Teori-Teori Sosiologi


Artikel Pendidikan. Teori-teori Sosiologi merupakan ikhtiar dalam hal-hal yang telah di ketahui serta di uji. berikut ini beberapa teori Sosiologi sebagai berikut: Teori Sosiologi terdiri dari Teori Dalam Sosiologi yaitu Teori Aksi, Teori Sistem, Teori Fungsionalisme, Teori Konflik dan Teori Perilaku Pertukaran.

Teori-Teori Sosiologi

Kegunaan teori sosiologi
  1. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi
  2. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi
  3. Teori berguna untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi
  4. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian
  5. Pengetahuan teoretis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa yang lampau dan pada dewasa ini.


Teori-teori dalam sosiologi
Beberapa Teori dalam sosiologi umum yang sering digunakan untuk menganalisa gejala sosial dan juga dapat dipakai untuk menganalisa perilaku kesehatan individu maupun suatu kelompok masyarakat:
a. Teori Aksi
Teori Aksi Dikenal juga sebagai teori bertindak.
Menurut Max Weber, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu
Menurut Talcott Parsons, tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian. Contohnya: Keputusan seseorang untuk ikut serta atau menolak program KB tidak hanya tergantung dari kedudukannya dalam komunitas itu (seorang guru atau seorang petani), atau apakah metode kontrasepsi (pencegah kehamilan) itu sesuai atau tidak dengan agama yang dianutnya, melainkan juga dari kepatuhannya atau keberaniannya untuk menolak KB sekalipun akan menimbulkan rasa tidak enek terhadap tetangga dan tokoh masyarakat Secara skematis teori aksi ini dapat digambarkan sebagai berikut (Teori Weber):
Teori Aksi menurut Weber

b. Teori Sistem
Bertalanffy mengamati konsep sistem merupakan suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen/sub sistem yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Dengan konsep sistem ini menurut Bertanlanffy dapat digunakan untuk menganalisa perilaku dan gejala sosial, dimana teori-teori yang dianggap cocok bagi suatu sistem dibahas dalam kaitannya dengan berbagai sistem yang lebih luas maupun dengan sub-sistem yang tercakup di dalamnya. Contohnya interaksi antara keluarga (sistem), anak (sub-sistem) dan masyarakat (supra sistem). Selain kaitan secara vertikal, juga dapat dilihat hubungan horizontal suatu sistem dengan berbagai sistem yang sederajat.
Teori sistem Bertanlanffy

Parsons memandang teori yang diprakarsai oleh Bertalanffy ini sebagai teori yang dapat dikembangkan lebih luas guna diterapkan dalam sosiologi. Parsons melihat suatu analog! antara masyarakat dan suatu organisme yang hidup, yaitu bahwa keduanya merupakan sistem yang terbuka, yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan lingkungan-nya. Sistem kehidupan ini dapat dianalisa melalui dua dimensi, yaitu melalui inter-relasi antara bagian-bagian/elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut, dan interaksi/pertukaran antara sistem itu dengan lingkungannya.

Dalam teorinya yang dinamakan teori sistem umum (grand theory)Parsons berpendapat bahwa ada empat unsur utama yang tercakup dalam segala sistem kehidupan, yaitu: latent pattern-maintenance (L) atau cara mempertahankan kesinambungan tindakan di dalam suatu sistem yang mengikuti norma atau aturan tertentu; integration (I), adalah mengkoordinasi dan menyatukan bagianbagian dari satu sistem menjadi suatu kesatuan fungsi; goal attainment (G) yang merupakan upaya menentukan prioritas dari beberapa tujuan sistem serta mencapai tujuan tersebut; dan adaptation (A), yaitu kemampuan sistem untuk menyerap apa-apa yang dibutuhkannya dari lingkungannya serta membagikannya kepada seluruh bagian sistem. Keempat fungsi atau unsur utama ini harus dipenuhi oleh setiap sistem demi kelestarian kehidupannya dan membentuk inter-relasi seperti digambarkan dalam skema di bawah ini:
Teori Sistem Parsons (Inter relasi antara fungsi utama dalam sistem)

c. Teori Fungsionalisme
  1. Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan
  2. Setiap struktur dalam sistem sosial adalah fungsional terhadap yang lain
  3. Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium).

d. Teori Konflik
  1. Masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya
  2. Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial
  3. Keteraturan dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa
  4. Konflik memimpin ke arah perubahan dan pembangunan.

e. Teori Perilaku Pertukaran
Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, seorang ahli lain, George Homans mengembangkan teori pertukaran berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia menawarkan jasa/barang tertentu dengan harapan memperoleh imbalan jasa/barang lain. Interaksi sosial pun menggunakan prinsip resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya, individu melakukan suatu tindakan demi mendapat imbalan atau justru untuk menghindari hukuman.
Perilaku individu diarahkan oleh norma sosial dan konformitas terhadap norma kelompok akan diberi imbalan/hadiah, sedangkan penyelewengan apalagi pemberontakan terhadap norma kelompok akan dihukum. Teori Homans ini dinamakan teori perilaku pertukaran. Inti teori ini adalah bahwa setiap perilaku akan ditentukan oleh imbalan (reward). Bentuk imbalan bisa berwujud materi dan juga bukan materi.

