Makalah Jam’u Al-Qur’an Wal Kitabah

Makalah - Makalah Jam’u Al-Qur’an Wal Kitabah dengan pembahasan tentang Bagaimana pengertian Jam’u Al-Qur’an, Bagaimana sejarah pengumpulan Al-Qur’an mulai dari masa Nabi sampai kepada masa sahabat d an Bagaimana sistematika penyusunan Al-Qur’an. yang semuanya akan di bahas di bawah ini..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad. Saw. didalam beragama maka ada pedoman yang harus kita ikuti. Dalam ajaran islam salah satu pedoman yang kita pegangi yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.saw secara mutawatir lalu kemudian di ajarkan kepada umat manusia yang lainnya.

Untuk lebih mengetahui dan mendalami Al-Qur’an, maka kita harus mengetahui bagaimana prosedur akan Al-Qur’an itu sendiri. Salah satunya yaitu Mulai bagaimana proses turunnya sampai kepada sistem penyusunan atau pengumpulannya dan juga cara membacanya.mengingat pentingnya unuk mengkaji dan mengetahui Al-Qur’an, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah makalah yang terkhusus mengkaji masalah jam’u AL-Qur’an atau pengumpulan/penyusunan Al-Qur’anmulai dari masa Rasululullah.saw sampa kepada masa sahabat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini berdasarkan latar belakang di atas, yaitu:
1. Bagaimana pengertian Jam’u Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah pengumpulan Al-Qur’an mulai dari masa Nabi sampai kepada masa sahabat?
3. Bagaimana sistematika penyusunan Al-Qur’an?

PEMBAHASAN
A. Pengertian Jam’u al-Qur’an
Ada beberapa pengertian yang dimaksud dengan pengumpulan al-Qur’an oleh para ulama salah satunya yaitu:
1. Pengumpulan dalam arti hafizahu (menghafalnya dalam hati). Jam’ul al-Qur’an bermakna huffazuhu (para penghafal, yaitu orang yang menghafalkan dalam hatinya).
2. Pengumpulan dalam arti kitab kullihi (penulisan al-Qur’an secara keseluruhan) baik dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan surah-surahnya atau menertibkan ayat-ayatnya semata dan setiap surah ditulis dalam satu lembaran terpisah, atau menertibkan ayat-ayat dan surah-surahnya dalam lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surah.

Sejak awal turunnya ayat-ayat al-Qur’an sampai ayat terakhir turun, upaya untuk menjaga dan memelihara ayat-ayat agar tidak dilupakan atau terhapus dari ingatan, maka terus menerus dilakukan berbagai cara sekalipun dengan cara yang masih sangat sederhana sesuai situasi dan kondisi pada masa itu. Upaya yang paling utama adalah Nabi menghapal ayat-ayat itu dan menyampaikannya kepada para sahabatnya yang kemudian mereka juga menghapalnya sesuai dengan yang disampakan Nabi. Upaya kedua yang dlakukan umat Islam atas persetjuan Nabi adalah mencatat dan menulis ayat-ayat tersebut pada benda benda yang dapat ditulisi seperti kulit unta, kulit kambing, pelepah korma, batu-batu licin yang putih yang dapat digoresi dan tulang-belulang manusia.

B. Pengumpulan Al-Qur’an Masa Rasulullah
Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi muhammad Saw ada dua macam, yaitu :
1. Pengumpulan al-Qur’an dalam konteks hafalan
Al-Qur’an turun kepada Nabi saw. yang ummi. Karena itu, perhatian nabi hanyalah tertuju pada hafalan dan penghayatan semata, agar beliau dapat menguasai al-Qur’an persis sebagaimana halnya al-Qur’an diturunkan. Allah swt berfirman dalam QS. Al-Jum’ah-62 ayat 2.
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayyat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata

Terjemahnya:
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayyat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Pada umumnya, orang yang ummi itu mengandalkan kekuatan hafalan dan ingatan. Mereka sangat kuat dalam hafalan serta daya pikirnya begitu terbuka. Pada masa Nabi, terdapat banyak penghafal al-Qur’an dari kalangan sahabat. Banyak pula pendapat dan riwayat yang menyebutkan tentang jumlah penghafalnya dengan berbagai versi. Pendapat yang mengatakan 70 orang berdasarkan kitab sahih tentang peperangan sumur ma’unah, disebutkan bahwa para sahabat yang terbunuh pada peperangan itu berjumlah 70 orang.

