Faktor Lingkungan Abiotik mencakup Topologi dan
Tanah serta peranan bagi tumbuhan, sebaran dan adaptasi berdasarkan keadaan
topografi dan tanah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sam dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau komunitas organisme hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat darat dan habitat air. Semua atau setiap faktor yang mempengaruhi terhadap kehidupan dari suatu organisme dalam proses perkembangannya disebut faktor lingkungan.
Tumbuhan dan juga hewan dalam ekosistem membentuk bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini (jenis-jenisnya) akan bertoleransi terhadap kondisi lingkungann tertentu. Dalam hal ini tidak ada orbanisasi hidup berada dalam keadaan yang berdiri sendiri, harus mempunyai kondisi – kondisi lingkungan yang menentukan kehidupannya. Suatu lingkungan bersifat tiga dimensi ruang dan berkembang berdasarkan waktu. Ini tidak berarti bahwa lingkungan adalah seragam baik dalam waktu ruang maupun waktu.
Pada kenyataannya faktor lingkungan alami selalu memperlihatkan perubahan baik secara vertikal mauoun lateral, dan dikaitkan dengan waktu, mereka juga memperlihatkan variasi baik secara harian mauoun tahunan. Dengan demikian waktu dan ruang lebih tepat dikatakan sebagai dimensi dari lingkungan, jadi bukan merupakan faktor atau komponen lingkungan. Untuk memberikan gambaran yang lebih baik, bagaimana variasi lingkunagan di dalam suatu ekosistem kita ambil contoh di suatu hutan.
Secara vertikal akibat adanya stratifikasi hutan maka kita akan ketahui baha terlihst perbedaan yang nyata adanya radiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain-lain. Suhu pada permukaan tanah akan berbeda dengan suhu udara sekitarnya, demikiian juga secara vertikal ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan terlihat adanya gradiasi suhu ini. Demikian juaga secara lateral meskipun gambarannya tidak sejelas perubahan vertikal tadi, akibat perbedaan stratifikasi dan mungkin topografi berbagai faktor lingkungan akan berada di suatu tempat ke tempat lainnya. Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga jumlah dan kualitas organisme penghuni disetiap habitat tidak sama.
Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi secara faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkunga itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut.
Penggolongan itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Faktor Lingkungan Abiotik mencakup Topologi dan Tanah serta peranan bagi tumbuhan, sebaran dan adaptasi berdasarkan keadaan topografi dan tanah
BAB II
PEMBAHASAN
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup .
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, udara, serta matahari.
Definisi Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Lingkungan adalah sistem kompleks yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan merupakan ruang tiga dimensi, dimana makhluk hidupnya sendiri merupakan salah satu bagiannya
Komponen Lingkungan Lingkungan merupakan bagian yang kompleks dari berbagai faktor yang saling berinterakasi satu sama lainnya. Tidak saja antara biotik dan abiaotik tetapi juga antara biotik itu sendiri dan antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara operasional adalah sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap lainnya tanpa mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Meskipun demikian untuk memahami struktur dan berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita dapat bagi faktor lingkungan ini ke dalam komponen – komponennya. Berbagai cara di lakukan oleh pakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya adalah:
Faktor Iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu,, ketersediaan air dan angin.
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sam dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau komunitas organisme hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat darat dan habitat air. Semua atau setiap faktor yang mempengaruhi terhadap kehidupan dari suatu organisme dalam proses perkembangannya disebut faktor lingkungan.
Tumbuhan dan juga hewan dalam ekosistem membentuk bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini (jenis-jenisnya) akan bertoleransi terhadap kondisi lingkungann tertentu. Dalam hal ini tidak ada orbanisasi hidup berada dalam keadaan yang berdiri sendiri, harus mempunyai kondisi – kondisi lingkungan yang menentukan kehidupannya. Suatu lingkungan bersifat tiga dimensi ruang dan berkembang berdasarkan waktu. Ini tidak berarti bahwa lingkungan adalah seragam baik dalam waktu ruang maupun waktu.
