Tinjauan Teori Tentang Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Tahun 2014
TINJAUAN TEORI
A. Kanker Payudara
1. Pengertian kanker payudara
Kanker payudara (Carcinoma mammae) ialah penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenchym. Kanker payudara ditandai dengan perubahan sel-sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat, dan tidak terkontrol pada payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2009).
2. Etiologi
Hingga kini penyebab kanker payudara belum dapat diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan yaitu faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (Winarto dkk, 2007).
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
1) Umur
Umur sangat penting sebagai faktor risiko kanker payudara. Kejadian kanker payudara meningkat cepat pada usia reproduktif dan setelah itu meningkat pada laju yang lebih rendah (Pherson & Steel, 2000). Wanita berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk terkena kanker payudara. Risiko ini akan terus meningkat sampai umur 50 tahun dan setelah menopause (Dupont & Page, 2004).
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor risiko yang kuat. Wanita memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan laki-laki, dikarenakan wanita memiliki sel payudara lebih banyak dibandingkan laki-laki. Banyaknya kejadian kanker payudara pada wanita kemungkinan dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proses proliferasi sel-sel pada kelenjar payudara yang secara fisiologis lebih berkembang dibanding laki-laki. Laki-laki juga dapat terkena kanker payudara, tetapi penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita (Indrati, 2005).
3) Faktor reproduktif
Wanita yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan pertama kali di atas umur 30 tahun memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang melahirkan di bawah umur 30 tahun. Kehamilan pertama sebelum umur 18 tahun memiliki risiko setengah dari wanita yang hamil setelah berumur 30 tahun. Kehamilan dini akan mencegah epithelium payudara dari carsinogenesis atau efek negatif dari kehamilan yang terlambat (Stephen., Falkenberry., & Legare., 2002).
4) Riwayat keluarga
Kanker payudara dalam keluarga dapat berdampak signifikan risikonya. Seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar bila anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara. Penelitian Indrati (2005) menunjukkan bahwa diperkirakan 15% sampai dengan 20% kanker payudara dihubungkan dengan adanya riwayat pada keluarga. Keluarga yang memiliki gen BRCA1 yang diturunkan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar.
5) Pertumbuhan payudara
Sel payudara normal kadang-kadang dapat mengalami abnormal. Perubahan ini dapat datang sebagai benjolan, penebalan, atau klasifikasi pada mammogram. Perubahan ini dapat dilihat di bawah mikroskop jika biopsi dilakukan. Sel pembuluh payudara yang terlalu aktif dan muncul tidak biasa mungkin menggambarkan suatu jenis kanker (Winarto dkk, 2007).
6) Riwayat menstruasi
Wanita tidak dapat mengendalikan jumlah estrogen yang diproduksi ovarium setiap waktu. Seorang wanita yang masih muda mendapat periode menstruasi pertama atau terlambat menopause akan mengakibatkan jumlah estrogen dan hormon lain yang diproduksi ovarium didapat lebih banyak. Wanita yang mendapat periode menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun atau menopause setelah usia 55 tahun, berisiko terkena kanker payudara lebih tinggi daripada wanita dengan lebih sedikit mendapat hormon yang diproduksi ovarium (Indrati, 2005).
7) Terapi radiasi pada dada sebelum usia 30 tahun
Wanita yang mengalami terapi radiasi pada dadanya sebelum usia 30 tahun dan khususnya selama masa remaja, mungkin berisiko lebih tinggi berkembangnya kanker payudara (Price & Lorraine, 2005).
8) Kepadatan payudara
Wanita dengan payudara yang padat, mengandung lebih banyak kelenjar dan jaringan penyambung, berisiko terkena kanker payudara. Estrogen membuat jaringan payudara lebih padat. Hubungan antara kepadatan payudara dan kanker payudara dikaitkan dengan tingkat estrogen dalam tubuh (Winarto dkk., 2007).
9) Kehamilan terlambat atau tidak hamil
Wanita yang mempunyai masa kehamilan pertama penuh setelah usia 30 tahun dan wanita yang tidak hamil, berisiko terkena kanker payudara lebih tinggi daripada wanita yang melahirkan lebih dini. Masa kehamilan penuh yang menghentikan siklus menstruasi selama 9 bulan, menawarkanproteksi melawan kanker payudara (Winarto dkk, 2007).
