KUMPULAN SOAL DAN JAWABAN. SOAL DAN JAWABAN MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
SOAL DAN JAWABAN MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
1. Sebutkan Ciri-ciri Pemikiran Filasafat !
Jawab :
Pemikiran filsafat adalah sebagai berikut :
a. Sangat umun atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
b. Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual aalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
c. Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.
d. Berkaitan dengan arti
Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat, semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir(fallacy).
e.Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga tidak ada habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual.
e.Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga tidak ada habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual.
2. Sebutkan tokoh-tokoh pemikiran Filsafat Yunani serta sebutkan salah satu teori tokoh tersebut!
Jawab:
a) Thales (625-545 SM)
Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir, ia juga seorang ahli politik yang terkenal di Miletos saat itu masih ada kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu matematik dan astronomi. Ada yagn mengatakan bahwa Thales mempergunakan kepintarannya itu sebagai ahli nujum. Karena pada suatu waktu ia pernah meramalkan aka nada gerhana matahari pada bulan itu dan tahun itu dan ramalan itu benar. Hal itu menyatakan bahwa ia mengetahui ilmu matematik orang Babilonia yang sangat tersohor pada waktu itu.
Dengan jala berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian; apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada? Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi smber hidup. Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air.
b) Anaximandros (640-547)
c) Anaximenes (585-494 SM)
d) Pythagoras (580-500 SM)
e) Heraklitosn (540-480 SM)
3. Sebutkan tokoh-tokoh pemikiran filsafat Islam serta sebutkan salah satu teori tokoh tersebut!
Jawab :
1. Al-Kindi,
2. Al-Razi
3. Al-Farabi
4. Ibn Masarrah
5. Al-Amiri
6. Ibnu Miskawaih
7. Ibnu Haitham
8. Al-Biruni
9. Ibnu Sina
10. Al-Ghazali,
11. Ibnu Bajjah,
12. Ibnu Tufail
13. Ibnu Rushd
14. Najmeddin Kubra
15. Umar Suhrawardi
16. Fakhr al-Din Razi
17. Syahab al-Din Suhrawardi
Menurut Al-Kindi, benda-benda yang ada di alam ini, mempunyai dua hakikat: hakikat sebagai juz’i (al-haqiqat juz’iyyat) yang disebut ‘aniah dan hakikat sebagai kulli (alhaqiqat kulliyat), dan ini disebut mahiah, yaitu hakikat yang bersifat universal dalam bentuk genus (jins) dan species (nau’). (Nasution, 9)
Tentang alam, dalam risalahnya yang berjudul al-Ibaat ‘an al’illat al-Fa’ilat al-Qaribat fi kawn wa al-Fasad, pendapat Al-Kindi sejalan dengan Aristoteles bahwa benda di alam ini dapat dikatakan wujud yang actual apabila terhimbun empat ‘illat, yakni:
Menurut Al-Kindi, benda-benda yang ada di alam ini, mempunyai dua hakikat: hakikat sebagai juz’i (al-haqiqat juz’iyyat) yang disebut ‘aniah dan hakikat sebagai kulli (alhaqiqat kulliyat), dan ini disebut mahiah, yaitu hakikat yang bersifat universal dalam bentuk genus (jins) dan species (nau’). (Nasution, 9)
Tentang alam, dalam risalahnya yang berjudul al-Ibaat ‘an al’illat al-Fa’ilat al-Qaribat fi kawn wa al-Fasad, pendapat Al-Kindi sejalan dengan Aristoteles bahwa benda di alam ini dapat dikatakan wujud yang actual apabila terhimbun empat ‘illat, yakni:
1. al’Ushuriyyat (materi benda);
2. al-Shuriyyat (bentuk benda);
3. al-Fa’ilat (pembuat benda, agent);
4. al-Tamamiyyat (manfaat benda). (Zar, 54-55)
4. Jelaskan secara terperinci pembagian aliran pemikiran filsafat Islam!
Jawab:
Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat Islam
Pembagian ini berdlasarkan pada hubungan dengan sistem pemikiran Yunani, sebagai berikut.
