Artikel Pendidikan. Antropologi medis adalah: suatu disiplin biokultural yang mengkaji baik segi biologis maupun sosial-budaya pada perilaku manusia, dan khususnya pada cara-cara keduanya berinteraksi di sepanjang sejarah manusia untuk mempengaruhi kesehatan dan penyakit (a biocultural discipline concerned with both the biological and sociocultural aspects of human behaviour, and particularly with the ways in which the two interacted throughout human history to influence health and disease. Sedangkan Sosiologi Medis adalah penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin (collaborative research or teaching often involving the integration of concepts, techniques and personnel from many disciplines. Persamaan dan Perbedaan Antropologi Medis dan Sosiologi Medis adalah:
Persamaan: Antropologi
Medis dan Sosiologi Medis
Antropologi
mempunyai suatu subdisiplin yang dikenal dengan nama medical anthropology atau
antropologi medis (Solita Sarwono menggunakan istilah antropologi kedokteran).
Antropologi medis merupakan suatu bidang ilmu sosial yang sedemikian erat
kaitannya dengan sosiologi medis sehingga oleh Wolinsky (1980) disebut sebagai
first cousin atau saudara sepupunya (mengenai riwayat perkembangan antropologi
medis, lihat Foster dan Anderson, 1986: 113 dan Wolinsky, 1980: 3538). Dalam
hal apa sajakah kedua bidang tersebut berkaitan? Menurut Foster (dalam
Wolinsky, 1980: 35), kedekatan kedua bidang tersebut bersumber pada dua hal:
1. para
sosiolog medis maupun antropologi medis tertarik pada pokok bahasan yang sama,
serta
2. para
antropolog medis maupun sosiologi medis teterpa oleh pendidikan formal dan
informal yang sama.
Pokok bahasan
apa sajakah yang diminati baik oleh antropolog medis maupun sosiologi medis?
Dalam penjelasannya terhadap persamaan kedua bidang ini, Foster menyebutkan
bahwa mereka sama-sama tertarik, antara lain, pada masalah medis, seperti
pendefinisian kesehatan dan penyakit, faktor sosial dan budaya yang menyebabkan
terjangkitnya epidemi penyakit, pendidikan tenaga medis, dan hubungan antara
pasien dengan tenaga medis (lihat Foster, dalam Wolinsky, 1980: 35). Kalau kita
membaca buku-buku Foster dan Anderson: “Medical Anthropology” misalnya, di
dalamnya kita akan menjumpai topik yang juga akan kita jumpai pula dalam kajian
sosiologi medis, seperti perilaku sakit, rumah sakit, profesi dokter, dan
profesi perawat medis.
Persamaan
kedua terletak di dalam bidang pengalaman pendidikan. Baik antropolog maupun
sosiolog mengalami proses pendidikan dan sosialisasi yang sama, mempunyai teori
dan konsep yang sama, serta mengenal dan sering berbagi metodologi satu dengan
yang lain (Foster, dalam Wolinsky, 1980: 35). Dalam proses pendidikan dan
sosialisasi para antropolog dan sosiolog kita memang dapat melihat bahwa,
meskipun antropologi dan sosiologi ditempatkan di organisasi (departemen,
jurusan) yang berlainan, namun para mahasiswa antropologi mempelajari pula
konsep, teori, dan metodologi sosiologi; sedangkan para mahasiswa sosiologi pun
mempelajari konsep, teori dan metodologi antropologi. Dari situs Web berbagai
universitas di negara tertentu, seperti Kanada, Selandia Baru, Inggris,
Malaysia dan juga sejumlah besar universitas di Amerika Serikat kita bahkan
temukan bahwa pendidikan antropologi dan sosiologi sering ditempatkan dalam
satu departemen yang sama, yaitu departemen antropologi dan sosiologi
(department of anthropology and sociology).