Pada kenyataannya faktor lingkungan alami selalu memperlihatkan perubahan baik secara vertikal mauoun lateral, dan dikaitkan dengan waktu, mereka juga memperlihatkan variasi baik secara harian mauoun tahunan. Dengan demikian waktu dan ruang lebih tepat dikatakan sebagai dimensi dari lingkungan, jadi bukan merupakan faktor atau komponen lingkungan. Untuk memberikan gambaran yang lebih baik, bagaimana variasi lingkunagan di dalam suatu ekosistem kita ambil contoh di suatu hutan.
Secara vertikal akibat adanya stratifikasi hutan maka kita akan ketahui baha terlihst perbedaan yang nyata adanya radiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain-lain. Suhu pada permukaan tanah akan berbeda dengan suhu udara sekitarnya, demikiian juga secara vertikal ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan terlihat adanya gradiasi suhu ini. Demikian juaga secara lateral meskipun gambarannya tidak sejelas perubahan vertikal tadi, akibat perbedaan stratifikasi dan mungkin topografi berbagai faktor lingkungan akan berada di suatu tempat ke tempat lainnya. Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga jumlah dan kualitas organisme penghuni disetiap habitat tidak sama.
Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi secara faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkunga itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut.
Penggolongan itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
- Lingkungan Abiotik, seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara mineral, air, tanah api.
- Lingkungan Biotik, yaitu makhluk – makhluk hidup di luar lingkungan abiotik. (Prof. Dr. Zoer’ain Djamal Irwan,, M.Si: 1996. Prinsip – Prinsip Ekologi )
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Faktor Lingkungan Abiotik mencakup Topologi dan Tanah serta peranan bagi tumbuhan, sebaran dan adaptasi berdasarkan keadaan topografi dan tanah
BAB II
PEMBAHASAN
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup .
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, udara, serta matahari.
Definisi Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Lingkungan adalah sistem kompleks yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan merupakan ruang tiga dimensi, dimana makhluk hidupnya sendiri merupakan salah satu bagiannya
Komponen Lingkungan Lingkungan merupakan bagian yang kompleks dari berbagai faktor yang saling berinterakasi satu sama lainnya. Tidak saja antara biotik dan abiaotik tetapi juga antara biotik itu sendiri dan antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara operasional adalah sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap lainnya tanpa mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Meskipun demikian untuk memahami struktur dan berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita dapat bagi faktor lingkungan ini ke dalam komponen – komponennya. Berbagai cara di lakukan oleh pakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya adalah:
Faktor Iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu,, ketersediaan air dan angin.
- Faktor tanah, merupakan karakteristika dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisika tanah.
- Faktor topografi, yaitu meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan, aspek kemiringan dan kketinggian tempat dari muka laut.
- Faktor biotik, merupakan gambaran semua interaksi dari organisme hidup seperti kompetisi, peneduhan dan lai-lain
Defenisi Topografi
Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan kelembaban serta curah hujan (iklim). Menurut Holridge (1967) suhu menurun dengan bertambahnya ketinggian, dan mempergunakan laju penurunan suhu sekitar 6C untuk setiap kenaikan 1000 m. Bertambah tingginya suatu tempat berasosiasi dengan meningkatnya keterbukaan dan kecepatan angin, hal ini selain mengakibatkan penurunan suhu juga mempengaruhi kelembaban. Ketinggian juga mempunyai arti tetentu terhadap hujan orografik, sehingga ekosistem pada daerah-daerah pegunungan sering menerima hujan yang lebih banyak dari daerah pedataran. Dengan demikian modifikasi iklim secara makro berdasarkan ketinggian ini akan menghasilkan suatu zonasi ekosistem, yang biasanya juga sejalan dengan zonasi dari suhu.
