Pola Komunikasi
Pola adalah bentuk atau model atau lebih abstrak suatu set peraturan yang biasa di pakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika yang di timbulkan cukup mencapai suatu sejenis untuk pola dasar yang dapat di tunjukan atau terlihat.
Pola komunikasi biasa disebut juga sebagai model tetapi maksudnya sama, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat.
Pola Komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis ( Effendy, 1989).
Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari (Effendy, 1986) dari pengertian ini jelas bahwa Komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seorang menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yag terlibat dalam Komunikasi itu adalah manusia itu.Komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada seseorang, gagasan itu di olahnya menjadi pesan dan di kirimkan melalui media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Penerima pesan, dan sudah mengerti pesannya kepada pangirim pesan.Dengan menerima tanggapan dari si penerima pesan itu, pengirim pesan dapat menilai efektifitas pesan yang di kirimkannya.Berdasarkan tanggapan itu, pengirim dapat mengetahui apakah pesannya di mengerti dan sejauh mana pesanya di mengerti oleh orang yang di kirimi pesan itu.
Jenis-Jenis Pola Komunikasi
Jenis Pola komunikasi yang umum dipakai ada dua, yaitu saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi informal. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi terdapat bermacam–macam posisi/kedudukan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Apakah itu sebagai atasan mapun sebagai bawahan.
Berikut ini beberapa model saluran komunikasi yang ada dalam sebuah perusahaan atau organisasi, yaitu:
a. Komunikasi atas–bawah (Downward)
Komunikasi ini merupakan Komunikasi yang terjadi berdasarkan tanggung jawab dan wewenang. Tujuannya yaitu mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan yang di level bawah. Bentuknya yaitu perintah/tugas, instruksi, prosedur yang harus dijalani karyawan, disiplin, pernyataan, kebijaksanaan, balikan. Sedangkan Metode dalam bentuk tulisan dan lisan. dalam bentuk tulisan terdiri dari: surat, pengumuman, memo, surat kabar, majalah, buku petunjuk karyawan, bulletin, dan sebagainya. sedangkan lisan yaitu : percakapan, rapat, telepon, internet, seminar, konfrensi. Kelemahannya ada penyaringan/sensor informasi penting atas–bawah sehingga tidak lengkap/informasi yang diberikan tidak cocok dengan pekerjaan.
b. Komunikasi bawah–atas (Upward)
Model komunikasi ini, melibatkan adanya partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi, dikarenakan bawahan tahu operasional sehingga keputusan yang diambil atasan lebih tepat.
Bentuk : saran, pertanyaan, balikan, ide, kritik, keluh kesah ke permukaan sehingga tahu apa sebenarnya mengganggu operasional, menumbuhkan apresiasi dan loyalitas karyawan karena diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mengembangkan gagasan/saran, membantu karyawan mengatasi masalah pekerjaan.
Namun dibeberapa perusahaan ataupun organisasi, model komunikasi seperti ini sulit dijalankan karena beberapa alasan:
Di Satu sisi, bawahan juga memiliki kelemahan, yaitu kecenderungan bawahan menyampaikan informasi yang baik–baik saja/ABS (Asal Bapak Senang), sedang informasi yang kurang/tidak disenangi manajer cenderung tidak disampaikan, karena para bawahan beranggapan dengan hanya melaporkan hal yang baik–baik saja, ia dapat menjaga/menyelamatkan posisi. Seorang bawahan umumnya tidak ingin prestasi kerjanya dinilai tidak berhasil/gagal sehingga memilih tidak melaporkan kegagalan tersebut.
c. Komunikasi horizontal
Komunikasi yang terjadi antara bagian yang memiliki posisi – posisi sejajar/ sederajat dalam suatu organisasi.
Tujuan: persuasi, mempengaruhi, memberi informasi kepada bagian/ departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
Sifat : koordinatif
Komunikasi horizontal penting jika masing–masing departemen saling tergantung dan sebaliknya. Mengkoordinasikan tugas–tugas, berbagi informasi mengenai rencana dan aktivitas, memecahkan masalah diantara organisasi yang sama tingkat, menyelesaikan konflik antar anggota, memperoleh pemahaman yang sama/mencari kesepakatan, mengembangkan dukungan antar persona untuk memperkuat hubungan diantara anggota.
Metode : rapat–rapat komite, percakapan telepon, informasi–informasi waktu istirahat, aktivitas sosial.
d. Komunikasi diagonal
Komunikasi antara dua organisasi yang berbeda. Komunikasi ini berisfat lateral, lebih banyak diterapkan dalam organisasi yang berskala besar dimana terdapat saling ketergantungan (interdependence) yang cukup besar antara bagian/ departemen dalam organisasi tersebut.