Perbedaan:
Antropologi Medis dan Sosiologi Medis
Kita telah
mengetahui persamaan antara kedua bidang ilmu tersebut. Lalu di manakah letak
perbedaan di antara keduanya? Di samping kenyataan bahwa keduanya merupakan
cabang dua disiplin ilmu yang berbeda -sosiologi dan antropologi - memang ada
beberapa hal khusus yang membedakan keduanya. Foster (dalam Wolinsky, 1980: 36)
menyebutkan tiga faktor yang hanya dijumpai pada antropologi medis, yaitu:
a. sesuai
dengan pokok perhatian ilmu induknya, yaitu antropologi maka antropologi medis
pun merupakan suatu ilmu yang cenderung memusatkan perhatiannya pada institusi
dalam masyarakat non-Barat;
b.
perkembangan antropologi medis bersumber pada kajian antropologi terhadap
kebudayaan dan kepribadian (culture and personality), yang bersemi di tahun 30-an
dan 40-an;
c.
perkembangan antropologi medis dipengaruhi pula oleh pertumbuhan gerakan
kesehatan masyarakat internasional (international public health movement)
setelah Perang Dunia II.
Foster dan
Anderson (1986) mengisahkan bahwa sejak lahirnya antropologi, para ahli, dalam
rangka usaha memperoleh data selengkap mungkin mengenai masyarakat non-Barat
yang sedang mereka teliti, telah meneliti pula berbagai hal yang berkaitan
dengan sistem medis pada masyarakat tersebut. Hasil penelitian sejumlah besar ahli
penelitian antropologi terhadap sistem medis tradisional inilah yang di
kemudian hari dihimpun untuk dijadikan dasar bagi suatu cabang baru antropologi
medis yang dinamakan etnomedisin (ethnomedicine). Menurut Hughes (dalasm Foster
dan Anderson, 1986: 6) etnomedisin mempelajari kepercayaan serta
praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit pada masyarakat tradisional,
yang tidak bersumber pada kerangka konsep ilmu medis Barat.
Kajian masalah
medis dari sudut pandang antropologi di tahun 1930-an dan 1940-an, menurut
Foster dan Anderson (1986), ditandai oleh perhatian besar terhadap masalah
hubungan antara kebudayaan dan kepribadian. Dalam kajian-kajian tersebut nampak
pengaruh dua ilmu lain, yaitu psikologi dan psikiatri. Hal yang diteliti di
masyarakat Indian di Amerika Serikat meliputi topik, seperti naluri (instinct),
persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry), skizofrenia, agresi,
psikiatri primitif, dan psikoterapi, dan laporan penelitiannya kemudian
ternyata dimuat dalam majalah psikiatri, bukan dalam majalah antropologi
(Foster dan Anderson, 1986: 78).
Pandangan
masyarakat tradisional terhadap masalah psikiatri dan cara-cara mereka
menanganinya merupakan topik khusus dalam masalah kebudayaan dan kepribadian.
Kajian antropologi terhadap masalah ini di kemudian hari berkembang menjadi
cabang khusus dalam etnomedisin yang dikenal dengan nama etnopsikiatri,
psikiatri lintas budaya atau psikiatri transkultural (Foster dan Anderson,
1986: 97120).
Berakhirnya
Perang Dunia II diikuti dengan peningkatan gerakan bantuan luar negeri dari
negara industri maju dan badan internasional kepada negara yang sedang
berkembang. Salah satu bidang yang diliput ialah bidang kesehatan. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat lain inilah
dijumpai hambatan-hambatan sosial-budaya sehingga dirasakan perlunya untuk
memanfaatkan temuan-temuan penelitian para antropolog medis. Kesadaran akan
manfaat temuan antropologi medis bagi usaha internasional di bidang kesehatan
masyarakat ini merupakan salah satu faktor yang menunjang perkembangan
antropologi medis.