Van Steenis (1972) mengemukakan adanya tiga zona termo-ekologi, yaitu megaterm, mesoterm, dan mikroterm. Megaterm merupakan kawasan panas dimana reaksi tumbuhan terhadap zonasi ini menghasilkan berbagai macam tumbuhan dengan toleransi ekologi yang berbeda-beda, dan hanya beberapa tumbuhan yang mampu bertahan hidup. Sedangkan kelompok lain lebih menyukai iklim yang sejuk, mesoterm ekologi, terbatas di garis lintang menengah dan apabila di tropika akan terdapat di daerah gunung atau montan. Kelompok ketiga adalah mikroterm ekologi, terbatas pada garis lintang yang tinggi dan terikat pada iklim yang dingin atau pada daerah pegunungan yang tinggi. Van Steenis berdasarkan metodologi dari Sendtner dengan sekitar 900 jenis tumbuhan pegunungan Malesia berusaha membuat zonasi floristika dikaitkan dengan zonasi vegetasi. Penamaan zonasi diadaptasikan dengan konsep-konsep yang dipakai di Eropa dengan adanya dua demarkasi iklim yang pasti didasrkan pda bar=tas pohon dan batas salju.
Demarkasi pertama antara pedataran rendah (kolin) dengan zona montan (1000 m), mempunyai floristika yang termasuk pada pedataran rendah tropika asli dan merupakan familia megaterm. Sedangkan di atas 1000 m sering dijumpai tumbuhan yang senang dingin atau kelompok mikroterm yang termasuk pada familia yang biasa berada di belahan bumi utara. Demarkasi kedua memisahkan zona montan dengan zona subalpine pada ketinggian 2400 m, dibedakan atau dikenal dengan perubahan floristika dan fisiognomi, di bawah ketinggian tersebut mempunyai kanopi yang tinggi dengn stratifikasi yang lemah, tetapi di atasnya merupakan hutan yang pendek, renggang, batangnya kecil, dan kanopi agak merata.
Tanah
Tanah merupakan bagian atas dari lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Pengertian ini ditekankan pada hubungan yang erat antara tanah dan organisme hidup, yang keduanya dipengaruhi oleh iklim dan topografi.
Tanah membentuk bagian kompleks dari ekosistem dan ditempati oleh organisme dengan toleransi yang luas. Kajian dari tanah dikenal dengan pedologi.
1. Tanah sebagai medium hidupnya tumbuhan
2. Fisika Tanah
Materi anorganik atau mineral membentuk sekitar dua pertiga dari volume tanah, dan menentukan karakteristika fisikanya.
Sebenarnya pengaruh tekstur tanah terhadap tumbuhan dan air tanah sangat kompleks sekali, sebab meskipun tanah bertekstur halus mampu memegang air lebih banyak, tetapi patut pula diperhatikan hal-hal berikut:
Menurut Kemas Ali Hanafiah, tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai “lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain) dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
Pengaruh Faktor Topografi Dalam Pembentukan Tanah
Dalam kesempatan ini, lebih berbicara tentang topografi sebagai faktor pasif dalam pembentuk tanah. Yang dimaksud dengan topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan bentuk lereng.
Dalam kaitannyan dengan topografi dalam pembentukan tanah dapat ipahami sebagai berikut:
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah, sebaliknya genangan air di dataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah. Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah grumusol kelabu, sedangakan di lereng pegunungan terbentuk tanah jenis grumusol bewarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya. Dilereng cekung seringkali bergabun membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan kelembaban serta curah hujan (iklim). Menurut Holridge (1967) suhu menurun dengan bertambahnya ketinggian, dan mempergunakan laju penurunan suhu sekitar 6C untuk setiap kenaikan 1000 m. Bertambah tingginya suatu tempat berasosiasi dengan meningkatnya keterbukaan dan kecepatan angin, hal ini selain mengakibatkan penurunan suhu juga mempengaruhi kelembaban. Ketinggian juga mempunyai arti tetentu terhadap hujan orografik, sehingga ekosistem pada daerah-daerah pegunungan sering menerima hujan yang lebih banyak dari daerah pedataran. Dengan demikian modifikasi iklim secara makro berdasarkan ketinggian ini akan menghasilkan suatu zonasi ekosistem, yang biasanya juga sejalan dengan zonasi dari suhu.
