Makalah Tari Likot Pulo

Makalah Tari Likot Pulo





BAB I
PENDAHULUAN

Tari Likok Pulo Aceh Asal - Usul Dan Fungsinya - Tari Likok Pulo dari berdasarkan Asal - Usulnya tari ini diciptakan sekitar tahun 1849 oleh seorang Ulama yang berasal dari Arab. Ulama ini ini hanyut dan terdampar di pulau aceh atau disebut pulau Beras. Tari Likok Pulo Termasuk tari tradisional Aceh. 
Tari ini biasanya disajikan pada upacara adat setelah dan sesudah menanam padi yang dipertunjukan pada malan hari dan hingga sampai pagi hari dengan gerak tarian yang bahu membahu, berbanjar dan duduk bersimpuh.
Arti dari tari likok pulo ini diartikan oleh masyarakat Aceh Likok yang berarti gerak dan Pulo berarti Pulau dengan maksud Pulau aceh yang terletak di ujung Utara Pulau Sumatera atau Pulau Breuh. Selain itu dikisahkan bahwa nama tari ini berdasarkan gerak tari yang likok - likok.
Berdasarkan dari sajian tari Likok Pulo dengan seorang pemain utama yang disebut Syeh terdapat ditengah pemain. Dan disisi kanan dan kiri terdapat dua seorang pemain rapai dan belakang Syeh. Disebelah kanan dan kiri disebut apit atau pengapit.


BAB II
PEMBAHASAN


Tari Likok Pulo

A. Asal usul tari likok pulo 
Asal usul tari likok pulo diciptakan oleh seorang Ulama tua berasal dari Arab tarian ini lahir sekitar tahun 1849, yang hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh atau sering juga disebut Pulau (beras). Diadakan sesudah menanam padi atau sesudah, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan berjalan semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar bahu membahu.

B. Asal usul tari likok pulo dari arti nya
Likok artinya gerak tari sedang Pulo artinya Pulau, sesuai dengan nama tariannya yang berasal dari Pulo Aceh (Pulau Aceh) yaitu sebuah pulau kecil yang terletak di ujung sebelah Utara Pulau Sumatera yang dinamakan juga pulau Breuh atau Pulau Beras. Likok Pulo dimainkan dalam posisi duduk bersimpuh, berbanjar bahu-membahu.

C. Asal usul tari likok pulo dan cara menarikan nya 
Asal usul tari likok pulo di kisahkan seorang pemaian utama yang disebut syeh berada di tengah-tengah pemain. Dua orang penabuh rapai berada dibelakang atau sisi kiri/kanan pemain. Sedangkan gerak tari hanya memfungsikan anggota tubuh bagian atas, badan, tangan dan kepala. Gerakan tari pada prinsipnya ialah gerakan oleh tubuh, keterampilan, keseragaman/kesetaraan dengan memfungsikan tangan sama-sama ke depan, kesamping kiri atau kanan, ke atas dan melingkar dari depan ke belakang, dengan tempo mula lambat hingga cepat. Seperti itulah Asal usul tari likok pulo bisa di lihat seperti gambar dibawah
Kesenian tradisional ini berkedudukan di Pulau Beras Selatan Kampung Ulee Paya Kemukiman Pulau Beras Selatan Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Pulau Beras Selatan terletak di sebelah barat laut Kota Banda Aceh dan jauhnya kira-kira 30 mil dari Pelabuhan Ulee Lheue.  

Lahirnya kesenian Likok Pulo Aceh:

  1.  Menurut keterangan Ayah Lem Sulaiman tokoh tua Likok Pulo di Ulee Paya yang umurnya kurang lebih 70 tahun mengatakan bahwa waktu beliau masih kanak-kanak sering dibawa oleh kakeknya yang waktu itu sudah berumur 60 tahunn ke tempat permainan Likok, kakeknya mengatakan bahwa setahu beliau Likok ini asalnya memang di Ulee Paya. Melihat kurun waktu yang  tersebut di atas  bahwa Likok telah lahir sekitar tahun 1849.
  2. Menurut Ayah Lem Sulaiman tokoh tua tersebut, ada seorang ulama tua yang berasal dari Arab menetap di Ulee Paya, Ulama tersebut hanyut dari laut dan terdampar ke Pulau Beras Selatan. Untuk sarana Pengembangan Agama Islam di sana, maka diciptakanlah suatu Kesenian sebagai wadah pertemuan. Karena kesenian ini belum mempunyai nama yang khusus, maka setelah diperhatikan permainan-permainannya yang penuh dengan likok-likok (gerak tari) maka disebutlah permainan (tari) itu dengan Likok, karena berasal dari Pulo Aceh maka nama lengkap dari tari itu ialah Likok Pulo Aceh artinya yang berasal dari Pulo Aceh. Hal ini selalu disebut pada syair-syair lagunya.
  3.  Permainan itu dimainkan oleh 12 orang penari laki-laki sambil duduk berlutut,  bahu membahu dan merapat. Biasanya permainan ini di mainkan di atas pasir di tepi pantai, dan cukup dibentangkan sehelai tikar dan tidak pernah dimainkan di atas pentas sebab pada ketika itu pentas belum dikenal.

