PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM. Ada dua macam pendekatan dalam
pengembangan kurikulum yang relevan bagi pembelajaran tematik
integratif, yaitu integrated curriculum approarch dan holistic curriculum approach.
Masing-masing pendekatan dapat diuraikan sebagai berikut.
Pendekatan integrated kurikulum
dilakukan dengan mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata
pelajaran yang dicapai dengan cara memusatkan tema atau beberapa mata pelajaran dari berbagai disiplin ilmu, batas-batas mata pelajaran dapat
ditiadakan (Nasution, 1993:111). Sistem pengajaran dikembangkan dalam
bentuk pengajaran unit (Oemar Hamalik, 2011:37), di mana mata pelajaran
atau bidang studi tidak terpisah satu dengan lainnya dan tidak ada pembatas
antar satu dan yang lainnya. Integrated curriculum bertolak dari
konsep kesatuan yang bermakna dan terstruktur (Oemar Hamalik,
2011:36).
Sosialisasi Pengembangan Kurikulum |
Bermakna artinya bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki
makna, arti, faedah dan manfaat tertentu. Keserluruhan dalam konteks ini
bukan berarti penjumlahan bagian bagian, melainkan suatu totalitas yang
memiliki makna khusus. Terstruktur didasarkan pada asumsi bahwa setiap
bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu
struktur tertentu. Pendidikan anak adalah pendidikan keseluruhan untuk
membentuk keseluruhan totalitas diri anak dan masing-masing aspek kepribadian
anak bukanlah sesuatu yang dapat dipisahpisahkan, misalnya aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Oleh karenanya kurikulum integratif dimaksudkan
untuk membentuk pribadi individu yang utuh dengan didasarkan pada
pertimbangan bahwa individu merupakan makhluk hidup potensial yang sedang
berkembang dan berada dalam masyarakat yang selalu berkembang.
Kurikulum ini membuka kesempatan
yang lebih besar untuk dilakukannya kerja kelompok, memanfaatkan lingkungan dan masyarkat sebagai sumber belajar,
memperhatikan individual differences, melibatkan peserta didik dalam perencanaan
pembelajaran. Selain memperoleh sejumlah pengetahuan yang fungsional
kurikulum ini juga lebih mengutamakan proses belajar peserta didik bukan hanya
hasil belajarnya saja. Cara memperoleh pengetahuan untuk memecahkan maalah
dianggap penting karena akan berpengaruh pada hasil hasil
pemecahan masalahnya. Integrated curriculum sangat fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar yang sama bagi setiap
peserta didik. Guru, orang tua dan peserta didik merupakan komponen utama yang bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran. Selama percobaan
antara tahun 1932 – 1940, integrated curriculum ini membuktikan peserta
didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik, memiliki kemantapan kepribadian dan bisa terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan lebih luas
(Nasution, 1992:112).
Integrated curriculum sangat
memperhatikan aspek-aspek psikologis yang berpengaruh terhadap integrasi
individu dengan lingkungannya (Abdullah Idi, 2010:148). Menurut Soetopo & Soemanto, integrated curriculum dibedakan menjadi tiga,
yaitu the child centered curriculum, the social functions, dan the
experience curriculum. The child centered curriculum adalah perancangan
kurikulum di mana faktor peserta didik menjadi sentral konsideran dalam
pengambilan keputusan; the social functions curriculum adalah desain
kurikulum yang mencoba mengeliminasi mata pelajaran sekolah dari sisi keterpisahannya dengan fungsi-fungsi pokok kehidupan sosial yang menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar peserta didik; sedangkan the
experience curriculum adalah perancangan kurikulum yang mengedepankan
pemberian pengalaman sosial yang sebanyak-banyaknya kepada peserta
didik.
Pendekatan kurikulum holistik
melahirkan pendidikan yang holistik pula, yang melibatkan pengembangan
seluruh aspek diri peserta didik, baik pikiran, emosi, fisik dan semangat peserta didik. Melalui kurikulum ini, memungkinkan peserta didik
terhubung dengan masyarakat, alam, jiwa, mata pelajaran, jasmani dan rohani, dan
mampu mengembangkan intuisi dan riset (http://equinoxschool.ca/about/the-holistic-curriculum/,
diakses tanggal 8 Februari 2014 pukul 14.00 WIB).
1. Keterhubungan dengan masyarakat
Membangun masyarakat dapat dimulai
dari kelas dan kemudian meluas ke masyarakat lokal dan
global. Melalui pegembangan kurikulum holistik, peserta didik memperoleh
keterampilan untuk mencari solusi untuk masalah-masalah sosial yang
ada di sekitarnya. Peserta didik setelah lulus diharapkan mampu melakukan
aksi sosial guna menciptakan kehidupan yang lebih baik dan adil. Ruang kelas adalah pemberi
pengalaman pertama bagi peserta didik akan kehidupan kemasyarakatan. Para
guru harus memiliki komitmen untuk membangun komunitas kelas
yang kohesif. Untuk membangun masyarakat di dalam kelas dapat
dilakukan melalui kegiatan rutin dan mendekatkan peserta didik dengan
bahasa-bahasa sosial di masyarakat.
