Artikel Islam - Menurut al-Qattan dalam bukunya Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, bahwa ada dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.yaitu:
1. Datang kepadanya suara seperti gerincingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor kesadaran, hingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu, cara ini yang paling berat buat Rasulullah saw. dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghapal dan memahaminya.
2. Malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara yang demikian itu lebih ringan dari cara yang sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Rasulullah saw merasa senang sekali mendengar apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril pembawa wahyu itu.
Kemudian timbul pertanyaan bagaimana komunikasi ini dapat terjadi, padahal terdapat perbedaan watak, karena perbedaan tingkat eksistensi? Jawabannya adalah adanya perubahan yang terjadi pada salah satu dari dua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, sehingga komunikasi dengan pihak lain dapat dimungkinkan. Pertama: Rasulullah saw. berubah dari status kemanusiaannya menjadi status malaikat, kemudian menerima wahyu dari Jibril. Kedua: malaikat Jibril mengubah diri untuk masuk ke status kemanusiaan, sehingga Rasulullah saw.dapat menerima wahyu dari Jibril. Perubahan yang pertamalah yang paling berat.
Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana yang dikutip oleh Khairon Nahdhiyyin,“ dalam kaitannya dengan komuniakasi antara Rasulullah saw. dengan Jibril. Adadua keadaan, pertama: Rasulullah saw. melepaskan kodratnya sebagai manusia yangbersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang sifatnya rohani. Kedua: malaikat berubah dari wujud asli menjadi manusia.
1. Datang kepadanya suara seperti gerincingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor kesadaran, hingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu, cara ini yang paling berat buat Rasulullah saw. dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghapal dan memahaminya.
2. Malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara yang demikian itu lebih ringan dari cara yang sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Rasulullah saw merasa senang sekali mendengar apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril pembawa wahyu itu.
Kemudian timbul pertanyaan bagaimana komunikasi ini dapat terjadi, padahal terdapat perbedaan watak, karena perbedaan tingkat eksistensi? Jawabannya adalah adanya perubahan yang terjadi pada salah satu dari dua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, sehingga komunikasi dengan pihak lain dapat dimungkinkan. Pertama: Rasulullah saw. berubah dari status kemanusiaannya menjadi status malaikat, kemudian menerima wahyu dari Jibril. Kedua: malaikat Jibril mengubah diri untuk masuk ke status kemanusiaan, sehingga Rasulullah saw.dapat menerima wahyu dari Jibril. Perubahan yang pertamalah yang paling berat.
Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana yang dikutip oleh Khairon Nahdhiyyin,“ dalam kaitannya dengan komuniakasi antara Rasulullah saw. dengan Jibril. Adadua keadaan, pertama: Rasulullah saw. melepaskan kodratnya sebagai manusia yangbersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang sifatnya rohani. Kedua: malaikat berubah dari wujud asli menjadi manusia.