Bagi Homans tujuan perilaku manusia adalah tujuan ekonomis, yaitu untuk memperbesar keuntungan atau imbalan dan seluruh fenomena sosial dapat dianalisa sebagai bentuk-bentuk pertukaran. Homans menggunakan teori behaviourism dari ahli psikologi Skinner dalam usahanya menjelaskan proses pertukaran dalam perilaku individu dan kelompok. Dia meminjam istilah-istilah yang digunakan oleh Skinner sehubungan dengan perubahan perilaku, yaitu sukses, stimulus, nilai, kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan/approval versus agresi, dan dibuatnya proposisi sebagai berikut
a. Proposisi Sukses: makin sering suatu tindakan menghasilkan imbalan/hadiah, makin kuat kecenderungan individu untuk melakukan tindakan tersebut.
b. Proposisi Stimulus: jika di masa lau tindakan individu sebagai tanggapan dari suatu stimulus tertentu ternyata mendapat imbalan yang positif, maka jika stimulus serupa timbul lagi, individu cenderung untuk mengulangi tindakan yang sama.
c. Proposisi Nilai : makin tinggi harga/nilai suatu hasil tindakan bagi individu, makin besar kemungkinannya bahwa individu itu akan melakukan tindakan tersebut.
d. Proposisi Kekurangan-Kejenuhan : makin sering individu menerima imbalan tertentu, makin kecil makna imbalan tersebut baginya.
e. Proposisi Persetujuan-Agresi : bila seseorang tidak menerima imbalan yang diharapkan, atau jika dia menerima hukuman diluar harapannya, dia cenderung untuk bertindak agresif. Sedangkan jika tindakan individu diberi imbalan seperti yang diharapkan, maka dia akan setuju untuk melakukan tindakan tersebut.

Proposisi yang diajukan oleh Homans tersebut di atas saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan. Artinya, setiap individu menentukan tindakannya dengan mempertimbangkan semua faktor yang dikemukakan dalam proposisi tersebut. Hubungan dan kedudukan manusia dalam masyarakat harus terjalin secara adil, kata Homans. Dalam proses interaksi sosial orang mengharapkan untuk memperoleh imbalan yang sesuai dengan pengorbanan atau biaya yang telah dikeluarkannya. Pada umumnya orang cenderung untuk membandingkan dirinya dengan orang lain yang dirasakan mirip dengannya, dan bukan membandingkan dirt dengan orang yang sangat berbeda dengannya. Juga dia membandingkan dirinya dengan orang yang terlibat dalam proses pertukaran dengannya. Perbandingan inilah yang dijadikan landasan untuk menilai keadilan suatu transaksi. Meskipun kepuasan individu dalam transaksi itu bersifat relatif, namun jika dirasakan bahwa imbalan yang diterima tidak sesuai dengan pengorbanan/biayanya, maka akan timbul masalah ketidakadilan dalam distribusi imbalan. Misalnya, kader kesehatan yang sama sekali tidak menerima imbalan uang atas kegiatannya menyelenggarakan posyandu, akan merasa diperlakukan tidak adil jika melihat petugas KB yang dibayar Rp. 2000,-setiap kali pergi mengunjungi rumah akseptor.

Teori Homans ini mendapat kritik dari ahli-ahli lain. Pertama, berbeda dengan binatang, manusia itu tidak hanya tergantung dari masa lalunya, tetapi dapat meramalkan dan menciptakan masa depannya sesuai dengan keinginannya. Oleh karenanya perilaku manusia tidaklah semata-mata tergantung dari pengalamannya di masa lalu. Lalu, apakah teori perilaku pertukaran ini dapat menjelaskan terjadinya perbudakan dan peperangan. 

Adakah keadilan sosial dalam kasus perbudakan dan perang? Tampaknya teori Homans ini terlalu sempit dan tidak dapat menjelaskan perilaku yang kompleks serta munculnya kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Di samping teori-teori di atas masih terdapat banyak lagi teori sosiologi yang terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Teoriteori itu dapat ditemukan dalam berbagai kepustakaan tentang sosiologi.