MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF.
Menurut Fogarty (Trianto, 2010:41) ada sepuluh model pembelajaran terpadu, yaitu:
1. the fragmented model (model tergambarkan);
2. the connected model (model terhubung);
3. the nested model (model tersarang;
4. the sequenced model (model terurut);
5. the shared model (model terbagi);
6. the webbed model (model terjaring);
7. the threaded model (model tertali);
8. the integrated model (model terpadu);
9. the immersed model (model terbenam);
10. the networked model (model jaringan).
Dari kesepuluh model pembelajaran integratif tersebut, ada tiga model yang tepat kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran persekolahan tingkat dasar, yaitu connected model, webbed model, dan integrated model.
3 Model Pembelajaran Yang Tepat Tingkat Sekolah Dasar
A. Model Keterhubungan (connected model)
Model keterhubungan atau connected model menyajikan relasi yang eksplisit dalam suatu mata pelajaran, yaitu satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan ke keterampilan yang lain, satu model ke model yang lain dalam satu bidang studi. Dalam model pembelajaran keterhubungan, kata kuncinya adalah adanya upaya untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu tertentu, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Dengan kata lain bahwa pembelajaran integratif model connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu topik dengan topik berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, mengaitkan satu tugas dengan tugas lainnya dalam satu bidang studi (Sukayati, 2004:5).
Kelebihan model connected ini adalah:
(1) dengan penghubungan inter bidang studi, peserta didik diharapkan memiliki wawasan yang luas sebagaimana bidang studi yang fokus pada suatu bidang kajian tertentu
(2) peserta didik dapat mengembangkan konsep konsep kunci secara berkelanjutan, sehingga internalisasi pengetahuan pada diri peserta didik akan semakin kuat;
(3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan peserta didik mampu mengkaji, mengkonseptualisasikan, memperbaiki, dan mengasimilasi ide-ide kreatif dalam memecahkan suatu masalah (Trianto, 2010:46).
Baca Juga : Model Pembelajaran Integratif Terpadu
Sedangkan kelemahan model connected adalah :
(1) masih kelihatan terpisahnya inter bidang studi
(2) kurang mendorong guru untuk membentuk team teaching, sehingga isi materi ajar tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep antar bidang studi
(3) dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka upaya untuk menghubungkan antar bidang studi menjadi terabaikan (Trianto, 2010:47)
B. Model Jaring laba-laba (Webbed model)
Model pembelajaran integratif jaring laba-laba pada dasarnya merupakan pembelajaran terpadu. Model ini dikembangkan mulai dari penentuan tema yang dipilih antara guru dan peserta didik, atau antara guru dengan guru. Setelah tema disepakati kemudian dikembangkan ke dalam subsub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi yang lain. Dari sub-sub tema ini kemudian dikembangkan ke dalam berbagai aktivitas
pembelajaran (Sukayati, 2004:5).
Kelebihan model jaring laba-laba ini adalah:
(1) penentuan tema yang sesuai dengan minat anak akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik
(2) mudah dilakukan oleh guru, walaupun belum berpengalaman
(3) mudah dalam membuat perencanaan
(4) memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide terkait.
Sedangkan kelemahannya adalah:
(1) terkadang sulit untuk menentukan tema
(2) cenderung untuk merumuskan tema-tema yang dangkal
(3) dalam kegiatan pembelajaran, terkadang guru lebih memusatkan pada kegiatan dari pada pengembangan konsep konten materi ajarnya (Trianto, 2010:48).
C. Model Keterpaduan (Integrated model)
Model integrated ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran, dimana model ini dilakukan dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, sikap dan konsep yang tumpah tindih dalam beberapa mata pelajaran (Sukayati, 2004:5).
Langkah awal yang dilakukan jika mengikuti model ini adalah mulamula guru menyeleksi keterampilan, sikap dan konsep-konsep yang tumpang tindih antar beberapa mata pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, misalnya IPA, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan lain-lain. Selanjutnya dipilih beberapa keterampilan, sikap dan konsep yang tumpang tindih tersebut yang memiliki keterhubungan erat kemudian dicarikan tema yang dapat mewadahi beberapa konsep yang tumpah tindih tersebut untuk dijadikan sebagai tema pembelajaran.
Kelebihan dari model integrated ini adalah:
(1) memungkinkan terjadinya pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain yaitu satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi dan pembelajaran akan semakin kaya dan berkembang
(2) memotivasi peserta didik dalam belajar;
(3) memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu waktu, tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain, guru tidak perlu mengulang kembali materi yang dianggap tumpang tindih sehingga pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.
