Makalah Makki dan Madani Lengkap : Makki adalah Mekkah dan Madani adalah Madinah. "Menurut Syaih Sayyid Alawi Bin Sayyid Abbas Al-Maliki dalam bukunya Faidzul Khobir Wa Kholasotu At-taqrin".Makkiyah adalah ayat atau surat yang diturunkan sebelum hijrah, sekalipun turun diselain kota Makkah. Dan Madaniyah adalah ayat atau surat yang turun setelah hijrah, sekalipun turun dikota Madinah. “Menurut Syaih Hisam Bin Uruwah” Setiap surat yang menyebutkan ummat-ummat terdahulu itu disebut makkiyah. Dan Setiap surat yang menyebut batasan-batasan atau undang-undang dan kewajiban-kewajiban itu disebut surat madaniyah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran sendi-sendi kebudayaannya. Demikian juga umat Islam amat memperhatikan kelestarian risalah Nabi Muhammad yang memuliakan semua umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya diperhatikan sepanjang diterima akal dan mendapat respond manusia, tetapi, di atas itu smeua, ia agama yang melekat pada akal dan terpateri dalam hati. Oleh sebab itu kita dapati para pengemban petunjuk yang terdiri atas para sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunnya Qur’an ayat demi ayat, baik dalam hal waktu ataupun tempatnya. Penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah perundang-undangan yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode dakwah, macam-macam seruan, dan pentahapan dalam penetapan hukum dan perintah. Mengenai hal ini anatar lain seperti dikatakan oleh Ibn Mas’ud r.a:
“Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, setiap surah Qur’an kuketahui di mana surah itu diturunkan, dan tiada satu ayat pun dari Kitab Allah kecuali pasti pasti kuketahui mengenai apa ayat itu diturunkan. Sekiranya aku tahu ada seseorang yang lebih tahu daripadaku mengenai kitab Allah, dan dapat kujangkau orang itu dengan untaku, pasti aku pacu untaku kepadanya.”[1]
Dakwah menuju jalan Allah itu memerlukan metode tertentu dalam menghadapi segala keruakan akidah, perundang-undnagan dan perilaku. Beban dakwah itu baru diwajibkan setelah benih subur tersedia baginya dan fundasi kuat telah dipersiapkan untuk membawanya.
Dan asas-asas perundang-undangan dan aturan sosialnya juga baru digariskan setelah hati manusia dibersihkan dan tujuannya ditentukan, sehingga kehidupan yang teratur dapat terbentuk atas dasar bimbingan dari Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Makki dan Madani?
2. Bagaimana ciri-ciri dari Makki dan Madani?
3. Bagaimana perbedaan diantara Makki dan Madani?
4. Bagaimana faedah Makki dan Madani?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Makki dan Madani.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari Makki dan Madani.
3. Untuk mengetahuin perbedaan diantara Makki dan Madani.
4. Untuk mengetahui faedah Makki dan Madani.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makki dan Madani
Secara bahasa Makki adalah Mekkah dan Madani adalah Madinah. "Menurut Syaih Sayyid Alawi Bin Sayyid Abbas Al-Maliki dalam bukunya Faidzul Khobir Wa Kholasotu At-taqrin".
مَكِيَّةُ: مَانَزَلَ قَبْلَ الهِجْرَةِ وَإِنْ نَزَلَ بِغَيْرِ مَكَّةَ
مَدَنِيًّةُ: مَانَزَلَ بَعْدَ الهِجْرَةِ وَإِنْ نَزَلَ بِغَيْرِالمَدِيْنَةِ
Makkiyah adalah ayat atau surat yang diturunkan sebelum hijrah, sekalipun turun diselain kota Makkah. Dan Madaniyah adalah ayat atau surat yang turun setelah hijrah, sekalipun turun dikota Madinah.[2]
“Menurut Syaih Hisam Bin Uruwah”
Setiap surat yang menyebutkan ummat-ummat terdahulu itu disebut makkiyah. Dan Setiap surat yang menyebut batasan-batasan atau undang-undang dan kewajiban-kewajiban itu disebut surat madaniyah.
“Menurut Amiruddin”
Makkiyah ialah masa-masa ayat yang turun ketika Nabi Muhammad SAW masih bermukim di Makkah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai permulaan Rabi’ul Awal 54 dari kelahiran Nabi Muhammad. Dan Madaniyah adalah masa ayat-ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah ke madinah, yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, persisnya dari permulaan Rabi’ul Awal tahun 54 dari kelahiran Nabi sampai 9 dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi Muhammad atau 10 hijriyah.
