Konsep Dasar Pembelajaran Tematik Integratif


Konsep Dasar Pembelajaran Tematik IntegratifIstilah pembelajaran tematik sering disamakan dengan istilah pembelajaran terpadu, sehinga dalam beberapa literatur para ahli pendidikan sering menggunakan istilah keduanya secara interchangeable. Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran untuk mengembangkan aspek afektif, kongnitif, dan psikomotorik peserta didik agar dapat memberikan pembelajaran yang bermakna. Istilah tematik digunakan karena pembelajaran tersebut menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sedangkan istilah integratif merujuk pada pengembangan seluruh totalitas diri anak yang mencakup aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Konsep Dasar Pembelajaran Tematik Integratif


Menurut Humpreys (dalam Trianto, 2010:79), pembelajaran terpadu atau tematik adalah studi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dan menjadi lingkungan mereka sebagai sumber belajar. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari aspek studi Matematika, Bahasa, Ilmu Alam, Ilmu Sosial, Musik, Keterampilan, Olah raga, dan lainnya. Istilah pembelajaran tematik terkadang juga dimaknai sebagai pendekatan dalam pembelajaran (thematic approach), yaitu “...a way of teaching and learning in such a way that many areas of the curriculum are integrated and connected within a theme. It allows learning to be less fragmented and more natural…”. Pendekatan tematik adalah suatu cara belajar mengajar yang dilakukan dengan cara beberapa tema dalam kurikulum diintegrasikan dan dihubungkan dengan suatu tema. Hal ini untuk mengurangi pemisahan antara materi pelajaran dan pembelajaran lebih alami karena memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar.

Rasional
Ada dua alasan yang mendasari dikembangkannya model pembelajaran tematik integratif, yaitu karakteristik peserta didik dan alasan teoritik.
1. Karakteristik anak usia SD/MI
Pada masa sekolah dasar ini, karakteristik anak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pada masa usia 6 – 7 tahun dan 8 – 10 tahun. Adapun karakteristik masing-masing fase tersebut adalah sebagai berikut.
a. Karakter anak usia 6 – 7 tahun
Bagian ini akan mengurai tentang karakter anak usia 6 – 7 tahun, dalam hal ini yang akan dibahas adalah ciri jasmani dan mentalnya. Kedua hal tersebut perlu dipahami setiap pendidik yang berhadapan dengannya agar dapat memperlakukannya secara tepat.
1) Ciri-ciri jasmani
Ciri-ciri jasmani peserta didik kelas usia 6 – 7 tahun adalah: 
a) kordinator otot-otot kecilnya bertambah, meskipun kadangkadang terasa janggal.
b) masa pertumbuhannya lebih lambat, anak perempuan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki
c) tidak bisa diam, selalu bergerak
d) senang membuat sesuatu

2) Ciri-ciri mental
Ciri-ciri mental anak usia 6 – 7 tahun atau kelas rendah SD/MI adalah:
a) selalu ingin belajar;
b) menanyakan berbagai hal;
c) konsep yang dimiliki masih dalam jangka waktu terbatas
d) memiliki berbagai variasi dalam membaca;
e) cenderung fokus hanya pada satu atau dua hal dari isi cerita atau pengalaman yang dialaminya
f) jangka perhatian terbatas, antara tujuh sampai sepuluh menit
g) proses berpikirnya dalam

b. Karakter anak usia 8-10 tahun.
1) Ciri-ciri fisik
Ciri-ciri fisik anak usia 8 – 10 tahun adalah: 
(a) aktif mengembangkan kordinasi otot besar dan kecil
(b) kekuatannya bertambah
c) ingin menguasai keterampilan besar
d) senang olah raga dalam tim dan kegiatan-kegiatan atletik lainnya
e) mengikuti kata hati

2) Ciri-ciri mental kognitif
Ciri-ciri mental kognitif meliputi:
a) selalu ingin belajar hal-hal yang baru
b) kemampuan untuk memahami pandangan orang lain mulai berkembang
c) mulai mengenal perasaan malu dalam situasi-situasi tertentu
d) pemahaman konsep berkembang berdasarkan lingkungan sekitarnya
e) keterampilan menulis dan berbahasa terus berkembang
f) dapat memahami lebih dari seluruh gambar yang ada
g) sangat kreatif dan senang menemukan hal-hal yang baru
h) sangat ingin tahu berbagai hal
i) mudah mengingat
j) mengetahui tentang konsep benar dan salah

3) Ciri-ciri sosial emosional
Ciri-ciri sosial emosional yaitu:
a) lebih mengutamakan teman-teman sebaya dalam kelompoknya
b) pengaruh dari kelompoknya sangat kuat
c) lebih peka dalam memilih teman
d) umumnya mudah bergaul dan percaya diri
e) perilaku bersaing mulai berkembang
f) peka untuk bermain jujur
g) memperhatikan perilaku dan perbuatan orang dewasa
h) kesadaran untuk berperilaku seperti orang yang berjenis kelamin sama mulai berkembang
i) mulai memisahkan diri dari keluarga, dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang terpisah dari keluarga
j) selera humor berkembang
k) mengalami rangkaian emosi: takut – merasa bersalah – marah dan seterusnya
l) mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, meskipun secara emosional belum cukup dewasa untuk mengatasi akibat-akibatnya (Antony dalam Trianto, 2010:19) 

Anak pada usia 6 – 10 tahun pada umumnya berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) sehingga pembelajarannya masih mengandalkan pada benda-benda dan pengalaman empirik yang dialaminya.

Tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak sebagai berikut:
Tahapan Sensorimotor 
Sejak lahir – 2 tahun 
Gambaran Kemampuan : Skematanya sebagian besar didasarkan pada persepsi dan perilakunya. Khususnya pada tahap awal, anak-anak tidak dapat memahami sesuatu yang baru yang tiba-tiba ada di depannya, dan mereka fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan dan lihat pada saat itu.

Tahapan Praoperasional 
Usia 2-6 atau 7 tahun 
Gambaran Kemampuan Mengucapkan terima kasih, adalah sebagian dari perwujudan simbol kemampuan berpikir mereka, kini mereka dapat memahami dan mengucapkan akan sesuatu yang ada di depannya secara mendadak. Namun mereka belum mampu mengajukan alasan yang logis sebagaimana cara yang dilakukan orang dewasa. Mampu menambah kosa kata dengan cepat dan mulai mengenal kalimat berstruktur. Mampu berpikir logis setelah usia 4 tahun dan mulai mengenal prinsip-prinsip logika

Tahapan Operasi konkrit
Usia 6 atau 7-11 atau 12 tahun
Gambaran Kemampuan :Mulai muncul berpikir logis seperti orang dewasa namun masih terbatas dalam memberikan alasan yang konkrit, situasi kehidupan nyata. Mengakui bahwa pemikirannya dan perasaannya berbeda dengan orang lain, namun dalam kenyataannya belum mampu menunjukkan perilaku pengakuan.

Tahapan Operasi formal 
Usia 11 atau 12 tahun-dewasa
Gambaran KemampuanSudah mampu menggunakan proses berpikir logis untuk mengemukakan ide-ide yang abstrak baik dalam situasi nyata maupun objek yang konkrit. Beberapa kemampuan mulai muncul yang merupakan dasar untuk dikembangkan dalam pembelajaran sain dan matematika.