- Periode Mu’tazilah. Periode ini berlangsung mulai abad ke-8 sampai abad ke-12, yang merupakan sebuah teologi rasional yang berkembang di Bagdad dan Basrah. Golongan ini memisahkan diri dari jumhur `ulama’ yang dikatakan menyeleweng dari ajaran Islam.
- Periode Filsafat pertama. Periode ini berlangsung mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11, memakai sistem pemikiran yang dipakai para ahli pikir Islam yang bersandar pads pemikiran Hellenisme, seperti Al-Kindi, Al-Rani, Al-Fdribl, dan Ibnu SMA.
- Periode Kalam Asyarf. Periode ini berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad ke-11, pusatnya di Bagdad. Aliran pemikiran ini mengacu pads sistem Elia (Atomistis). Sistem ini mempunyai dominasi besar, sejajar dengan Sunnisme dan Ahli Sunnah wal-jamaah.
- Periode Filsafat kedua. Periode ini berlangsung mulai abad ke-11 sampai abad ke-12, yang berkembang di Spanyol dan Magrib. Aliran ini mengacu pads sistem peripatetic. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd.
Dalam periode Mutakallimfn (700-900), muncul mazhab-mazhab al-Khawaril, Murji’ah, Qadariyyah, Jabariyyah, Mu’tazilah, Ahli Sunnah wal-jamd’ah.
5. Jelaskan hubungan antara ilmu filsafat dan agama sebutkan contohnya sesuai dengan yang anda pahami!
5. Jelaskan hubungan antara ilmu filsafat dan agama sebutkan contohnya sesuai dengan yang anda pahami!
Jawab:
Hubungan Filsafat dan Agama
Ada dua pendapat yang berbeda ketika mendefiniskan filsafat secara etimologi. Pertama; filsafat itu asal katanya dari bahasa Arab. Yang berpendapat seperti ini di antaranya Harun Nasution. Menurutnya, kata filsafat itu berasal dari bahasa Arab. Falsafah, dengan timbangan fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution, kata benda dari falsafah seharusnya falsafah dan filsaf. Masih menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berasal dari bahasa Arab, falsafah bukan dari kata philosopy. Harun Nasution mempertanyakan, apakah kata fil berasal dari bahasa Inggris dan safah dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan antara keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat.
Harun Nasution, tampaknya ingin konsisten dengan pendapatnya, bahwa istilah filsafat yang dipakai dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab. Oleh karena itu, dia menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-bukunya yang membahas tentang filsafat ditulisnya dengan memakai istilah falsafah, seperti Falsafat Agama dan Falsafat dan Mistisme Dalam Islam.
Pemaparan Harun Nasution di atas, dikritik oleh Dr. Amsal Bakhtiar. M.A. Menurutnya, kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata filsafat bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang di-Indonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid, menjadi mesjid, dan karamah menjadi keramat. Karena itu, lanjut Bakhtiar, perubahan huruf a menjadi i dalam kata falsafat bisa diterorir.
Kedua; bahwa filsafat itu berasal dari Yunani yang di-Arabkan. Dengan mengutip Poedjawijanta, Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab yang berhubungan dengan bahasa Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata Yunaninya adalah philosophia yang merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu; sophia artinya kebijakan, yang artinya pandai, pengertian yang mendalam.