Para ulama berbeda pendapat tentang makkiyah dan madaniyyah, dan dalam hal ini terbagi atas tiga pendapat, sebagai berikut :
Pertama, pendapat paling mashur, surah makkiyah yaitu wahyu yang turun sebelum nabi Muhammad saw hijrah, sedangkan surah madaniyah yaitu wahyu yang turun setelah hijrah nabi Muhammad saw. Pada tahun fathul makkah atau tahun “haji wada”, ketika Nabi sedang berada dikediaman atau sedang bepergian. Ini adalah pendapat paling shahih dalam pengertian keduanya.
Kedua, Makkiyah yaitu wahyu yang turun di makkah al mukarromah walaupun setelah hijrah, sedangkan madaniyyah yaitu wahyu yang turun di madinah al-munawaroh.
Ketiga, Makkiyah yaitu wahyu yang turun karena obyek pembicaraan yang dituju untuk penduduk makkah al mukaromah, sedangkan madaniyyah yaitu wahyu yang turun karena obyek pembicaraan yang dituju untuk penduduk madinah al- munawwaroh.
B. Ciri-ciri Makki dan Madani
Para ulama telah meneliti surah-surah Makki dan Madani dan menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Di situ mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri-ciri tersebut.
Ciri Makki:
1. Setiap surah yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu Makki.
2. Setiap surah yang mengandung lafal kalla, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam lima belas surah.
3. Setiap surah yang mengandung ya ayyuhan nas dan tidak mengandung ya ayyuhal lazina amanur-ka u wasjudu. Namun demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat Makki.
4. Setiap surah yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu adalah Makki, kecuali surah Baqarah.
5. Setiap surah yang mengandung kisah Adam dan Iblis adalah Makki, kecuali surah Baqarah.
6. Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha Mimdan lain-lainnya, adalah Makki, kecuali surah Baqarah dan Ali Imran. Sedang surah Ra’d masih diperselisihkan.
Ini adalah dari segi ketentuan, sedang dari segi ciri tema dan gaya bahasa dapatlah diringkas sebagai berikut:
1. Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksaannya, surga dan nikmat-nya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayatkauniah.
2. Peletakan dasar-dasar umum bagi perundnag-undangan dan akhlak mulia yang menajdi dasar terbentuknya suatu masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim, penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
3. Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendusatakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
4. Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, di telinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti surah-surah yang pendek-pendek. Dan perkecualiannya hanya sedikit.
Ciri Madani
1. Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah Madani.
2. Setiap surah yang di dalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah Madani, kecuali surah al-‘Ankabut adalah Makki.
3. Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan Ahli Kitab adalah Madani.
Ini dari segi ketentuan, sedang dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa dapatlah diringkaskan sebagai berikut:
1. Menjelaskan ibadah, muamalah, had,kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan social, hubungan internasional, baik di waktu damai maupun perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan.
2. Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesame mereka.
3. Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
4. Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
C. Perbedaan Makki dan Madani
Untuk membedakan Makki dan Madani, para ulama mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasar-dasarnya sendiri.
a. Dari Perspektif Masa Turun
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Mekah. Adapun Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Madinah. Ayata-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekkah atau Arafah.
Seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Mekah, misalnya firman Allah: (QS. An-Nisa [4] : 58)
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…” (an-NIsa [4]: 58).
Ayat ini diturunkan di Mekah, dalam Ka’bah pada penaklukan Mekah atau yang diturunkan pada haji Wada’, seperti firman Allah:
“Hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu.” (al-Ma’idah [5]:3).[3]
b. Dari Perspektif Masa/tempat Turun
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyyah. Adapun Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sul’a.
c. Dari Perspektif Sasaran
Dari segi sasarannya, Makki adalah yang seruannya di tujukan kepada penduduk Mekah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah.
D. Cara Mengetahui Makki dan Madani
1. Sima’i Naqli
Sima’i Naqli ( pendengaran seperti adanya) yaitu berdasarkan pada riwayat yang shahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi’in yang menerima atau mendengar dari para sahabat bagaimana, di mana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu tersebut. Nabi tidak pernah menjelaskan ayat makkiyah dan madaniyah tersebut, para sahabat yang menyaksikan secara langsung diturunkan wahyu, menyaksikan tempat turunnya, waktunya, sebab-sebab diturunkannya dan lain sebagainya.[4]
2. Qiyas Ijtihadi
Qiyas Ijtihadi yaitu didasarkan pada ciri-ciri Makki dan Madani. Apabila dalam surah Makki terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Madani atau mengandung peristiwa Madani, maka ayat tersebut dikatakan bahwa ayat itu Madani. Dan apabila dalam surat Madani terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Makki atau mengandung peristiwa Makki, Maka ayat tersebut dikatakan ayat Makki. Apabila dalam suatu surah terdapat ciri-ciri Makki, maka surah tersebut termasuk surah Makkiyah. Apabila dalam suatu surah terdapat ciri-ciri Madani, makasurah tersebut dinamakan surah Madaniyah. Inilah yang disebut qiyas ijtihadi.
