Artikel Pendidikan. Teori-teori Sosiologi merupakan ikhtiar dalam hal-hal yang telah di ketahui serta di uji. berikut ini beberapa teori Sosiologi sebagai berikut: Teori Sosiologi terdiri dari Teori Dalam Sosiologi yaitu Teori Aksi, Teori Sistem, Teori Fungsionalisme, Teori Konflik dan Teori Perilaku Pertukaran.
Kegunaan teori
sosiologi
- Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi
- Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi
- Teori berguna untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi
- Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian
- Pengetahuan teoretis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa yang lampau dan pada dewasa ini.
Teori-teori dalam
sosiologi
Beberapa Teori dalam
sosiologi umum yang sering digunakan untuk menganalisa gejala sosial dan juga dapat
dipakai untuk menganalisa perilaku kesehatan individu maupun suatu kelompok
masyarakat:
a. Teori Aksi
Teori Aksi Dikenal juga sebagai
teori bertindak.
Menurut Max Weber,
individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi,
pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi
tertentu
Menurut Talcott
Parsons, tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu sistem
sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian. Contohnya: Keputusan
seseorang untuk ikut serta atau menolak program KB tidak hanya tergantung
dari kedudukannya dalam komunitas itu (seorang guru atau seorang
petani), atau apakah metode kontrasepsi (pencegah kehamilan) itu sesuai
atau tidak dengan agama yang dianutnya, melainkan juga dari kepatuhannya
atau keberaniannya untuk menolak KB sekalipun akan menimbulkan rasa tidak
enek terhadap tetangga dan tokoh masyarakat Secara skematis teori
aksi ini dapat digambarkan sebagai berikut (Teori Weber):
b. Teori Sistem
Bertalanffy mengamati
konsep sistem merupakan suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen/sub
sistem yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Dengan konsep sistem ini menurut Bertanlanffy dapat digunakan untuk menganalisa perilaku dan
gejala sosial, dimana teori-teori yang dianggap cocok bagi suatu sistem dibahas
dalam kaitannya dengan berbagai sistem yang lebih luas maupun dengan
sub-sistem yang tercakup di dalamnya. Contohnya interaksi antara keluarga (sistem),
anak (sub-sistem) dan masyarakat (supra sistem). Selain kaitan secara vertikal,
juga dapat dilihat hubungan horizontal suatu sistem dengan berbagai sistem
yang sederajat.
Parsons memandang teori
yang diprakarsai oleh Bertalanffy ini sebagai teori yang dapat dikembangkan lebih
luas guna diterapkan dalam sosiologi. Parsons melihat suatu analog! antara
masyarakat dan suatu organisme yang hidup, yaitu bahwa keduanya merupakan sistem
yang terbuka, yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan
lingkungan-nya. Sistem kehidupan ini dapat dianalisa melalui dua dimensi,
yaitu melalui inter-relasi antara bagian-bagian/elemen-elemen yang membentuk sistem
tersebut, dan interaksi/pertukaran antara sistem itu dengan
lingkungannya.
Dalam teorinya yang
dinamakan teori sistem umum (grand theory)Parsons berpendapat bahwa ada
empat unsur utama yang tercakup dalam segala sistem kehidupan, yaitu: latent
pattern-maintenance (L) atau cara mempertahankan kesinambungan tindakan di
dalam suatu sistem yang mengikuti norma atau aturan tertentu;
integration (I), adalah mengkoordinasi dan menyatukan bagianbagian dari satu sistem menjadi
suatu kesatuan fungsi; goal attainment (G) yang merupakan upaya
menentukan prioritas dari beberapa tujuan sistem serta mencapai tujuan tersebut;
dan adaptation (A), yaitu kemampuan sistem untuk menyerap apa-apa yang
dibutuhkannya dari lingkungannya serta membagikannya kepada
seluruh bagian sistem. Keempat fungsi atau unsur utama ini harus dipenuhi
oleh setiap sistem demi kelestarian kehidupannya dan membentuk inter-relasi
seperti digambarkan dalam skema di bawah ini:
c. Teori Fungsionalisme
- Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan
- Setiap struktur dalam sistem sosial adalah fungsional terhadap yang lain
- Konsep-konsep utamanya adalah: fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium).
d. Teori Konflik
- Masyarakat senantiasa dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya
- Setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial
- Keteraturan dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa
- Konflik memimpin ke arah perubahan dan pembangunan.
e. Teori Perilaku
Pertukaran
Dalam upaya menjelaskan
fenomena sosial, seorang ahli lain, George Homans mengembangkan teori
pertukaran berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia
menawarkan jasa/barang tertentu dengan harapan memperoleh imbalan
jasa/barang lain. Interaksi sosial pun menggunakan prinsip resiprositas seperti
dalam transaksi ekonomi. Artinya, individu melakukan suatu tindakan demi mendapat
imbalan atau justru untuk menghindari hukuman.