Van Steenis (1972) mengemukakan adanya tiga zona termo-ekologi, yaitu megaterm, mesoterm, dan mikroterm. Megaterm merupakan kawasan panas dimana reaksi tumbuhan terhadap zonasi ini menghasilkan berbagai macam tumbuhan dengan toleransi ekologi yang berbeda-beda, dan hanya beberapa tumbuhan yang mampu bertahan hidup. Sedangkan kelompok lain lebih menyukai iklim yang sejuk, mesoterm ekologi, terbatas di garis lintang menengah dan apabila di tropika akan terdapat di daerah gunung atau montan. Kelompok ketiga adalah mikroterm ekologi, terbatas pada garis lintang yang tinggi dan terikat pada iklim yang dingin atau pada daerah pegunungan yang tinggi. Van Steenis berdasarkan metodologi dari Sendtner dengan sekitar 900 jenis tumbuhan pegunungan Malesia berusaha membuat zonasi floristika dikaitkan dengan zonasi vegetasi. Penamaan zonasi diadaptasikan dengan konsep-konsep yang dipakai di Eropa dengan adanya dua demarkasi iklim yang pasti didasrkan pda bar=tas pohon dan batas salju.
Demarkasi pertama antara pedataran rendah (kolin) dengan zona montan (1000 m), mempunyai floristika yang termasuk pada pedataran rendah tropika asli dan merupakan familia megaterm. Sedangkan di atas 1000 m sering dijumpai tumbuhan yang senang dingin atau kelompok mikroterm yang termasuk pada familia yang biasa berada di belahan bumi utara. Demarkasi kedua memisahkan zona montan dengan zona subalpine pada ketinggian 2400 m, dibedakan atau dikenal dengan perubahan floristika dan fisiognomi, di bawah ketinggian tersebut mempunyai kanopi yang tinggi dengn stratifikasi yang lemah, tetapi di atasnya merupakan hutan yang pendek, renggang, batangnya kecil, dan kanopi agak merata.
Tanah
Tanah merupakan bagian atas dari lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Pengertian ini ditekankan pada hubungan yang erat antara tanah dan organisme hidup, yang keduanya dipengaruhi oleh iklim dan topografi.
Tanah membentuk bagian kompleks dari ekosistem dan ditempati oleh organisme dengan toleransi yang luas. Kajian dari tanah dikenal dengan pedologi.
1. Tanah sebagai medium hidupnya tumbuhan
- Tempat akar berpegang. Untuk menghadapi gangguan dari hembusab angin, maka tumbuhan tertancap kuat-kuat dalam tanah.
- Suplai air. Tumbuhan menghisap air tanah melalui akar.
- Suplai nutrisi. Tanah mengandung nutrisi organic dan anorganik akibat penghawaan dan pelapukan.
- Suplai udara. Tanah harus teraerasi secukupnya untuk memungkinkan terjadinya respirasi akar dan penguraian oleh organisme.
- Faktor edafil penting bagi perkembangan tumbuhan, hal ini tergantung pada karakteristik fisika dan kimia tanah.
2. Fisika Tanah
Materi anorganik atau mineral membentuk sekitar dua pertiga dari volume tanah, dan menentukan karakteristika fisikanya.
- Partikel Tanah. Jumlah dan ukuran partikel mineral tergantung pada bentuk batuan asalnya dan intensitas dari proses penghawaan yang terjadi. Partikel ini memiliki ukuran yang bervariasi.
- Fraksi Liat. Partikel liat mampu memegang air dan nutrisi dalam tanah. Beberapa mineral liat dapat menghisap air tiga kali volumenya, menggembung bila basah dan mengerut pada keadaan kering. Partikel liat mampu melekat satu sama lain, sehingga pada keadaan basah tanah akan menjadi plastis dan bila kering sangat keras.