Keuntungan :
Kelemahan :
• Dapat menggangu jalur komunikasi rutin dan telah berjalan normal.
• Dalam skala besar sukar di kendalikan secara efektif.
Setelah kita mengetahui adanya beberapa model saluran komunikasi formal, kita dapat mengamati bahwa model tersebut, ternyata memiliki berberapa keterbatasan, diantaranya :
a. Sudut pandang individual
Sering membuat frustasi/ menjengkelkan pihak tertentu, dikarenakan keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan/banyak jalur yang harus dilalui sebelum dapat berkomunikasi secara langsung dari atasan puncak
b. Sudut pandang perusahaan
Munculnya distorsi/gangguan penyampaiaan informasi ke level yang lebih tinggi karena suatu keterkaitan dalam jalur komunikasi dapat menyebabkan munculnya kesalahpahaman. Misal: pesan yang diterima tidak sama dengan aslinya. Cara mengatasinya dengan mengurangi jumlah tingkat/level dalam struktur organisasi.
2. Saluran Komunikasi Informal
Bagan organisasi formal menggambarkan informasi yang ada di transformasikan dari satu bagian ke bagian yang lain sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun pada praktek/pelaksanaannya orang-orang yang ada dalam organisasi berkomunikasi secara leluasa tanpa mempedulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan/jabatan.
Adapun ciri-ciri dari komunikasi informal, antara lain:
Padahal, informasi dari jalur ini sering kali tidak akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Adapun cara menangani grapevein adalah dengan cara: saluran komunikasi formal diusahakan tetap terbuka, terus terang, cermat, sensitif, hubungan atasan–bawahan berlangsung efektif.
Pola adalah bentuk atau model atau lebih abstrak suatu set peraturan yang biasa di pakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika yang di timbulkan cukup mencapai suatu sejenis untuk pola dasar yang dapat di tunjukan atau terlihat.
Pola komunikasi biasa disebut juga sebagai model tetapi maksudnya sama, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat.
Pola Komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis ( Effendy, 1989).
Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari (Effendy, 1986) dari pengertian ini jelas bahwa Komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seorang menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yag terlibat dalam Komunikasi itu adalah manusia itu.Komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada seseorang, gagasan itu di olahnya menjadi pesan dan di kirimkan melalui media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Penerima pesan, dan sudah mengerti pesannya kepada pangirim pesan.Dengan menerima tanggapan dari si penerima pesan itu, pengirim pesan dapat menilai efektifitas pesan yang di kirimkannya.Berdasarkan tanggapan itu, pengirim dapat mengetahui apakah pesannya di mengerti dan sejauh mana pesanya di mengerti oleh orang yang di kirimi pesan itu.
Jenis-Jenis Pola Komunikasi
Jenis Pola komunikasi yang umum dipakai ada dua, yaitu saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi informal. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi terdapat bermacam–macam posisi/kedudukan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Apakah itu sebagai atasan mapun sebagai bawahan.
Berikut ini beberapa model saluran komunikasi yang ada dalam sebuah perusahaan atau organisasi, yaitu:
a. Komunikasi atas–bawah (Downward)
Komunikasi ini merupakan Komunikasi yang terjadi berdasarkan tanggung jawab dan wewenang. Tujuannya yaitu mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan yang di level bawah. Bentuknya yaitu perintah/tugas, instruksi, prosedur yang harus dijalani karyawan, disiplin, pernyataan, kebijaksanaan, balikan. Sedangkan Metode dalam bentuk tulisan dan lisan. dalam bentuk tulisan terdiri dari: surat, pengumuman, memo, surat kabar, majalah, buku petunjuk karyawan, bulletin, dan sebagainya. sedangkan lisan yaitu : percakapan, rapat, telepon, internet, seminar, konfrensi. Kelemahannya ada penyaringan/sensor informasi penting atas–bawah sehingga tidak lengkap/informasi yang diberikan tidak cocok dengan pekerjaan.
b. Komunikasi bawah–atas (Upward)
Model komunikasi ini, melibatkan adanya partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi, dikarenakan bawahan tahu operasional sehingga keputusan yang diambil atasan lebih tepat.
Bentuk : saran, pertanyaan, balikan, ide, kritik, keluh kesah ke permukaan sehingga tahu apa sebenarnya mengganggu operasional, menumbuhkan apresiasi dan loyalitas karyawan karena diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mengembangkan gagasan/saran, membantu karyawan mengatasi masalah pekerjaan.
Namun dibeberapa perusahaan ataupun organisasi, model komunikasi seperti ini sulit dijalankan karena beberapa alasan:
- Pegawai cenderung menyembunyikan perasaan dan pikiran karena takut akan mendapat kesukaran, jadi hanya mengikuti saja yang disampaikan atasan.