Misalnya, program pertemuan
mingguan kelas, bahasa untuk resolusi konflik, kegiatan pembelajaran
kolaboratif, dan diskusi kelas untuk membangun hubungan yang saling menghargai antar sesama peserta didik. Peserta didik belajar tentang
keadilan sosial melalui Ilmu Sosial yang memperkenalkan pesera didik
berbagai perspektif sosial dan untuk memunculkan rasa empati sekitar
isu-isu sosial di kelas yang kemudian dapat diperluas menjadi isu
masyarakat lokal dan global yang sedang terjadi. Guru mengajak peserta
didik untuk mengkritisi literatur yang ada, mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan disambungkan dengan realitas
sosial, seperti role play atau quiz.
2. Keterhubungan dengan alam
Kurikulum holistik mengajarkan
siswa tidak hanya tentang pemecahan masalah lingkungan sosial, tetapi yang tidak kalah penting adalah bagaimana peserta didik juga
memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan alam. Peserta didik diajarkan bagaimama mereka memiliki kepekaan terhadap masalah alam dan dengan
penuh kesadaran mampu mencari solusi alternatif atas masalah yang
terjadi di alam. Pada awalnya peserta didik dapat dipupuk rasa cina pada
lingkungan alam melalui berkebun dan bertani di taman sekolah atau kebun
di masyarakat setempat. Dalam hal ini sekolah dapat melakukan kemitraan
dengan para petani dan pemilik lahan perkebunan, baik petani organik
maupun non organik. Peserta didik akan memperoleh
pengalaman bertani dan berkebun di sekolah yang pada akhirnya akan
dijadikan sebagai bekal untuk memecahkan masalah yang mungkin
muncul suatu saat di lingkungannya. Dengan pengalaman tersebut peserta
didik akan mampu merekayasa lingkungan alam agar memberikan
kesejahteraan bagi makhluq hidup semuanya.
3. Keterhubungan dengan batin
Kurikulum holistik juga
menghubungkan peserta didik dengan kehidupan batin mereka, yang merupakan
energi vital yang memberikan arti dan tujuan hidup individu.
Sambungan kegiatan pembelajaran ke dalam kehidupan batin peserta didik
dicapai melalui kegiatan mendongeng. Cerita yang diceritakan
secara lisan akan mampu mengikat dan mengembangkan imajinasi peserta
didik. Cerita-cerita mitos, legenda, cerita rakyat, dongeng, sejarah
dari seluruh dunia dapat menjelaskan kepada peserta didik akan beragamnya budaya warisan dari nenek moyang.
Beberapa kegiatan rutin di kelas
yang dapat menghubungkan peserta didik dengan batin mereka misalnya
bernyanyi, menari, pembacaan puisisetiap hari, meditasi, berbicara melingkar di mana setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk berbagi
cerita, festival budaya dan seni, dan lain-lain
4. Keterhubungan tubuh dan pikiran
Kurikulum menekankan hubungan alami
antara tubuh dan pikiran. Peserta didik didorong untuk
mengeksplorasi hubungan antara tubuh dan emosi mereka, dan untuk mengembangkan apa yang mereka rasakan pada diri mereka. Kegiatan ditekankan
pada upaya untuk menciptakan tubuh yang sehat, mengembangkan
komunikasi yang positif dan kesadaran dalam semua tindakan, menyadari apa
yang telah dilakukan dan saat melakukannya. Kegiatan yang digunakan untuk
merangsang hubungan pikiran-tubuh di dalam kelas misalnya drama, gerakan
kreatif, tari, kinerja, role play, yoga, meditasi dan relaksasi.
5. Keterhubungan dengan materi
Hubungan antar mata pelajaran
melahirkan kurikulum yang terintegrasi. Integrasi ini
dilakukan lintas pelajaran dalam pembahasan tema-tema yang luas dan sering pula
dikenal dengan instilah transdiciplinary. Sejumlah mata
pelajaran diintegrasikan ke dalam tema pelajaran lain di mana hal ini
ternyata dapat membantu untuk memperdalam pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran.
6. Keterhubungan Intuisi dan
Inquiry
Pendekatan berbasis inquiry adalah
salah satu cara yang guru mengembangkan intuisi siswa. Dalam
menghubungkan intuisi dan inkuiri guru dapat melakukan kegiatan yang memfasilitasi eksplorasi di taman bermain, di dalam dan di luar
kelas. Peserta didik diarahkan bereksplorasi, membuat penemuan dan
prediksi, guru berperan sebagai pendorong dengan
pertanyaan-pertanyaan terbuka. Peserta didik dapat mendokumentasikan eksplorasi mereka
melalui gambar atau tulisan, video.