- Tekstur Tanah. Tekstur menentukan kemudahan penetrasi akar, aerasi dan drainase, tetapi juga dalam suplai nutrisi dan suhu udara.
- Pori tanah. Pasir kasar yang lepas akan mempunyai pori yang besar meskipun secara total hanya sekitar 40% dari volume tanah. Sebaliknya, tanah liat yang padat mempunyai ruang kecil tetapi membentuk 60% dari volume tanah.
- Udara dalam tanah. Tanah-tanah dengan makropori akan teraerasi dengan baik daripada tanah dengan mikropori.
- Tekstur tanah dan tumbuhan. (1) Tanah dengan kandungan lumpur dan liat yang tinggi mengurangi kecepatan pertumbuhan akar, (2) hujan yang turun pada tanah gembur akan cepat menembus ke dalam tanah, (3) air tanah merupakan lapisan tipis yang melapisis seluruh permukaan partikel tanah.
Sebenarnya pengaruh tekstur tanah terhadap tumbuhan dan air tanah sangat kompleks sekali, sebab meskipun tanah bertekstur halus mampu memegang air lebih banyak, tetapi patut pula diperhatikan hal-hal berikut:
- Sebagian besar air yang tertahan terletak pada lapisan atas tanah.
- Menghalangi penghembusan akar sehingga kecambah tidak sanggup menjangkau sumber air yang lebih dalam sebelum air permukaan mongering.
- Berkecenderungan mengurangi pengudaraan bagian lapisan bawah tanah, sehingga tumbuhan berakar dangkal dengan akibat tumbuhan tadi tidak tahan terhadap kekeringan.
- Air yang melimpah pada tanah bertekstur halus merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan jamur.
- Ion-ion dalam tanah diekstraksi oleh koloid-koloid tanah dan diikatnya Tanah bertekstur gembur, pengudaraannya cukup baik.
Menurut Kemas Ali Hanafiah, tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai “lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain) dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
Pengaruh Faktor Topografi Dalam Pembentukan Tanah
Dalam kesempatan ini, lebih berbicara tentang topografi sebagai faktor pasif dalam pembentuk tanah. Yang dimaksud dengan topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan bentuk lereng.
Dalam kaitannyan dengan topografi dalam pembentukan tanah dapat ipahami sebagai berikut:
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah, sebaliknya genangan air di dataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah.
Didaerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah. Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah grumusol kelabu, sedangakan di lereng pegunungan terbentuk tanah jenis grumusol bewarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya. Dilereng cekung seringkali bergabun membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah
yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena
tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
sedimentasi.
Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :
Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan jenis tanah yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :
Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkolerasi terhadap :
Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :
Tebal daging (solum) tanah
Solum tanah pada daerahlembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah
yang terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.
Drainase tanah
Tanah didaerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.
Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh reliefatau topografi.
Tingkat erodibilitas tanah
Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :
- Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
- Kedalaman air tanah
- Besarnya erosi yang terjadi
- Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah
Relief atau topografi adalah merupakan faktor pembentuk dan pengubah sifat dan jenis tanah yang pengaruhnya dapat dibedakan sebagai berikut :
- Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari
- Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :
- Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)
- Bentuk permukaan lahan
- Derajat kelerengan
- Panjang lereng
- Arah lereng
- Bentuk punggung lereng
Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkolerasi terhadap :
Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :
Tebal daging (solum) tanah
Solum tanah pada daerahlembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah
yang terdapat dipuncak bukit atau lereng terjal.
Drainase tanah
Tanah didaerah lembah atau cekungan akan lebih jelek atau lambat dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.
Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh reliefatau topografi.
Tingkat erodibilitas tanah
Semakin
besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka semakin besar
tingkat erodibilat tanah.