Tarian ini dilakonkan dengan cara duduk berlutut yang dimainkan 12 orang, penari di tengah-tengah disebut Syekh dan sebelah kanan dan kiri Syekh disebut Apit atau pengapit. Gerak tari kelihatan pada bahagian badan, kepala, tangan dan juga pinggulnya. Tangan berselang seling ke kiri dan ke kanan, ke muka dan ke belakang dan kadang-kadang ke atas secaraserentak. Tarian ini digolongkan sebagi tari hiburan yang lazim diadakan di malam hari setelah selesai panen atau pada perayaan-perayaan lainnya. Beiasanya dipertandingkan antara satu group dengan goup lainnya dari kampung yang satu dengan kampung yang lain. Waktu pertandingan biasanya dari jam 21.00 malam sampai pagi. Mengingat lamanya permainan itu berarti sangat kaya akan Likoknya, sampai pagi hari masih ada gerakan-gerakan yang berlainan. Penentuan kalah menang dalam pertandingan itu antara lain satu group tak dapat mencontoh Likok yang dibawakan oleh Group yang satu lagi. Musik pengiring atau sarana pendukung tari adalah Rapai, yang berfungsi sebagai pengatur tempo dengan vokal/penyanyi oleh penari dan penabuh Rapai. Penabuh Rapai terdiri dari 2 orang dan duduk di belakang para pemain.
Dalam penampilan tari adanya babakan-babakan yang masing-masingnya satu ragam tari. Tiap akhir dari satu babakan ditarikan dalam tempo cepat, dan disaat itu pula dehentikan secara serentak dan mendadak. Seperti lazimnya Tarian Tradisional Aceh, Tarian Likok Pulo Aceh ini juga diawali dengan salam atau saleum. Kelengkapan lainnya tiap penari mempergunakan sepotong kayu yang berlobang di tengah-tengahnya seperti gulungan talipancing yang panjangnya kira-kira 5-10 cm yang diadu satu sama lainnya untuk menimbulkan bunji sesuai dengan irama atau tempo lagu, dinamakan Bruek Likok atau Boh Likok. Bruek Likok juga berfungsi sebagai pegangan untuk menyambung tangan satu dengan lainnya pada lagu yang dipergunakan bruek likok ini.
Permainan ini benar-benar mempersonakan sebab gerakan-gerakannya menunjukkan sifat-sifat:

  1. Olah Tubuh (Senam Irama)
2.        Ketrampilan, memerlukan konsentrasi yang mantap
3.        Kegotongroyongan
4.        Ketangkasan dan kesabaran
5.        Dramatis dan serentak dan sifat-sifat lainnya
Pakaian tari (kostum) sama seperti pakaian Seudai. Celana panjang putih, baju kaos panjang juga berwarna putih, kain sesamping yang bermotif aceh, demikian pula tengkuloknya (ikat kepala) ditambah dengan kain pengikat pinggang.

Sudah mulai berkembang setelah digali kembali khususnya di Kabupaten Aceh Besar.

Contoh syair-syairnya

Sala salamu’alaikum Bapak di kamoe
Kamoe kasampoe u Aceh Raya
Beumangat meujak beumangat meuwo
do’a keukamoe tentra negara

Malaho yo alapa ufir yula yo ala nekmat wameloe
Sayang ija pucok aron
Mubalek krong salah ragoe
Bacut nibak lon neu peu ampon hai payong nanggroe

Hanme pateh nafsu angen
Di peumeu’en di peuwahwoe
Wamale laha
Syeh Amat badron badron jalalee

Sallallah ‘Ala Muhammad selamat ya melee
Keurupheing bak sago ateung
Jak udeung jak sadeu mata

Bungong jeumpa bungong  yueng yueng
Meugantung cong kayee raya
Adek dilawan aduen
Ceutagun dalam nuraka

Sayang bungkoh tapak cato
Keu randam teumaga layang
Meuligan gapu hai teungku gadoh ie sembahyang.