10) Pengunaan terapi hormonal
Pernah menggunakan obat hormonal yang lama, seperti terapi sulih hormon atau hormonal replacement therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan (infertilitas).
11) Pemakaian kontrasepsi oral
Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
b. Faktor risiko yang dapat dikendalikan
1) Merokok
Merokok dapat menyebabkan banyak penyakit dan dihubungkan dengan risiko yang meningkat berkembangnya kanker payudara. Wanita yang merokok akan memiliki tingkat metabolisme estrogen lebih tinggi dibanding yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akan meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2,4 kali dibanding yang tidak merokok (Indrati, 2005). Hasil penelitian Bennike Kim et al (1995) dalam Indrati (2005) menunjukkan bahwa wanita yang merokok sigaret >20 tahun terdapat peningkatan risiko untuk terkena kanker payudara dan hubungan ini signifikan.
2) Olahraga
Setiap waktu olahraga dapat menurunkan tingkat estrogen dalam tubuh. Estrogen yang berkurang menyebabkan stimulasi pertumbuhan sel payudara akan berkurang. Olahraga akan meningkatkan fungsi kekebalan yang dihubungkan dengan rendahnya lemak tubuh dan efek tingkat hormon yang semuanya berhubungan dengan kanker payudara. Wanita yang secara rutin melakukan aktifitas fisik atau olahraga memiliki resiko lebih rendah dibanding yang tidak melakukan aktivitas fisik (Indrati, 2005).
3) Kegemukan
Kegemukan dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Sel lemak ekstra membuat estrogen ekstra merangsang pertumbuhan sel payudara. Risiko pada kegemukan akan meningkat karena terjadi peningkatan sintesis estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara (Colditz, 2000 dalam Indrati, 2005).
4) Menyusui
Menyusui dapat menurunkan risiko kanker payudara. Sel payudara tidak dapat menyebabkan masalah seperti kanker saat sel payudara matang dan melakukan tugasnya (Winarto dkk, 2007). Rasjidi (2009) menjelaskan, proses menyusui mempunyai efek protektif terhadap kanker payudara karena adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui. Risiko kanker menurun 4,3% setiap tahunnya pada wanita yang menyusui.
5) Alkohol
Penggunaan alkohol yang signifikan tidak baik untuk hati yang membantu mengatur tingkat estrogen dalam system tubuh. Pembatasan alkohol membantu menjaga tingkat estrogen darah tetap rendah (Winarto dkk, 2007).
6) Stres
Santai dapat memperkuat sistem imun. Sistem imun yang kuat akan lebih mudah melawan penyakit. Wanita dalam kelompok dukung kanker payudara mempunyai kualitas hidup lebih baik daripada yang tidak bergabung dalam kelompok sejenis. Daya dukungan menjadi cara dalam menurunkan stres dan membuat orang terhubung, tidak sendiri dalam perjuangan melawan kanker (Winarto dkk, 2007).
3. Klasifikasi kanker payudara
Pada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat keras. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah kiri.
Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut (Smeltzer & Bare, 2002).
Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanita yang mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita – wanita ini bias saja tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi.
Banyak wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan, sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak dimpling pada kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfotik pada dinding dada dapat juga merupakan bukti. Metastasis di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur.
Tanda –tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker payudara pada tahap lanjut. Namun indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan (Smeltzer & Bare, 2002). Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut :
a. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
c. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin. (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Pencegahan kanker payudara
Pencegahan pada kanker payudara yang dilakukan antara lain berupa, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).
a. Pencegahan primer
Menurut Union for International Cancer Control (IUCC) (1987) dalam Sukardja (2000), pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada di lingkungan hidup kita, dan sebagian besar ada hubungan dengan tembakau.
b. Pencegahan sekunder
Menurut Nina (2002), dalam Hawari (2004), pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan population at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Diantaranya adalah dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan skrining melalui mammografi. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif (Hawari, 2004).