Faktor Topografi
Faktor-faktor fisiografis adalah faktor-faktor yang ditimbulkan oleh susunan, konformitas, dan ”perilaku” permukaan bumi. Misalnya sifat-sifat topografi seperti ketinggian dan kemiringan, proses-proses geodinamik seperti pendangkalan dan erosi dan konsekuensinya oleh geologi setempat. Juga mencakup hembusan pasir/debu yang pada keadaan tertentu dapat mencapai ukauaran besar.
Faktor-faktor fisiografi berpengaruh terhadap vegetasi setempat melalui iklim dan edafik yang ditimbulkan. Faktor-faktor ekologi secara luas mempunyai hubungan saling ketergantungan dan faktor-faktor fisiografi nyata pengaruhnya terhadap vegetasi di daerah-daerah dengan topografi yang drastik dan iklim keras. Relief topografi yang kuat cenderung menghasilkan iklim lokal yang menyolok. Terlepas dari kecenderungan menjadi lebih berangin pada elevasi yang lebih tinggi, suhu udara tanah cenderung menjadi lebih rendah dan kelembaban nsibi lebih besar bila kita naik keatas dengan tekanan udara yang berkurang dan radiasi panas yang meningkat intensitasnya. Variasi iklim menjadi semakin ekstrem dan cepat dengan semakin bertambahnya ketinggian.
Pengaruh fisiografi, bahwa di belahan bumi utara, lereng yang menghadap ke utara cenderung lebih sesuai kondisi yang lembab daripada lereng yang menghadap keselatan pada ketinggian yang sama. Ini karena pengaruh penyinaran terhadap suhu udara dan suhu tanah dan akibatnya pada lembab nisbi dan penguapan dan melalui aspek-aspek tersebut berpengaruh terhadap keadaan air setempat, kendati curah hujan sama
Perbedaan vegetasi oleh topografi yang paling sering adalah korelasinya dengan lengas, dicirikan di tempat yang air berkurang dan konsekuensinya merupakan faktor kritis. Sehingga terdapat vegetasi yang berbeda dan flora pada kedua sisi lembah yang dalam atau gunung terjal.
Kemiringan suatu lereng menentukan sebagian besar stabilitas permukaan dan kemampuan untuk menahan air dan pengaruh aspek dan dadahan di garis lintang tinggi. Belahan bumi utara lereng yang terjal menghadap ke selatan menerima sinar matahari siang, dan lereng terjal yang menghadap ke utara menerima sinar pagi dan sore miring yang lemah. Perbedaan ini berpengaruh pada kondisi air dan suhu ditempat itu dan vegetasinya.
Kemiringan juga berpengaruh pada sifat-sifat dan banyaknya tanah yang terhimpun. Tekstur dan tipe batuan yang berbeda menghasilkan topografi yang berbeda sehingga iklim setempat yang ditimbulkan secara fisiografi. Perbedaan itu mempengaruhi kondisi air, juga arus yang dibawahnya tersumbat air dan kembali dengan demikian mempengaruhi habitat.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati yaitu :Tanah, Suhu atau temperatur, Kelembapan, Iklim, Sinar matahari, Air, Udara, Mineral, Keasaman ( PH ), Kadar Garam ( Salinitas ), Topografi dan Garis lintang Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan kelembaban serta curah hujan (iklim). ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap ketersediaan air.
Saran
Kajian ekologi sangatlah luas, begitu halnya dengan faktor topografi yang berpengaruh terhadap tumbuhan. Perlu adanya referensi yang lebih banyak lagi untuk mengetahui aspek apa saja pada topografi yang dapat memberikan faktor penting bagi keberadaannya suatu tumbuhan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Faktor Topografi
Faktor-faktor fisiografis adalah faktor-faktor yang ditimbulkan oleh susunan, konformitas, dan ”perilaku” permukaan bumi. Misalnya sifat-sifat topografi seperti ketinggian dan kemiringan, proses-proses geodinamik seperti pendangkalan dan erosi dan konsekuensinya oleh geologi setempat. Juga mencakup hembusan pasir/debu yang pada keadaan tertentu dapat mencapai ukauaran besar.