- Karyawan merasa atasan tidak tertarik kepada masalah karyawan, atasan tidak prihatin terhadap masalah karyawan (sering lapor tapi tidak ditindak lanjuti).
- Kurang reward/penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas. Dikarenakan komunikasi yang dijalankan dirasakan komunikasi sambil lalu.
- Karyawan merasa atasan tidak dapat menerima dan merespon terhadap apa apa yang dikatakan oleh karyawan (terlalu sibuk/sulit ditemui)
Di Satu sisi, bawahan juga memiliki kelemahan, yaitu kecenderungan bawahan menyampaikan informasi yang baik–baik saja/ABS (Asal Bapak Senang), sedang informasi yang kurang/tidak disenangi manajer cenderung tidak disampaikan, karena para bawahan beranggapan dengan hanya melaporkan hal yang baik–baik saja, ia dapat menjaga/menyelamatkan posisi. Seorang bawahan umumnya tidak ingin prestasi kerjanya dinilai tidak berhasil/gagal sehingga memilih tidak melaporkan kegagalan tersebut.
c. Komunikasi horizontal
Komunikasi yang terjadi antara bagian yang memiliki posisi – posisi sejajar/ sederajat dalam suatu organisasi.
Tujuan: persuasi, mempengaruhi, memberi informasi kepada bagian/ departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
Sifat : koordinatif
Komunikasi horizontal penting jika masing–masing departemen saling tergantung dan sebaliknya. Mengkoordinasikan tugas–tugas, berbagi informasi mengenai rencana dan aktivitas, memecahkan masalah diantara organisasi yang sama tingkat, menyelesaikan konflik antar anggota, memperoleh pemahaman yang sama/mencari kesepakatan, mengembangkan dukungan antar persona untuk memperkuat hubungan diantara anggota.
Metode : rapat–rapat komite, percakapan telepon, informasi–informasi waktu istirahat, aktivitas sosial.
d. Komunikasi diagonal
Komunikasi antara dua organisasi yang berbeda. Komunikasi ini berisfat lateral, lebih banyak diterapkan dalam organisasi yang berskala besar dimana terdapat saling ketergantungan (interdependence) yang cukup besar antara bagian/ departemen dalam organisasi tersebut.
Keuntungan :
- Penyebaran informasi lebih cepat.
- Memungkinkan individu dari berbagai departemen ikut membantu menyelesaikan masalah organisasi.
Kelemahan :
• Dapat menggangu jalur komunikasi rutin dan telah berjalan normal.
• Dalam skala besar sukar di kendalikan secara efektif.
Bagan Saluran Komunikasi Formal Perusahaan atau Organisasi |
Setelah kita mengetahui adanya beberapa model saluran komunikasi formal, kita dapat mengamati bahwa model tersebut, ternyata memiliki berberapa keterbatasan, diantaranya :
a. Sudut pandang individual
Sering membuat frustasi/ menjengkelkan pihak tertentu, dikarenakan keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan/banyak jalur yang harus dilalui sebelum dapat berkomunikasi secara langsung dari atasan puncak
b. Sudut pandang perusahaan
Munculnya distorsi/gangguan penyampaiaan informasi ke level yang lebih tinggi karena suatu keterkaitan dalam jalur komunikasi dapat menyebabkan munculnya kesalahpahaman. Misal: pesan yang diterima tidak sama dengan aslinya. Cara mengatasinya dengan mengurangi jumlah tingkat/level dalam struktur organisasi.
2. Saluran Komunikasi Informal
Bagan organisasi formal menggambarkan informasi yang ada di transformasikan dari satu bagian ke bagian yang lain sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun pada praktek/pelaksanaannya orang-orang yang ada dalam organisasi berkomunikasi secara leluasa tanpa mempedulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan/jabatan.
Adapun ciri-ciri dari komunikasi informal, antara lain:
- Biasanya percakapan yang bersifat umum. Kadang kala tentang hal – hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasi.
- Informasi bersifat pribadi.
- Arah aliran informasi kurang stabil mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga. Biasanya dikenal dengan selentingan/ desas desus/ grapevein/ kabar angin.
- Cepat menyebar dari mulut ke mulut, makin cepat tahu, cepat menyampaikan pada pihak lain. Hal tersebut, dipengaruhi oleh banyaknya orang yang lebih percaya desas desus yang didapat dari komunikasi informal daripada informasi yang berasal dari para manajer.
Padahal, informasi dari jalur ini sering kali tidak akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Adapun cara menangani grapevein adalah dengan cara: saluran komunikasi formal diusahakan tetap terbuka, terus terang, cermat, sensitif, hubungan atasan–bawahan berlangsung efektif.