PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS I SD NEGERI SAKTI BAB II



PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS I SD NEGERI SAKTI


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) adalah “Penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.
Sedangkan menurut Winkel (1991: 60) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “Bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu”.
Senada dengan pendapat kedua ahli tersebut, Anton Sukarno (1994:16) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh dengan usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar”.
Dari ketiga pendapat di atas, maka yang dimaksud prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar.
Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu angka yang dicapai oleh masing-masing siswa dalam periode waktu tertentu sebagai hasil dari belajarnya, yang merupakan perwujudan dari potensi dirinya.


b. Pengertian Matematika
Menurut Djauzak Ahmad (1994: 13) “Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang berguna memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dewasa ini”.
Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust seperti dikutip Mulyono Abdurrahman (1999: 252), “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengeskpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”.
Senada dengan pendapat tersebut, Kline dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252) mengemukakan bahwa “Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Dari pendapat-pendapat di atas, berarti bahwa Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bahasa simbolis untuk memudahkan manusia berfikir dengan menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memudahkan manusia berfikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing (Moh Uzer Usman & Lilis Setiawati, 1993: 9).
Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
a)   Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
b)   Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:
1)      Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
2)      Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minta kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
c)  Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor yang berasal dari luar luar diri (eksternal)
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
(1) Lingkungan keluarga.
(2) Lingkungan sekolah.
(3) Lingkungan masyarakat.
(4) Lingkungan kelompok.
b)  Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi, dan kesenian.
c)  Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
d)  Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.
Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa.

d. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar dapat memilih materi yang mampu menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa, sehingga mampu mengikuti perkembangan IPTEK. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari ciri Matematika itu sendiri yaitu memiliki sifat abstrak dan berpola deduktif dan konsisten.
Karenanya kegiatan belajar dan mengajar Matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena peserta didik yang belajar Matematika itupun berbeda-beda kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar harus tetap memperhatikan adanya perbedaaan individu dan karakteristik siswa. (Djauzak Ahmad, 1994: 13)
Selanjutnya, Djauzak Ahmad (1994: 17) menyatakan bahwa “Tujuan pembelajaran Matematika secara umum adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan dan dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat dan efektif”. Di samping itu siswa diharapkan mampu menggunakan Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam Kurikulum 2004 (2003: 6) juga disebutkan “Tujuan pembelajaran Matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah”.
Sedangkan Moch Ichsan (2003: 4) merumuskan tujuan pembelajaran Matematika, sebagai berikut:
1)      Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan ) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2)      Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan Matematika.
3)      Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut.
4)      Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Tujuan tersebut dianggap telah tercapai apabila siswa telah memiliki sejumlah kemampuan di bidang Matematika. Agar tujuan pembelajaran Matematika tersebut dapat dicapai secara optimal, guru harus dapat menerapkan pendekatan pembelajaran Matematika secara tepat.
Moch Ichsan (2003: 8-9) mengemukakan empat macam pendekatan pembelajaran Matematika, yaitu:

1) Pendekatan belajar aktif (Student Active Learning = SAL)
SAL adalah suatu pembelajaran yang menekankan aktivitas para siswa secara fisik, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, maka guru harus dapat menciptakan suasana yang menggairahkan kegiatan belajar, antara lain dengan menyajikan bahan pelajaran mengesankan dan merangsang daya kreativitas, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan.
2) Pendekatan terpadu
Yaitu suatu pendekatan yang mengaitkan mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran lainnya. Dengan mengetahui keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, maka akan dapat memberi pengertian kebermaknaan, sehingga siswa lebih mantap dalam memahami suatu konsep.
3) Pendekatan konstruktivis
Yaitu merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas melalui tiga fase, yaitu: fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan aplikasi konsep untuk mencapai kebermaknaan pemahaman.
4) Pendekatan realistik (Realistic Mathematics Education = RME)
Yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan “process of doing mathematics”. Pada pendekatan ini peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator, atau evaluator, sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan “reasoning”nya, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.
2. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan. Hadi Mulyono (2000: 13) memberikan pengertian pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai:
1)   Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2)   Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3)   Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4)   Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Menurut Ujang Sukandi (2003: 108) “Pembelajaran tematis dimaksudkan sebagai suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dengan membuat keterpaduan materi mata pelajaran dalam satu tema”.
Sedangkan Moch Ichsan (2003: 9) menyatakan bahwa “Pembelajaran Matematika model Webbed atau pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata pelajaran melalui suatu tema tertentu”.
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Berdasarkan hakikat pembelajaran tematik, Tim Pengembang PGSD (2001: 58-59) mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik pembelajaran sebagai berikut:
1) Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di hadapan mereka.
2) Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti diterangkan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa.
3) Otentik
Pembelajaran tematik juga memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. Ini karena mereka dalam belajarnya melakukan kegiatan secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajar sendiri, hasil dan interaksinya dengan fakta dan peristiwa, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru.
4) Aktif
Pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya. Pembelajaran tematik pada dasarnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa.
Oleh karena itu, pembelajaran tematik bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing bidang studi yang ada kaitannya. Meskipun hal itu bisa saja dilakukan, hal ini bisa tidak sesuai dengan landasan filosofis, psikologis dan praktis dari pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari melalui pengembangan tema tersebut.



PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS I SD