Dengan demikian, filsafat berarti keinginan yang mendalam (cinta) untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Orang yang mempunyai karakter seperti itu disebut filosof. Seorang yang berkeinginan mendalam untuk mendapat kebijakan, secara bahasa bisa disebut filosof. Namun permasalahannya jelas tidak sesederhana itu. Sebatas mana orang bisa disebut filosof? Apakah bijak atau kebijaksanaan (sophia) itu? Tukang kayu saja menurut Homerus bisa juga disebut orang bijak (filosof)
6. Apa alasan Al-Ghazali mengharamkan mempelajari Filsafat!
Hubungan Filsafat dan Agama
Ada dua pendapat yang berbeda ketika mendefiniskan filsafat secara etimologi. Pertama; filsafat itu asal katanya dari bahasa Arab. Yang berpendapat seperti ini di antaranya Harun Nasution. Menurutnya, kata filsafat itu berasal dari bahasa Arab. Falsafah, dengan timbangan fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution, kata benda dari falsafah seharusnya falsafah dan filsaf. Masih menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berasal dari bahasa Arab, falsafah bukan dari kata philosopy. Harun Nasution mempertanyakan, apakah kata fil berasal dari bahasa Inggris dan safah dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan antara keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat.
Harun Nasution, tampaknya ingin konsisten dengan pendapatnya, bahwa istilah filsafat yang dipakai dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab. Oleh karena itu, dia menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-bukunya yang membahas tentang filsafat ditulisnya dengan memakai istilah falsafah, seperti Falsafat Agama dan Falsafat dan Mistisme Dalam Islam.
Pemaparan Harun Nasution di atas, dikritik oleh Dr. Amsal Bakhtiar. M.A. Menurutnya, kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata filsafat bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang di-Indonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid, menjadi mesjid, dan karamah menjadi keramat. Karena itu, lanjut Bakhtiar, perubahan huruf a menjadi i dalam kata falsafat bisa diterorir.
Kedua; bahwa filsafat itu berasal dari Yunani yang di-Arabkan. Dengan mengutip Poedjawijanta, Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab yang berhubungan dengan bahasa Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata Yunaninya adalah philosophia yang merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu; sophia artinya kebijakan, yang artinya pandai, pengertian yang mendalam.
Dengan demikian, filsafat berarti keinginan yang mendalam (cinta) untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Orang yang mempunyai karakter seperti itu disebut filosof. Seorang yang berkeinginan mendalam untuk mendapat kebijakan, secara bahasa bisa disebut filosof. Namun permasalahannya jelas tidak sesederhana itu. Sebatas mana orang bisa disebut filosof? Apakah bijak atau kebijaksanaan (sophia) itu? Tukang kayu saja menurut Homerus bisa juga disebut orang bijak (filosof)
6. Apa alasan Al-Ghazali mengharamkan mempelajari Filsafat!
Jawab :
Pandangan yang demikian itu tidak hanya dilontarkan oleh mereka yang berpikiran dangkal, tetapi juga oleh mereka yang dianggap sebagai ulama terkemuka, seperti K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU). Beliau menempatkan filsafat sebagai ilmu yang baik tetapi ketika didalami akan menimbulkan kekacauan berpikir. Sehingga, beliau menganggap filsafat sebagai ilmu yang tidak perlu. Lebih parah lagi, Al-Ghazali yang mendapat gelar “Hujjatul Islam” juga turut memberikan “warning” terhadap filsafat karena dianggap sebagai ilmu yang berbahaya bagi keimanan terutama ketika dipelajari oleh orang-orang awam. Lebih lanjut, Al-Ghazali mengecam keras terhadap tiga kesimpulan para filosof, yaitu keabadian alam, pengetahuan Tuhan sebatas pada yang universal, dan jasad tidak dibangkitkan pada akhir zaman. Menurut Al-Ghazali, tiga kesimpulan itu bisa mengantarkan seorang muslim pada kekafiran.
Rupanya, Al-Ghazali telah salah paham terhadap dua dari tiga kesimpulan para filosof tadi. Pertama, mengenai keabadian alam (ke-qadim-an alam). Al-Ghazali menganggap bahwa filosof telah musyrik karena ada dua entitas yang sama-sama qadim, yaitu Tuhan dan alam. Padahal, yang qadim hanyalah Tuhan. Sehingga, beliau menyimpulkan bahwa alam ada dengan sendirinya tanpa membutuhkan Tuhan.