Menurut Ibn Asir Al-Jazari dalam kitab al-Nasyr, menyebutkan para penghafal al-Qur’an berjumlah 35 orang. Sedangkan dalam kitab Sahih-nya, al-Bukhari telah mengemukakan 7 penghafal al-Qur’an dengan 3 riwayat. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Mas’qil Maula Abi Hufaizah, Muaz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abu Al-Darda.

2. Pengumpulan al-Qur’an dalam konteks penulisan
Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, selain ditempuh lewat jalur hapalan, juga dilengkapi dengan tulisan. Rasulullah.saw mengangkat para penulis wahyu al-Qur’an dari sahabt-sahabt terkemuka, seperti ali, Muawiyah, Ubay in Ka’ab, Zaid bin Sabit, menurut riwayat, para penulis beliau 26 orang, bahkan ada yang meriwayatkan 42 orang.

Adapun beberapa faktor yang mendorong penulisan al-Qur’an pada masa Nabi yaitu pertama mem-back up hapalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahbatnya, dan yang kedua yaitu mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna, karena bertolak dari hapalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang mereka lupa atau sebagian dari mereka sudah wafat. Adapun tulisan akan tetap dipelihara walaupun pada masa Nabi, al-Qur’an tidak ditulis ditempat tertentu.

Susunan atau tertib penulisan Al-Qur’an itu tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap ayat yang turun dituliskan ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi Saw. Menurut Al Zarkasyi, Al-Qur’an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi Saw, agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh karena itu penulisannya kemudian dilakukan kemudian susudah Al-Qur’an selesai semua turun, yaitu dengan wafatnya Rasulullah Saw.9

C. Pengumpulan al-Qur’an masa Khulafau’ al-Rasyidin
1. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Setelah wafatnya Rasulullah, saw, kepemimpinan umat Islam beralih ke tangan Abu Bakar AL-Shiddiq, sebagai khalifah pertama. Dimasanya terjadi perang besar melawan orang orang murtad dibawah pimpinan Musaylimah al-Kadzdzab yang mendakwakan diri sebagai nabi dan tidak mau tunduk kepada pemerintah baru, tak mau lagi membayar zakat seperti yang mereka lakukan semasa Rasulullah.saw masih hidup.10 Didalam peperaangan ini ada banyak penghafal yang gugur.

Dalam menuliskan kembali al-Qur’an, Abubakar r.a. menetapkan pedoman sebagai berikut:
a. Penulisan berdasarkan sumber tulisan al-Qur’an yang pernah ditulis pada masa Rasululullah. Saw yang tersimpan di kediaman Rasululullah.saw.
b. Penulisan berdasarkan kepada para sahabat yang menghafal al-Qur’an.

Adapun karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar ini adalah:
a. Seluruh ayat Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.
b. Meniadakan ayat-ayat yang telah mansukh
c. Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatirannya.
d. Dialek arab yang dipakai dalampembukuan ini berjumlah tujuh (qira’at) sebagaimana yang dinukil berdasar riwayat yang benar-benar sahih.

2. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan
Latar belakang pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan berbeda dengan faktor yang ada pada masa Abu Bakar. Daerah kekuasaan pada masa Usman telah meluas dan daerah-daerah Islamtelah terpencar diberbagai daerah dan kota. Disetiap daerah telah popular bacaan sahabat yang mengajar mereka. Penduduk Syam membaca Al-Qur’an mengikuti bacaan Ubay bin Mas’ud, dan sebagian yang lain mengikuti bacaan Abu Musa Asy’ari. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi huruf, dan bentuk bacaan. Masalh ini membawa mereka kepada pintu pertikaian dan perpecahan antar sesama.setelah kejadian tersebut, Usman dengan kebenaran pandangannya bermaksud untuk melakukan tindakan pencegahan. Ia mengumpulkan sahabat-sahabat yang terkemuka dan cerdik cendikiawan untuk bermusyawarah dalam menanggulangi fitnah (perpecahan) dan perselisihan. Mereka sepakat untuk menyalin dan memperbanyak mushaf kemudian mengirimkannya ke segenap daerah dan kota.

3. Perbedaan Antara Pengumpulan Abu Bakar dengan Utsman
Pada masa Abu Bakar, pertama yaitu motivasi penulisannya adalah khawatir sirnanya al-Qur’an dengan syahidnya beberapa penghapal al-Qur’an pada perang Yamamah, dan yang kedua Abu Bakar melakukannya dengan mengumplkan tulisantulisan Al-Qur’an yang terpencar-pencar pada pelepah kurma, kulit, tulang dan sebagainya. Sedangkan pada Masa ‘Utsman bin ‘Affan yang pertama motivasi penulisannya yaitu karena terjadinya banyak perselisihan didalam cara membaca al-Qur’an (qira’at) dan yang kedua yaitu ‘Utsman melakukannya dengan menyederhanakan tulisan mushat pada satu huruf dari tujuh huruf yang dengannya al-Qur’an turun.

D. Perkembangan mushaf pasca Usman
Perbedaan cara membaca yang terjadi di beberapa daerah yang telah dimasuki Islam, mendorong penguasa seperti Khalifah Abi Thalib untuk mempersatukan umat dalam pembacaan al-Qur’an. Upaya yang dilakukan Ali bin Abi Thalib adalah memerintahkan Abul Aswad al-Duwali untuk menyusun kaidah-kaidah Nahwu untuk dipelajari umat Islam agar tidak tersalah dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an. Pemberian tanda-tanda dan titik-titik dilakukan untuk membedakan anatara hurufhuruf yang sama tulisannya.

Dengan tanda-tanda baca inilah al-Qur’an yang berasal dari Mushaf Usmani, dicetak dan diperbanyak sampai sekarang ini diberbagai belahan dunia, tanpa mengalami perubahan susunan surat dan ayat-ayatnya seperti yang disampaikan Rasululullah dan dibacakan Jibril kepada beliau setiap bulan Ramadhan di masa hidupnya

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengumpulan Al Qur’an melaui proses yng panjang, mulai dari masa Rasulullah sampai kepada masa sahabat. Dimana pada masa sahabat inilah sudah mengalami adanya perbedaan diantara proses pengumpulan Abu Bakar dan Usman bin Affan.salah satunya yaitu Abu Bakar khawatir bahwa Al-Qur’an akan hilang sebab banyak penghafal yang gugur di karenakan peperangan, sedangkan Usman yaitu termotifasi akan adanya perbedaan pendapat di kalangan masyarakat menegeni isi Al-Qur’an yang beliau saksikan sendiri. Dari sinilah kemudian Al-Qur’an disusun kemudian di pelihara.

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Achmad dkk. Ulumul Qur’an pisau analisis dalam menafsirkan al-Qur’an¸Yogyakarta, Semesta Aksara, 2019.
Anwar, Rosihon. Ulum Al-Qur’an, Cet.IV; Bandung : CV Pustaka Setia, 2013.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung : CV Peberbit JART, 2004
Khalid H.M. Rusydi ‘Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Cet.I ; All Rights Reserved, 2011
Mardan, Al-Qur’an Sebagai Pengantar, Tanggerang: Sejahtera kita, 2010.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur,an, Jakarta: Penerbit mizam, 1997