Pembelajaran merupakan interaksi antara antar siswa, antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi tersebut berfungsi untuk mengembangkan seluruh potensi, karakteristik, dan kecakapan siswa di antaranya karakteristik fisik, motorik, sosial, intelektual, emosional, moral, dan spiritual. Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan oleh guru ketika sedang mengajar adalah mengenali dan memahami karakteristik siswa terlebih dahulu. karena nanti Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru akan mudah dipahami siswa jika disampaikan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajar siswa sekarang.
Menurut teori konvergensi, anak terlahir seperti kertas yang tertulis dengan tulisan samar, sehingga tugas guru dalam pembelajaran adalah mempertebal tulisan tersebut supaya menjadi terang dan jelas. Berdasarkan teori tersebut, setiap siswa memiliki potensi yang unik yang diwarisi oleh orang tuanya (nature) sehingga lingkungan mempengaruhi dalam pengembangan potensi tersebut (nurture). Potensi adalah kemampuan yang masih terkandung dalam diri siswa, masih tersembunyi, masih kuncup dan belum terwujudkan yang diperoleh dari pembawaan sejak lahir dan harus dikembangkan secara optimal. Potensi merupakan modal dan sekaligus batas-batas bagi perkembangan kecakapan atau hasil belajar.
Potensi dibedakan menjadi potensi fisik dan psikologis (Desmita, 2014). Potensi fisik berkaitan dengan kondisi dan kesehatan tubuh, ketahanan dan kekuatan tubuh, serta kecakapan motorik. Sedangkan potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan atau intelegensi dan bakat antara lain kecerdasan umum (kemampuan intelektual), kecerdasan majemuk, kecerdasan emosi dan spiritual, serta bakat. Kecerdasan umum atau kemampuan intelektual merupakan kemampuan mental umum yang merupakan potensi bawaan dan mendasari kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif seperti pemecahan masalah, berpikir abstrak, dan bernalar. Menurut Gardner (Syaodih, 2011), kecerdasan majemuk atau kecerdasan jamak meliputi kecerdasan bahasa, matematis-logis, spasial-visual, kinestetis, musikal, hubungan sosial, intrapersonal, dan naturalis.
Kecerdasan emosi terkait kemampuan seseorang dalam menangani kecemasan diri dan dapat dikembangkan melalui proses belajar (Goleman, 1997). Kecerdasan spiritual terkait dengan kemampuan seseorang dalam beribadah dan menghambakan diri kepada Tuhannya. Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu potensi yang merupakan pembawaan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan pada bidang tertentu yang dikelompokan menjadi bakat bilangan, bahasa, tilik ruang, tilik hubungan sosial, dan gerak motoris (Makmun, 2009).
Secara fisik motorik, tahap perkembangan individu menurut Aritoteles (384-322 SM) terdiri dari:
- Masa kanak-kanak (0-7) tahun dengan ciri-ciri pergantian gigi.
- Masa anak sekolah (7-14) tahun dengan ciri gejala pubertas.
- Masa remaja (14-21) tahun dengan ciri primer dan sekunder.
Karakteristik siswa SD menunjukkan pertumbuhan berat badan lebih banyak dari pada pertumbuhan tinggi badan karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa bagian tubuh. Menurut Santrock (Desmita, 2014), perkembangan motorik siswa SD adalah:
- Mulai usia 6 tahun sudah berkembang koordinasi antara mata dengan tangan yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar, dan menangkap.
- Usia 7 tahun, tangan semakin kuat dan lebih menyukai menggunakan pensil daripada krayon untuk melukis.
- Usia 8-10 tahun, siswa dapat menggunakan tangan secara bebas, mudah, dan tepat. Koordinasi motorik halus berkembang sehingga siswa dapat menulis dengan baik, ukuran huruf menjadi lebih kecil dan rata.
- Usia 10-12 tahun, siswa mulai memilki keterampilan-keterampilan manipulatif meyerupai kemampuan orang dewasa. Mereka mulai menampilkan gerakan-gerakan kompleks, rumit, dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang berkualitas atau memainkan alat musik tertentu.
Implementasi pembelajaran dengan mempertimbangkan perkembangan fisik siswa yang dapat dilakukan guru adalah:
- Mengidentifikasi keadaan fisik dan kesehatan siswa.
- Mengumpulkan data kondisi fisik dan kesehatan siswa.
- Memperhatikan dan menanyakan kesehatan siswa pada setiap awal pembelajaran.
- Memberikan perhatian khusus kepada siswa yang mengalami gangguan panca indera dan tubuh kurang normal.
- Membimbing dan melatih siswa yang kemampuan motoriknya belum baik.
- Melaksanakan pembelajaran yang memfasilitasi pembiasaan sikap hidup sehat dan pengembangan keterampilan psikomotorik.
- Berkeja sama dengan tenaga ahli untuk mengatasi permasalahan siswa yang memerlukan penangan khusus.
- Bekerja sama dengan rekan sejawat dan orang tua siswa untuk mengembangkan potensi fisik siswa.