Informasi Umum. Salah
satu tujuan penanaman pohon pelindung di jalan untuk mengurangi kadar karbon
dioksida yang berlebih di lingkungan, serta diharapkan dapat menyuplai sejumlah
besar oksigen dari hasil fotosintesis tumbuhan. Tujuan ini akan terwujud
apabila kemapuan suatu tumbuhan dalam melepaskan oksigen tergantung kepada
tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju fotosintesis tinggi. Dalam
bukunya Djamal (2005: 68) mengatakan, “Fotosintesis adalah suatu proses
metabolisme tumbuh-tumbuhan berhijau daun yang sangat dinamis, tanggap terhadap
panjangnya hari dan faktor-faktor iklim. Kemampuan melepaskan O2
tergantung kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju
fotosintesis tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah.” Penanaman tanaman
pelindung ini juga akan mengurangi dampak pencemaran lingkungan perkotaan
akibat penebangan sejumlah pohon dengan tujuan
pelebaran jalan, perluasakan jalan serta penggalian drainase telah
menebang sebagian besar pohon pelindung yang telah ada semenjak di zaman penjajahan
dahulu telah habis ditebang.
Sebagai tanaman peneduh sekaligus tanaman pagar, kelompok
pohon sangat beragam jenis dan ukurannya, pohon-pohonan ini memiliki kanopi
daun yang berfungsi sebagai payung untuk meneduhi area pada radius tertentu.
Pohon peneduh ini dapat ditanam di luar pagar sebagai tanaman tepi jalan atau
ditanam di dalam pagar. Untuk peneduh di luar pagar dapat dipilih tanaman yang
lebih besar seperti jenis-jenis palem, sikat botol dan glodokan tiang.
(Saraswati, 2008:15)
Walaupun taman kota dapat berfungsi sebagai ruang terbuka
untuk kesehatan, kesejahteraan, dan kenyamanan, taman kota juga dapat
difungsikan sebagai ruang terbuka aktif yang mengundang unsur-unsur kegiatan di
dalamnya (tempat bersosialisasi, bermain, dan rekreasi). Untuk menunjang fungsi
tersebut taman kota dilengkapi berbagai unsur pembatas dan pengarah seperti
pohon peneduh, pagar hijau, aliran air dan kolam, tonggak, jalur tepi, serta
jalan setapak . untuk memperkuat identitas perlu dipertimbangkan pilihan jenis
pohon peneduh, bentuk, warna dan banyangan yang berdasarkan pada iklim dan
budaya setempat (misalnya Tanjung (Mimusops elengi L), asam atau gayam, dsb).
Pohon ini nantinya harus mampu menaungi tempat duduk maupun jalan setapak
(trotoar). (Frick dan Tri, 2006:98)
Untuk tanaman peneduh jalan diberikan beberapa persyaratan.
Buahnya tidak boleh terlalu besar berhubung bahaya menimpa orang yang berjalan
di bawahnya. Jatuhnya daun tidaklah boleh terlalu banyak, yaitu menyangkut
pengotoran jalan dan selokan, tumbuhan tidak boleh liar sehingga perlu
dilakukan pemeliharaan. Kayunya tidak mudah patah karena adanya angin kencang,
tumbuhnya perakaran tidak boleh cepat, menyangkut timbulnya akar pada jalan dan
merupakan tanggul pinggiran jalan. Pohon tidak boleh sangat teduh untuk memberi
kesempatan jalan mengering dalam waktu yang cukup pendek. Akhirnya akar sedikit
atau banyak harus dapat bertahan terhadap perusakan oleh lalu lintas jalan dan
tanaman tidak boleh mudah diganggu hama dan penyakit (Steenis, 1978:14).
Pada saat stomata terbuka maka semua partikel maupun unsur
yang terkadung di dalam udara ikut masuk melalui celah stomata tersebut.
Seperti yang dikatakan Tjitrosoepomo (2005:08) bahwa, “Air berserta garam-garam
diambil dari tanah oleh akar tumbuhan, sedang gas asam arang (CO2)
yang merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara melalui
celah-celah yang halus disebut mulut daun (stoma) masuk ke dalam daun”.
Fotosintesis adalah suatu proses metabolisme
tumbuh-tumbuhan berhijau daun yang sangat dinamis, tanggap terhadap panjangnya
hari dan faktor-faktor iklim. Kemampuan melepaskan O2 tergantung
kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju fotosintesis
tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah (Djamal,2005:68). Hal ini dapat
diasumsikan bahwa apabila laju fotosintesis tinggi maka O2 yang
disuplai tumbuhan dalam jumlah banyak namun jika laju tersebut terhambat maka
suplai O2 juga akan mengalami pengurangan.
Bagan Air Polution Controll(Kristanto,
2004:139)
Selain itu dipilih tumbuhan yang dapat menyerap polutan
yang dikeluarkan oleh kegiatan industri dan kendaraan bermotor yang semakin
menigkat, seperti Pb yang banyak dikeluarkan oleh kendaraan bermotor atau
gas-gas lain. Tumbuh-tumbuhan tersebut dapat menyaring debu atau meredam
kebisingan, menurunkan suhu, dan dapat menjadi habitat untuk satwa liar serta
memberikan pemandangan (estetika). Selain itu, perlu dikembangkan penataan
lansekap atau hutan kota yang dapat mengundang satwa, terutama di kawasan
industri. Satwa ini sekaligus mempunyai fungsi sebagai indikator, dimana gejala
dan perilaku satwa tersebut sebagai petunjuk terjadinya pencemaran udara,
lansekap di sekitar industri atau pabrik selain memberi nilai keindahan, juga
berfungsi untuk memonitor ketidak teraturan di dalam pabrik juga menyerap
gas-gas buangan (Djamal 2005:10). Tumbuhan juga dapat menjadi sistem pengendali
pencemaran di udara.