerah lainnya. (Quraish Shihab, 2006: 36)
Periode selanjutnya sejarah turunnya al-Qur’an pada periode selanjutnya terjadi selama 8-9 tahun, pada masa ini terjadi perkelahian dahsyat antara kaum Islam dan Jahiliah. Kelompok oposisi terhadap Islam memakai segala cara untuk menghalangi kemajuan dakwah Islam. Sehingga pada masa itu, ayat-ayat al-Qur’an di satu pihak, silih berganti turun menerangkan tentang kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu (Q.s. an-Nahl [16]: 125).
Sementara di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari suatu kebenaran. Di sini terbukti bahwa ayatayat al-Qur’an telah sanggup menahan paham-paham dari kaum jahiliah dari segala arah sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran sehat.
Proses turunnya al-Qur’an terbagi dalam dua tahapan: Pertama, turunnya al-Qur’an dari Lauh al-Mahfuz ke langit dunia. Kedua, turunnya al-Qur’an dari langit dunia kepada nabi Muhammad saw. Dengan perantaraan malaikat Jibril.
Turunnya al-Qur’an, baik itu dari Lauh al-Mahfuz ke langit dunia, maupun dari langit dunia kepada nabi Muhammad saw. dalam hal ini terdapat beberapa pandangan ulama:
a. Turunnya al-Qur’an dari Lauh al-Mahfuz ke Bait al-‘Izzah (bagian dari langit dunia) secara sekaligus pada malam Lailah al-Qadr di bulan Ramadan.
b. Turunnya al-Qur’an sebanyak 20 kali malam lailah al-Qadr dalam 20 tahun ke langit dunia, atau 23 kali dalam 23 tahun, atau 25 kali dalam 25 tahun.Pada tiap malam lailah al Qadr diturunkan sesuai dengan ketentuan Allah padatahun itu dan kemudian diturunkan secara berangsur-angsur sepanjang tahun.
c. Permulaan turunnya al-Qur’an pada malam Lailah al-Qadr. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur dalam berbagai waktu.
Dalil yang membuktikan adanya al-Qur’an telah turun secara sekaligus dan kemudian turun secara berangsur-angsur, adalah perbedaan makna “al-Tanzil”adalah bentuk masdar dari “زلَّن “dan “al-Inzal” masdar dari “ أنزل .“Ahli bahasa telah membedakan antara makna “al-Tanzil” dan “al-Inzal” tersebut, bahwa “al-Tanzil” maknanya ialah apa yang diturunkan secara terpisah, sedangkan “al-Inzal” adalah apa yang diturunkan secara umum.
Manna al-Qattan menyebutkan,8 proses turunnya al-Qur’an menurut pendapat yang kuat, bisa dibagi dua macam: Pertama, turunnya secara sekaligus pada malam lailah al-Qadr ke Bait al-‘Izzah, yaitu merupakan bagian dari langit dunia. Kedua, turunnya secara berangsur-angsur ke bumi yang diterima oleh Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril.
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat Jahiliah ketika itu. Dapat dilihat, misal dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk numpuk harta; dan surah Al Ma’un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir-miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong.
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok: Pertama, Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran ajaran Al-Qur’an. Kedua, Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Qur’an, karena kebodohan mereka (QS 21:24), keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), atau karena adanya maksudmaksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: “Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan Nubuwwah, kemuliaan apalagi yang tinggal untuk kami. Ketiga, Dakwah Al-Qur’an mulai melebar melampaui perbatasan Makkah menuju daerahdaerah lainnya. (Quraish Shihab, 2006: 36)
Periode selanjutnya sejarah turunnya al-Qur’an pada periode selanjutnya terjadi selama 8-9 tahun, pada masa ini terjadi perkelahian dahsyat antara kaum Islam dan Jahiliah. Kelompok oposisi terhadap Islam memakai segala cara untuk menghalangi kemajuan dakwah Islam. Sehingga pada masa itu, ayat-ayat al-Qur’an di satu pihak, silih berganti turun menerangkan tentang kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu (Q.s. an-Nahl [16]: 125).
Sementara di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari suatu kebenaran. Di sini terbukti bahwa ayatayat al-Qur’an telah sanggup menahan paham-paham dari kaum jahiliah dari segala arah sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran sehat.
Proses turunnya al-Qur’an terbagi dalam dua tahapan: Pertama, turunnya al-Qur’an dari Lauh al-Mahfuz ke langit dunia. Kedua, turunnya al-Qur’an dari langit dunia kepada nabi Muhammad saw. Dengan perantaraan malaikat Jibril.
Turunnya al-Qur’an, baik itu dari Lauh al-Mahfuz ke langit dunia, maupun dari langit dunia kepada nabi Muhammad saw. dalam hal ini terdapat beberapa pandangan ulama:
a. Turunnya al-Qur’an dari Lauh al-Mahfuz ke Bait al-‘Izzah (bagian dari langit dunia) secara sekaligus pada malam Lailah al-Qadr di bulan Ramadan.
b. Turunnya al-Qur’an sebanyak 20 kali malam lailah al-Qadr dalam 20 tahun ke langit dunia, atau 23 kali dalam 23 tahun, atau 25 kali dalam 25 tahun.Pada tiap malam lailah al Qadr diturunkan sesuai dengan ketentuan Allah padatahun itu dan kemudian diturunkan secara berangsur-angsur sepanjang tahun.
c. Permulaan turunnya al-Qur’an pada malam Lailah al-Qadr. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur dalam berbagai waktu.
Dalil yang membuktikan adanya al-Qur’an telah turun secara sekaligus dan kemudian turun secara berangsur-angsur, adalah perbedaan makna “al-Tanzil”adalah bentuk masdar dari “زلَّن “dan “al-Inzal” masdar dari “ أنزل .“Ahli bahasa telah membedakan antara makna “al-Tanzil” dan “al-Inzal” tersebut, bahwa “al-Tanzil” maknanya ialah apa yang diturunkan secara terpisah, sedangkan “al-Inzal” adalah apa yang diturunkan secara umum.
Manna al-Qattan menyebutkan,8 proses turunnya al-Qur’an menurut pendapat yang kuat, bisa dibagi dua macam: Pertama, turunnya secara sekaligus pada malam lailah al-Qadr ke Bait al-‘Izzah, yaitu merupakan bagian dari langit dunia. Kedua, turunnya secara berangsur-angsur ke bumi yang diterima oleh Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril.