Artikel Pendidikan - Pelaksanaan Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang dilaksanakan di Jakarta tanggal 14 Januari 2010, telah mencapai Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa yang menyatakan bahwa dalam implementasinya, pendidikan karakter dilaksanakan dengan dua strategi utama, yaitu strategi konteks makro, yang berskala nasional, dan strategi konteks mikro, yang berskala local atau satuan pendidikan.
Konteks makro pendidikan karakter di Indonesia dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Secara makro, pengembangan karakter dibagi menjadi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali, dikristalisasi, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber ideologi bangsa, perundangan yang terkait, pertimbangan teoritis: teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan, dan sosio-kultural, serta pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktik terbaik dari tokoh-tokoh, kelompok kulatural, pesantren dan lain-lain.
Pada tahap pelaksanaan (implementasi), dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di setiap pilar pendidikan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui intervensi dan habituasi.
Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan penerapan pengalaman belajar terstruktur. Dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan para siswa di mana saja membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan telah menjadi karakter dirinya, karena telah diinternalisasi dan dipersonifikasi melalui proses intervensi. Sedangkan pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk mendeteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik.
Sedangkan konteks mikro pendidikan karakter di Indonesia dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Dalam ranah mikro, sekolah sebagai leading sector berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk inisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secata terus menerus proses pendidikan karakter di sekolah. Dalam konteks mikro ini, pengembangan nilai karakter dibagi dalam empat pilar, yaitu kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah, kegiatan kokurikuler dan atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.
Konteks makro pendidikan karakter di Indonesia dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Secara makro, pengembangan karakter dibagi menjadi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali, dikristalisasi, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber ideologi bangsa, perundangan yang terkait, pertimbangan teoritis: teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan, dan sosio-kultural, serta pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktik terbaik dari tokoh-tokoh, kelompok kulatural, pesantren dan lain-lain.
Pada tahap pelaksanaan (implementasi), dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di setiap pilar pendidikan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui intervensi dan habituasi.
Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan penerapan pengalaman belajar terstruktur. Dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan para siswa di mana saja membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan telah menjadi karakter dirinya, karena telah diinternalisasi dan dipersonifikasi melalui proses intervensi. Sedangkan pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk mendeteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik.
Sedangkan konteks mikro pendidikan karakter di Indonesia dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Dalam ranah mikro, sekolah sebagai leading sector berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk inisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secata terus menerus proses pendidikan karakter di sekolah. Dalam konteks mikro ini, pengembangan nilai karakter dibagi dalam empat pilar, yaitu kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah, kegiatan kokurikuler dan atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat.