Part 1: Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Tahun 2014

Latar Belakang Skripsi Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Tahun 2014

Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena kanker. Jika tidak diambil tindakan pengendalian yang memadai, pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta di antaranya akan meninggal dunia karena kanker. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (UICC, 2009).

Kanker payudara saat ini merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker paru-paru dan merupakan kanker paling banyak ditemui di antara wanita. Kasus kanker payudara di Amerika tercatat hampir 200.000 wanita yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari 40.000 meninggal akibat penyakit ini (Chen et al, 2010). Data terbaru dari American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker payudara.

Berdasarkan Age Standardized Ratio (ASR) di kebanyakan negara Asia, insidens kanker payudara masih lebih rendah walaupun angka mencakupi lebih dari 50 per 100.000 penduduk (world standardized rate) Filipina dan Pakistan (Bray, 2004). Namun yang harus diberi perhatian adalah dimana penderita kanker payudara di negara-negara Asia relatif berusia lebih muda (Park, 2008).

Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia  menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita (Luwia, 2009). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim 17% (Rasjidi, 2009). Berdasarkan data Global Burden of Cancer, angka kejadian kanker payudara di Indonesia sebanyak 26 per 100.000 perempuan (Bambang, 2010). Dokter spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto (2013) menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Kemenkes, 2013). Penyelidikan bagian Patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro) maupun registrasi kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur 40-49 tahun yakni 130 kasus (Prawirohardjo, 2008).

Provinsi Kalimantan Timur data tumor/kanker payudara masih terfokus pada tiga kota besar yaitu Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Bontang. Menurut laporan yayasan kanker Indonesia (YKI) tahun  2011 data penderita tumor/kanker payudara di tiga kota besar ini lebih 2000 orang. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum A. Wahab Sjahranie rumah sakit Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 yang berdasarkan rujukan dengan diagnosis kanker payudara di Kalimantan Timur paling tinggi terdapat di daerah Balikpapan sebesar 616 pasien, daerah bontang sebesar 185 pasien dan untuk wilayah samarinda sebesar 174 pasien.

Di Provinsi Jawa Tengah Prevalensi kasus kanker payudara mengalami peningkatan dari 0.02% pada tahun 2005 menjadi 0.04% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 tetap sebesar 0.04 %. Kasus penyakit kanker tahun  2007 yang ditemukan di Provinsi Jawa Ten­gah sebesar 22.167 kasus, terdiri dari kanker servik 7.715 kasus (34,61%), kanker payudara 11.310 kasus (51,04%), kanker hati 2.130 kasus (9,61%), dan kanker paru-paru 1.006 kasus (4,54%) (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008, wilayah di Jawa Tengah dengan angka kejadian tertinggi berada di Semarang sebanyak 4215 kasus, dii­kuti Surakarta sebanyak 3829 kasus, Sukoharjo sebanyak 771 kasus, dan Kudus sebanyak 456 kasus.

Angka kejadian kanker payudara di Sulawesi Selatan menempati peringkat kedua setelah kanker rahim. Berdasarkan data dari rekam medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar jumlah pasien yang dirawat sepanjang tahun 2008 ditemukan 58 kasus kanker payudara, pada tahun 2009 ditemukan 72 kasus kanker payudara, dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi 132 kasus kanker payudara.

Berdasarkan data tahun 2012 yang diperoleh dari ruang rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh pada bulan Januari hingga Desember 2011 sebanyak 524 kasus yang terkena Neoplasma ganas kanker payudara yang diantaranya berusia 15-24 tahun sebanyak 12 orang, usia 25-44 tahun sebanyak 191 orang, berusia 45-64 tahun sebanyak 260 orang, sedangkan pada usia 65 keatas sebanyak 61 orang, serta yang meninggal dunia sebanyak 13 orang (Rini, 2013).

Sementara data yang didapat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh, terhitung dari Januari hingga Desember 2012, total keseluruhan penderita kanker berjumlah 74 orang yaitu kanker payudara mencapai 58 orang. Dari 58 orang yang terkena kanker payudara, rata-rata berumur 40 tahun keatas, 9 diantaranya telah meninggal dunia (Ermira, 2013).

Salah satu alasan semakin berkembangnya kanker tersebut disebabkan oleh rendahnya cakupan deteksi dini atau screening. Berdasarkan estimasi tahun 2002, hanya 5% perempuan di negara sedang berkembang yang mendapatkan pelayanan deteksi dini dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju (Hastuti, 2010).

Berdasarkan dari data yang diperoleh dapat dilihat kasus kanker payudara lebih sering di temukan sudah pada stadium lanjut, dan kebayakan penderita telah berusia diatas 40 tahun. Sebenarnya kanker payudara akan lebih mudah di obati bila ditemukan di sedini mungkin. Salah satu cara yang efektif dan efisien adalah dengan upaya pencegahan atau deteksi dini adanya kanker payudara.

Pada kenyataannya, deteksi dini kanker belum populer di Indonesia, karena ketidaktauan, ketidakpedulian dan ketidakmampuan finansial, dan banyak anggota masyarakat yang takut menghadapi kenyataan bahwa ada diantara mereka yang terkena kanker payudara ( Sumarny, 2002 ). Sehubungan dengan masalah kurang memasyarakatnya deteksi dini kanker di Indonesia maka sangat dibutuhkan usaha penanggulangan secara terpadu dengan melibatkan bidang medis dan ilmiah, pemerintah serta masyarakat untuk mengatasi dan menghadapi penyakit kanker yang merupakan momok bagi kita semua (Sumarny, 2002).

Minat masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker masih sangat rendah, hal ini banyak dipengaruhi oleh factor ketidaktahuan wanita akan bahaya kanker payudara, sedangkan pengetahuan masih dipengaruhi oleh pendidikan maupun ekonomi. Selain masih banyaknya anggapan bahwa penyakit kanker tidak bisa disembuhkan sehingga ada rasa takut untuk melakukan deteksi dini kanker.

Hal ini juga cenderung dipengaruhi oleh faktor ketidaktahuan akan bahaya kanker payudara, sedangkan untuk informasi terkait kanker payudara sangat minim.

Melihat masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ factor-faktor yang mempengauhi minat ibu tehadap upaya deteksi dini kanker payudara di tahun 2014”.