Selain ketiga
ciri khas antropologi medis tersebut di atas, Foster (dalam Wolinsky, 1980:
3738) pun menyebutkan tiga hal yang membedakan antropologi medis dengan
sosiologi medis. Faktor tersebut ialah berikut ini.
a. Perbedaan
sudut pandang
Dalam
kajiannya terhadap hubungan antara pasien dengan praktisi medis, antropolog
medis cenderung memusatkan perhatiannya pada pasien, sedangkan sosiolog
kesehatan cenderung memusatkan perhatiannya pada praktisi medis.
b. Perbedaan
metodologi
Dalam
melaksanakan penelitian para antropolog medis cenderung menggunakan metode
pengamatan, sedangkan para sosiolog medis cenderung menggunakan metode survei
sosial.
c. Perbedaan
perhatian budaya
Perhatian para
antropolog medis terutama ditujukan pada kebudayaan masyarakat non-Barat,
sedangkan para sosiolog medis terutama memusatkan perhatian mereka pada sistem
pelayanan medis di Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut
pendapat Foster para antropolog medis menganut sudut pandang pasien, bukan
sudut pandang personel medis. Foster melihat hal ini sebagai suatu bentuk
kepedulian yang mencerminkan keberpihakan antropolog terhadap para konsumen. Berbeda dengan
para antropolog maka menurut Foster, para sosiolog medis justru cenderung
melihat masalah hubungan antara pasien dengan tenaga medis dari sudut pandang
para dokter. Gold (dalam Wolinsky, 1980: 37) berpendapat bahwa sosiolog medis
berperan sebagai pembantu para ahli medis. Menurut Gold peran sebagai pembantu
ini mengurangi integritas sosiologi medis. Wolinsky
(1980: 37) pun mengemukakan keberatannya terhadap adanya ketimpangan dalam
hubungan antara sosiolog medis dengan para ahli medis. Menurutnya adanya kerja
sama antara dua bidang ilmu tidak memberi hak pada salah satu bidang untuk
mendominasi bidang yang lain.
Perbedaan
metodologi merupakan suatu ciri lain yang menurut Foster membedakan antropologi
medis dengan sosiologi medis. Dalam melaksanakan penelitiannya, para sosiolog
medis cenderung menggunakan metode survei sosial. Mereka mengumpulkan data
dengan jalan menarik contoh dari suatu populasi. Responden yang terpilih
sebagai contoh kemudian diwawancara dengan suatu menggunakan daftar pertanyaan
baku yang antara lain berisi berbagai pertanyaan mengenai masalah kesehatan.
Data kuantitatif yang terkumpul kemudian diproses dan dianalisis dengan
menggunakan statistika. Para antropolog medis, di lain pihak cenderung
menggunakan metode penelitian kualitatif, seperti pengamatan terlibat dan
wawancara mendalam.
Berkenaan
dengan adanya berbagai perbedaan di antara kedua disiplin ilmu tersebut, Foster
berpandangan bahwa sudut pandang keduanya sahih dan penting, dan keduanya
diperlukan masyarakat. Keduanya saling melengkapi dan tidak saling bersaing;
masing-masing belajar dari bidang yang lain. Suatu hal yang
menarik untuk dicatat di sini ialah bahwa pembedaan yang dilakukan oleh Straus
antara sosiologi dalam bidang medis dan sosiologi mengenai bidang medis
ternyata mengilhami Foster dan Anderson (1986: 10) untuk menerapkan klasifikasi
serupa di bidang medis. Dengan mengikuti pandangan Straus, mereka pun
membedakan antara antropologi mengenai bidang medis (anthropology of medicine)
yang menitikberatkan pada segi-segi teori, dan antropologi dalam bidang medis
(anthropology in medicine) yang menitikberatkan pada segi-segi terapan. Perlu
pula dicatat bahwa di bidang antropologi pun digunakan istilah antropologi
kesehatan (anthropology of health) maupun antropologi kesehatan dan penyakit
(anthropology of health and illness); ada yang merujuk pada nama mata kuliah,
dan ada pula yang merujuk pada program pendidikan ke arah pencapaian diploma
atau gelar.