Faktor-faktor fisiografi berpengaruh terhadap vegetasi setempat melalui iklim dan edafik yang ditimbulkan. Faktor-faktor ekologi secara luas mempunyai hubungan saling ketergantungan dan faktor-faktor fisiografi nyata pengaruhnya terhadap vegetasi di daerah-daerah dengan topografi yang drastik dan iklim keras. Relief topografi yang kuat cenderung menghasilkan iklim lokal yang menyolok. Terlepas dari kecenderungan menjadi lebih berangin pada elevasi yang lebih tinggi, suhu udara tanah cenderung menjadi lebih rendah dan kelembaban nsibi lebih besar bila kita naik keatas dengan tekanan udara yang berkurang dan radiasi panas yang meningkat intensitasnya. Variasi iklim menjadi semakin ekstrem dan cepat dengan semakin bertambahnya ketinggian.
Pengaruh fisiografi, bahwa di belahan bumi utara, lereng yang menghadap ke utara cenderung lebih sesuai kondisi yang lembab daripada lereng yang menghadap keselatan pada ketinggian yang sama. Ini karena pengaruh penyinaran terhadap suhu udara dan suhu tanah dan akibatnya pada lembab nisbi dan penguapan dan melalui aspek-aspek tersebut berpengaruh terhadap keadaan air setempat, kendati curah hujan sama
Perbedaan vegetasi oleh topografi yang paling sering adalah korelasinya dengan lengas, dicirikan di tempat yang air berkurang dan konsekuensinya merupakan faktor kritis. Sehingga terdapat vegetasi yang berbeda dan flora pada kedua sisi lembah yang dalam atau gunung terjal.
Kemiringan suatu lereng menentukan sebagian besar stabilitas permukaan dan kemampuan untuk menahan air dan pengaruh aspek dan dadahan di garis lintang tinggi. Belahan bumi utara lereng yang terjal menghadap ke selatan menerima sinar matahari siang, dan lereng terjal yang menghadap ke utara menerima sinar pagi dan sore miring yang lemah. Perbedaan ini berpengaruh pada kondisi air dan suhu ditempat itu dan vegetasinya.
Kemiringan juga berpengaruh pada sifat-sifat dan banyaknya tanah yang terhimpun. Tekstur dan tipe batuan yang berbeda menghasilkan topografi yang berbeda sehingga iklim setempat yang ditimbulkan secara fisiografi. Perbedaan itu mempengaruhi kondisi air, juga arus yang dibawahnya tersumbat air dan kembali dengan demikian mempengaruhi habitat.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati yaitu :Tanah, Suhu atau temperatur, Kelembapan, Iklim, Sinar matahari, Air, Udara, Mineral, Keasaman ( PH ), Kadar Garam ( Salinitas ), Topografi dan Garis lintang Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan kelembaban serta curah hujan (iklim). ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap ketersediaan air.
Saran
Kajian ekologi sangatlah luas, begitu halnya dengan faktor topografi yang berpengaruh terhadap tumbuhan. Perlu adanya referensi yang lebih banyak lagi untuk mengetahui aspek apa saja pada topografi yang dapat memberikan faktor penting bagi keberadaannya suatu tumbuhan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi,
D.A 1998. Buku Penuntun Biologi SMU kelas 1. Jakarta, Erlangga
Retnowati,
Pristilla. 1999. Seribu Pena Biologi SMU Jilid I. Jakarta :
Erlangga
Syamsuri,
Istamar. 2000. Biologi 2000 SMU jilid B. Jakarta : Erlangga
Diktat
Ekologi Tumbuhan, oleh Purtasih, M.pd
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan
Zoer’aini Djamal Irwan. 1991.
Prinsip –Prinsip Ekologi EKOSISTEM. Fakultas Arsitektur Lanskep Universitas Trisakti: Jakarta
Prinsip –Prinsip Ekologi EKOSISTEM. Fakultas Arsitektur Lanskep Universitas Trisakti: Jakarta