Peunuto
Layei rame balei madhang 
Meu guncang di ulei paya
Lagei meu karang
Meudagang awak tuhella.


Fungsi dari tarian Likok Pulo Aceh antara lain :
Olah tubuh, mengasah ketrampilan dengan konsentrasi yang cukup dan sebagai menunjukan sifat kegotongroyongan. Selain itu tari ini juga digunakan untuk memperkuat kesabaran serta ketangkasan. 
Unsur Penyajian
Tarian ini dimainkan dengan cara duduk berlutut dan dimainkan oleh penari laki-laki berjumlah ganjil. Seorang laki-laki yang duduk ditengah barisan penari disebut Syekh dan penari lainnya yang duduk disebelah kanan dan kirinya disebut Apit atau Pengapit. Tarian ini biasa menggunakan bagian badan, kepala, tangan dan juga pinggul. Tangan berselang-seling ke kanan dan ke kiri, ke muka dan ke belakang, terkadang juga keatas secara serentak.
Tarian ini digolongkan ke dalam tari hiburan yang lazim dimainkan pada malam hari setelah selesai panen atau pada perayaan-perayaan lainnya. Tarian ini juga sering diperlombakan antara satu grup dengan grup lainnya dari kampung yang satu dengan kampung lainnya. Waktu perlombaannya biasanya mulai jam 21.00 sampai pagi. Melihat lamanya waktu perlombaan, dapat disimpulkan bahwa tarian ini memiliki likok (gerakan) yang sangat banyak, bahkan sampai pagi hari masih ada gerakan-gerakan yang berlainan.
Adapun cara penilaian dalam tarian ini berupa; kesanggupan/kemampuan satu grup untuk mencontoh likok yang dimainkan oleh grup yang lain, musik pengiring atau sarana pendukung tari (dalam hai ini alat yang digunakan adalah Rapa'i) yang berfungsi untuk mengatur tempo vokal penari dan penabuh Rapa'i. Penabuh Rapa'i biasanya terdiri dari 2 orang dan duduk di belakang penari.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Tari likok pulo adalah tarian asli Aceh dan termasuk ke dalam budaya Aceh yang paling klasik. Tarian  ini diciptakan sekitar abad ke-18 atau sekitar tahun 1849 oleh seorang ulama yang berasal dari Arab. Menurut sejarah ulama ini tidak sengaja menetap di Aceh, beliau terdampar di Pulau Breuh dalam pelayarannya yang entah kemana. Maka tidak heran jika tarian Likok Pulo ini sarat dengan nilai-nilai keislamannya dan juga asal namanya yang Pulo. Dalam memperagakan tarian ini biasanya jumlah penarinya berjumlah dua belas orang atau kurang dari itu dan dipandu oleh dua orang syeh sebagai pemimpin tarian ini. Selain itu penabuh rapa`i sebagai pengiring tarian dan para penari duduk duduk bersimpuh atau berbanjar. 
Dalam tari Likok Pulo ini lebih mengutamakan gerakan tangan, badan dan kepala. Penari akan memperagakan gerakan tubuh bagian atas ini secara serentak dan teratur. Tarian ini juga mengandalkan keterampilan ataupun skil yang mumpuni karena selain memiliki kontradiksi antara sesama penari dalam gerakannya juga menampilkan tempo yang cepat. Tari ini diadakan sesudah menanam padi atau sesudah panen padi, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan dapat berjalan semalam suntuk sampai pagi.

Untuk masalah kesenian Aceh atau budaya Aceh ini hampir saja menemui titik nadir setelah bupati Aceh Utara mengeluarkan larangan menari bagi penari perempuan dewasa. Menurutnya tarian yang dibawakan oleh penari perempuan dewasa akan mencederai Syariat Islamdi Aceh. Padahal jika ditinjau terlebih jauh, tarian-tarian di Aceh dirancang dan diciptakan oleh budayawan-budayawan muslim seperti halnya tarian likok pulo ini. Selain itu tarian Aceh yang dibawakan oleh perempuan dewasa tidak akan mencederai syariat Islam selama dalam membawakan tarian ini akan terus memakai pakaian muslimah dan tidak bersentuhan langsung dengan penari laki-laki. Jadi, tari Likok Pulo serta seni Budaya Aceh harus dilestarikan supaya tidak terjadi kepunahan budaya di Aceh.

Sumber :
Wikipedia.com

http://gagomedia.blogspot.co.id/2015/09/tari-likok-pulo-aceh.html