Teknik Penceritaan
Teknik mendongeng dalam kegiatan belajar mengajar membantu guru untuk mendapatkan perhatian siswa. Teknik ini dapat mempertahankan perhatian murid dan mendorong mereka terlibat interaksi dan diskusi untuk pendalaman materi.
Saat kita membuat konten dengan menggunakan teknik penceritaan, ada emosi positif yang dirasakan oleh para siswa sehingga mereka terbiasa dengan metoda penciptakan konten dengan menggunakan teknik tersebut.
Ketika murid turut mempelajari teknik penceritaan konten berarti kita memberdayakan mereka untuk menyebarkan pengetahuan dengan dampak besar bagi masa depan.
KELEBIHAN TEKNIK PENCERITAAN
1. Cerita mudah diingat.
Psikolog Jerome Bruner menunjukkan bahwa fakta 20 kali lebih mungkin diingat jika itu adalah bagian dari sebuah cerita. Juga menurut psikolog Peg Neuhauser, pembelajaran yang berasal dari cerita akan diingat lebih akurat, dan lebih lama, daripada pembelajaran yang berasal dari fakta dan angka.
2. Cerita membangun hubungan.
Penelitian Professor Psikologi, Dr. Uri Hasson, Ph.D dari universitas Princeton menunjukkan bahwa otak individu yang mendengarkan sebuah cerita sebenarnya sinkron dengan otak individu yang menceritakan sebuah cerita dan bahwa peristiwa yang disebut neural coupling terjadi.
Bekerja dengan MRI fungsional, yang dapat mengukur aktivitas otak secara real time, Dr. Hasson menemukan bahwa, "Dengan hanya menceritakan sebuah cerita, manusia dapat menanamkan ide, pikiran, dan emosi ke dalam otak pendengar."
Cerita yang bagus lebih dari sekadar menciptakan rasa keterkaitan, tetapi membangun keakraban dan kepercayaan, dan memungkinkan pendengar untuk memasuki cerita dan membuat mereka lebih terbuka untuk belajar. Cerita yang bagus dapat mengandung banyak arti sehingga ide yang kompleks dapat lebih mudah dipahami.
3. Cerita dapat mengakomodir berbagai tipe murid Paul Smith, dalam buku "Leader as Storyteller: 10 Reasons It Makes a Better Business Connection", menulis bahwa dalam kelompok belajar, ada berbagai tipe murid yang diuntungkan dengan komunikasi penceritaan.
Pelajar visual akan lebih mengerti karena adanya gambaran mental yang ditimbulkan dari mendongeng. Pelajar auditori mendapatkan keuntungan dari fokus mereka pada kata-kata dan suara pendongeng. Pelajar kinestetik mengingat hubungan emosional dan perasaan dari cerita.
MARI MEMBUAT CERITA !
1. MEMBUAT RENCANA
- Mengerti persis masalahnya
- Mengerti persis solusi yang paling tepat
- Mengerti persis lawan bicara / audien
Catatan dari ketiga poin di atas adalah untuk memastikan bahwa pemahaman kita atas ketiga tidak berkabut, kurang tepat, atau meleset.
2. MENGEKSEKUSI
- Impact : Menentukan apakah cerita ini menarik
- Communication : Memastikan kejelasan cerita
- Persuasion : Membuat konten yang membuat kepedulian
3. MEMASARKAN
- Menyampaikan dengan pengantar yang tepat
- Menyampaikan di waktu yang tepat
- Mengajak supaya lebih banyak orang yang melihat
ALUR CERITA
Struktur tiga babak adalah struktur dasar yang digunakan dalam menulis, drama, film dan penceritaan. Konsepnya sederhana, yaitu menciptakan awal, tengah dan akhir yang kuat.
Babak 1: Eksposisin
Perkenalan pada cerita dan karakter dengan informasi yang relevan dengan penonton dan keseluruhan cerita.
Babak 2: Konflik
Ada masalah. Terjadi sesuatu yang mengganggu status quo dalam eksposisi. Karakter mengalami perubahan dan pengembangan diri saat mencoba menyelesaikan konflik.
Babak 3 : Resolusi
Masalah teratasi. Klimaks atau bagian paling intens dan menarik dari cerita - sering terjadi di sini. Ada sebuah hasil dan karakter menemukan diri mereka berubah secara berarti.
Tips tambahan: HOOK!
Jika diartikan secara literal, hook adalah pengait. Dalam teknik penceritaan hook adalah elemen yang dapat menarik penonton untuk terus mengikuti cerita yang akan disampaikan. Fungsi utama hook adalah membuat penonton melihat ke depan dalam beberapa cara, sehingga mereka mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya dalam cerita, sehingga mereka akan penasaran, dan secara sukarela meneruskan untuk melihat konten yang disajikan.
PENERAPAN TEKNIK PENCERITAAN DAI.AM KONTEN EDUKASI
Konflik dan resolusi dalam sebuah cerita menjadikan konten yang diciptakan menjadi seru dan menarik untuk terus dilihat. Bagaimana kita dapat membangun cerita, termasuk konflik dan mengajak murid untuk mencari solusinya ketika menerangkan pelajaran? Bagaimana siswa dapat membangun dan menyelesaikan konflik ciptaan mereka untuk menunjukkan pemahaman dalam belajar?
Mengidentifikasi konflik dan resolusi saja tidak cukup. Membuat dan membangun konflik dan resolusi yang jelas adalah hal yang membuat seluruh pengalaman belajar berkesan. Berikut adalah beberapa tips untuk membangun cerita dalam pengajaran atau pembuatan konten:
- Ikat konflik dengan sesuatu yang siswa alami atau dapat simpati. Bantu mereka untuk melihat mengapa konflik itu begitu genting.
- Kemudian, biarkan konflik menggantung. Bantu mereka melihat kegagalan dalam mencoba menyelesaikannya, sehingga urgensi mendapatkan solusi semakin intens. Konflik yang diselesaikan dengan cepat adalah kesempatan yang terbuang percuma dan tidak membuat siswa ikut berpikir dan berdiskusi.
- Ajaklah dan beri tantangan siswa membuat konten dengan intensitas yang sama. Bayangkan sebuah hari presentasi dimana para siswa membawa suasana yang menggetarkan seperti menonton sebuah pemutaran film seru.
Sumber : Semangat Guru : Seri Kemampuan Nonteknis Dalam Adaptasi Teknologi
Dapatkan Informasi Lainnya (Terupdate dan Terpecaya) dibawah ini