Perilaku individu
diarahkan oleh norma sosial dan konformitas terhadap norma kelompok akan diberi
imbalan/hadiah, sedangkan penyelewengan apalagi pemberontakan terhadap
norma kelompok akan dihukum. Teori Homans ini dinamakan teori perilaku
pertukaran. Inti teori ini adalah bahwa setiap perilaku akan ditentukan oleh
imbalan (reward). Bentuk imbalan bisa berwujud materi dan juga bukan materi.
Bagi Homans tujuan
perilaku manusia adalah tujuan ekonomis, yaitu untuk memperbesar keuntungan
atau imbalan dan seluruh fenomena sosial dapat dianalisa sebagai
bentuk-bentuk pertukaran. Homans menggunakan teori behaviourism dari ahli
psikologi Skinner dalam usahanya menjelaskan proses pertukaran dalam perilaku
individu dan kelompok. Dia meminjam istilah-istilah yang digunakan oleh
Skinner sehubungan dengan perubahan perilaku, yaitu sukses, stimulus, nilai,
kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan/approval versus agresi, dan
dibuatnya proposisi sebagai berikut
a. Proposisi Sukses:
makin sering suatu tindakan menghasilkan imbalan/hadiah, makin
kuat kecenderungan individu untuk melakukan tindakan tersebut.
b. Proposisi Stimulus:
jika di masa lau tindakan individu sebagai tanggapan dari suatu stimulus
tertentu ternyata mendapat imbalan yang positif, maka jika stimulus serupa
timbul lagi, individu cenderung untuk mengulangi tindakan yang sama.
c. Proposisi Nilai :
makin tinggi harga/nilai suatu hasil tindakan bagi individu, makin besar
kemungkinannya bahwa individu itu akan melakukan tindakan tersebut.
d. Proposisi
Kekurangan-Kejenuhan : makin sering individu menerima imbalan tertentu, makin kecil
makna imbalan tersebut baginya.
e. Proposisi
Persetujuan-Agresi : bila seseorang tidak menerima imbalan yang diharapkan, atau jika dia
menerima hukuman diluar harapannya, dia cenderung untuk bertindak
agresif. Sedangkan jika tindakan individu diberi imbalan seperti yang
diharapkan, maka dia akan setuju untuk melakukan tindakan tersebut.
Proposisi yang diajukan
oleh Homans tersebut di atas saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan.
Artinya, setiap individu menentukan tindakannya dengan mempertimbangkan
semua faktor yang dikemukakan dalam proposisi tersebut. Hubungan dan
kedudukan manusia dalam masyarakat harus terjalin secara adil, kata Homans.
Dalam proses interaksi sosial orang mengharapkan untuk memperoleh imbalan
yang sesuai dengan pengorbanan atau biaya yang telah dikeluarkannya.
Pada umumnya orang cenderung untuk membandingkan dirinya dengan orang lain
yang dirasakan mirip dengannya, dan bukan membandingkan dirt dengan
orang yang sangat berbeda dengannya. Juga dia membandingkan dirinya
dengan orang yang terlibat dalam proses pertukaran dengannya. Perbandingan
inilah yang dijadikan landasan untuk menilai keadilan suatu transaksi. Meskipun
kepuasan individu dalam transaksi itu bersifat relatif, namun jika dirasakan
bahwa imbalan yang diterima tidak sesuai dengan pengorbanan/biayanya,
maka akan timbul masalah ketidakadilan dalam distribusi imbalan.
Misalnya, kader kesehatan yang sama sekali tidak menerima imbalan uang atas
kegiatannya menyelenggarakan posyandu, akan merasa diperlakukan tidak adil
jika melihat petugas KB yang dibayar Rp. 2000,-setiap kali pergi mengunjungi rumah
akseptor.
Teori Homans ini mendapat
kritik dari ahli-ahli lain. Pertama, berbeda dengan binatang, manusia itu
tidak hanya tergantung dari masa lalunya, tetapi dapat meramalkan dan
menciptakan masa depannya sesuai dengan keinginannya. Oleh karenanya perilaku
manusia tidaklah semata-mata tergantung dari pengalamannya di masa lalu. Lalu,
apakah teori perilaku pertukaran ini dapat menjelaskan terjadinya perbudakan dan
peperangan.
Adakah keadilan sosial dalam kasus perbudakan dan perang?
Tampaknya teori Homans ini terlalu sempit dan tidak dapat menjelaskan
perilaku yang kompleks serta munculnya kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Di samping teori-teori di atas masih terdapat banyak lagi teori sosiologi yang
terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Teoriteori itu dapat ditemukan dalam
berbagai kepustakaan tentang sosiologi.