Sedangkan kelemahan dari model ini adalah:
(1) guru dipaksa harus mengausai konsep, sikap, keterampilan yang diprioritaskan menjadi tema pembelajaran pada saat itu
(2) terkadang sulit menerapkan model integrasi secara penuh
(3) diperlukan tim antar bidang studi, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan
(4) menuntut adanya keragaman sumber belajar (Trianto, 2010:51)
Dari kesepuluh model pembelajaran integratif tersebut, ada tiga model yang tepat kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran persekolahan tingkat dasar, yaitu connected model, webbed model, dan integrated model.
3 Model Pembelajaran Yang Tepat Tingkat Sekolah Dasar
A. Model Keterhubungan (connected model)
Model keterhubungan atau connected model menyajikan relasi yang eksplisit dalam suatu mata pelajaran, yaitu satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan ke keterampilan yang lain, satu model ke model yang lain dalam satu bidang studi. Dalam model pembelajaran keterhubungan, kata kuncinya adalah adanya upaya untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu tertentu, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Dengan kata lain bahwa pembelajaran integratif model connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu topik dengan topik berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, mengaitkan satu tugas dengan tugas lainnya dalam satu bidang studi (Sukayati, 2004:5).
Kelebihan model connected ini adalah:
(1) dengan penghubungan inter bidang studi, peserta didik diharapkan memiliki wawasan yang luas sebagaimana bidang studi yang fokus pada suatu bidang kajian tertentu
(2) peserta didik dapat mengembangkan konsep konsep kunci secara berkelanjutan, sehingga internalisasi pengetahuan pada diri peserta didik akan semakin kuat;
(3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan peserta didik mampu mengkaji, mengkonseptualisasikan, memperbaiki, dan mengasimilasi ide-ide kreatif dalam memecahkan suatu masalah (Trianto, 2010:46).
Baca Juga : Model Pembelajaran Integratif Terpadu
Sedangkan kelemahan model connected adalah :
(1) masih kelihatan terpisahnya inter bidang studi
(2) kurang mendorong guru untuk membentuk team teaching, sehingga isi materi ajar tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep antar bidang studi
(3) dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka upaya untuk menghubungkan antar bidang studi menjadi terabaikan (Trianto, 2010:47)
B. Model Jaring laba-laba (Webbed model)
Model pembelajaran integratif jaring laba-laba pada dasarnya merupakan pembelajaran terpadu. Model ini dikembangkan mulai dari penentuan tema yang dipilih antara guru dan peserta didik, atau antara guru dengan guru. Setelah tema disepakati kemudian dikembangkan ke dalam subsub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi yang lain. Dari sub-sub tema ini kemudian dikembangkan ke dalam berbagai aktivitas
pembelajaran (Sukayati, 2004:5).
Kelebihan model jaring laba-laba ini adalah:
(1) penentuan tema yang sesuai dengan minat anak akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik
(2) mudah dilakukan oleh guru, walaupun belum berpengalaman
(3) mudah dalam membuat perencanaan
(4) memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide terkait.
Sedangkan kelemahannya adalah:
(1) terkadang sulit untuk menentukan tema
(2) cenderung untuk merumuskan tema-tema yang dangkal
(3) dalam kegiatan pembelajaran, terkadang guru lebih memusatkan pada kegiatan dari pada pengembangan konsep konten materi ajarnya (Trianto, 2010:48).
C. Model Keterpaduan (Integrated model)
Model integrated ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran, dimana model ini dilakukan dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, sikap dan konsep yang tumpah tindih dalam beberapa mata pelajaran (Sukayati, 2004:5).
Langkah awal yang dilakukan jika mengikuti model ini adalah mulamula guru menyeleksi keterampilan, sikap dan konsep-konsep yang tumpang tindih antar beberapa mata pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, misalnya IPA, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan lain-lain. Selanjutnya dipilih beberapa keterampilan, sikap dan konsep yang tumpang tindih tersebut yang memiliki keterhubungan erat kemudian dicarikan tema yang dapat mewadahi beberapa konsep yang tumpah tindih tersebut untuk dijadikan sebagai tema pembelajaran.
Kelebihan dari model integrated ini adalah:
(1) memungkinkan terjadinya pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain yaitu satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi dan pembelajaran akan semakin kaya dan berkembang
(2) memotivasi peserta didik dalam belajar;
(3) memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu waktu, tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain, guru tidak perlu mengulang kembali materi yang dianggap tumpang tindih sehingga pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.
Sedangkan kelemahan dari model ini adalah:
(1) guru dipaksa harus mengausai konsep, sikap, keterampilan yang diprioritaskan menjadi tema pembelajaran pada saat itu
(2) terkadang sulit menerapkan model integrasi secara penuh
(3) diperlukan tim antar bidang studi, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan
(4) menuntut adanya keragaman sumber belajar (Trianto, 2010:51)