E. Klasifikasi Makki dan Madani
1. Surah-surah Madaniyah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 20 surah yakni Al-Baqarah, Ali ‘Imran , An-Nisa’, Al-Ma’idah, Al-Anfal, At-Taubah, An-Nur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujurat, Al-Hadid, Al-Mujadalah, Al-Hasyr , Al-Mumtahanah, Al-Jumu’ah , Al-Munafiqun, At-Talaq, At-Tahrim, An-Nasr.[5]
2. Surah-surah Makkiyah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 82 surah. Yaitu surat-surat yang tidak termasuk dalam surat-surat madaniyah dan surat-surat yang diperselisihkan.
3. Surah-surah yang diperselisihkan
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya adalah 12 surah yakni Al-Fatihah, Ar-Ra’d, Ar-Rahman, As-Saff, At-Taghaabun, Al-Mutaffifin, Al-Qadar, Al-Bayyinah, Az-Zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.[6]
4. Ayat Makkiyah dalam surah Madaniyah
Ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah maksudnya dalah Suatu surat tersebut merupakan kriteria surah Madaniyah akan tetapi banyak ulama mengecualikan ayat tersebut, yaitu ayat tersebut termasuk ayat makkiyah. Sebagai contoh Surat Al-Anfal termasuk surat madaniyah akan tetapi para ulama mengecualikan QS. Al-Anfal:30, Allah SWT berfirman:[7]
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِين
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (Quraisy) membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.” (Al-Anfal : 30).
Mengenai ayat tersebut Muqatil mengatakan bahwa ayat tersebut diturunkan di Mekkah, karena berkenaan dengan apa yang dilakukan orang-orang musyrik di Darun Nadwah ketika mereka merencanakan tipu daya terhadap Rasulluh sebelum hijrah.[8] Dan juga sebagian ulama mengecualikan QS. Al-Anfal : 64
5. Ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Contohnya seperti perkataan Ibnu Abbas bahwa QS. Al-An’am turun sekaligus di Mekkah sehingga Makkiyah kecuali ayat 151-153. Dan QS. Al-Hajj adalah Makkiyah kecuali ayat 19-21, karena ayat tersebut diturunkan di Madinah.[9]
6. Ayat yang diturunkan di Mekkah sedang hukumnya Madaniyah
Sesudah Ayat tersebut diturunkan di Mekkah pada hari penaklukkan kota Mekkah, akantetapi termasuk madaniyah karena diturun sesudah hijrah, dan seruannya juga bersifat umum.Contoh ayat seperti ini adalah QS. Al-Hujurat : 13, Allah SWT berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia, kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki & seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui & Maha Mengenal.” (Al-Hujurat : 13).
7. Ayat yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya Makkiyah
Ayat seperti ini diturunkan di Madinah dan tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah. Contohya adalah QS. Al-Mumtahanah dan permulaan QS. Al-Bara’ah (At-Taubah) yang diturunkan di Madinah akan tetapi seruannya ditujukan untuk orang-orang musyrik Mekkah.
8. Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam Madaniyah
Yakni ayat yang dalam surah Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri umum Makkiyah, karena ayat tersebut diturunkan di Mekkah. Contohnya QS. Al-Anfal : 32
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan (ingatlah), ketika mereka berkata : Ya Allah, jika benar (Al-Qur’an) ini benar dari sisi-Mu, maka hujanilah kami dengan batu dari langit. Atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”(QS. Al-Anfaal: 32).
9. Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam Makkiyah
Yakni ayat yang dalam surah Makkiyah tetapi mempunyai gaya bahasa & ciri umum Madaniyah. Contohnya QS. An-Najm : 32
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ...
“(Yaitu) Mereka yang menjauhi dosa-dosa besar & perbuatan keji yang selain kesalahan-kesalahan kecil.” (An-Najm : 32).
Imam Suyuthi mengatakan bahwa perbuatan keji aalah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar adalah stiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecila dalah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa tersebut. Sedangkan di Mekkah belum ada sanksi dan yang serupa dengannya.
10. Ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah
Contohnya adalah QS. Al-A’la dalilnya HR. Bukhari dari Al-Barra bin ‘Azib yang menceritakan kedatangan pertama shahabat ke Madinah.
11. Ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekkah
Contohnya awal QS. Al-Bara’ah dalilnya ketika Rasul SAW memerintahkan Ali kw untuk menyampaikan kepada Abu Bakar ra untuk berhaji & mengumumkan bahwa setelah tahun kesembilan tidak seorangpun Kaum Musyrikin diperbolehkan berhaji.
12. Ayat yang turun pada malam dan siang hari
Kebanyakan ayat Qur’an turun pada siang hari. Ayat yang turun pada malam hari diantaranya adalah QS. Ali Imran : 190. Contoh lainnya QS. At-Taubah: 117-118 dan QS. Al-Fath.
13. Ayat yang turun di musim panas dan musim dingin
Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas dengan ayat tentang kalalah yang terdapat di akhir Surat An-Nisa’ sebagaimana yang disebutkan dalam shahih Muslim. Contoh lain dalam Q.S. At-Taubah:81 yaitu ayat tersebut turun dalam perang Tabuk. Perang Tabuk tersebut terjadi pada musim panas sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Qur’an.
Ayat yang turun di musim dingin yaitu Q.S.An-Nur:11-26, sebagaimana hadits sahih dari Aisyah. Contoh lainnya adalah ayat-ayat yang turun mengenai perang Khandak, dari Surah Al-Ahzab, ayat-ayat tersebut turun pada hari yang sangat dingin.
14. Ayat yang turun diwaktu menetap dan dalam perjalanan
Kebanyakan Qur’an itu turun diwaktu menetap. Ayat yang turun didalam perjalanan adalah At-Taubah : 34 , QS. Al-Hajj : 1-2 dan QS. Al-Fath. Dalam Q.S.At-Taubah:34 diriwayatkan oleh Ahmad melalui Sauban, bahwa ayat tersebut turun ketika Rasululullah dalam suatu perjalanan. Begitu juga awal Surah Al-Hajj dan Surat Al-Fath.
F. Faedah Makki dan Madani
1. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur’an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian yang khusus.
2. Meresapi gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dala metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika.
Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani dalam Qur’an memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian Allahs esuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
3. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik periode Mekah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan.
Atau dalam kata lain, manfaatnya ialah:
· Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an
Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-Qur’an tentu sangat membantu dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan mengetahui kronologis Al-Qur’an pula, seorang mufassir dapat memecahkan makna kontradiktif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan konsep nasikh-mansukh yang hanya bias diketahui melalui kronologi Al-Qur’an.
· Pedoman Bagi langkah-langkah dakwah
Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat makkiyah dan madaniyyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya.
· Memberi informasi tentang sirah kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di Mekkah atau di Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Qur’an adalah rujukan otentik bagi perjalanan dakwah Nabi itu, informasinya tidak bias diragukan lagi.
· Meningkatkan keyakinan terhadap keaslian al-Quran
· Mengetahui uslub-uslub (bentuk bahasa) al-Qur’an, kalau makiyah ushlubnya singkat-singkat, sedangkan madaniyah ushlubnya panjang-lebar.
· Meningkatkan keyakinan terhadap keaslian al-Quran
· Mengetahui sejarah periwayatan hukum Islam (tarikhul tasyri’) yang begitu bijaksana dalam menetapkan perkara-perkara; mengetahui hikmah disyari’atkan suatu hukum (hikmatul tasyri) seperti contohnya hikmah diharamkannya khamr secara perlahan lahan.
· Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci al-Qur’an
· Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiyah
· Pemanfaatan terhadap gaya bahasa al-qur’an dalam mengajak kepada jalan Allah swt. Sebab (gaya bahasa al-qur’an) merupakan suatu gaya bahasa yang keras (sekaligus juga), lembut, rinci (maupun) global, memberikan optimisme kepada kebahagiaan/kebaikan, mengancam, menganjurkan, memberi peringatan, ringkas, penuh kekayaan bahasa, sesuai dengan kondisi lawan bicara.
· Menjelaskan tugas dan perhatian kaum muslimin terhadap Al-Qur’an, sehingga mereka merasa belum cukup jika hanya pada dataran menghafal teks Al-Qur’an. Bahkan mereka mengikuti tuntutan tempat turunnya ayat, mencari pengetahuan tentang yang turun sebelum dan sesudah hijrah, yang turun pada malam dan siang hari, pada musim dingin dan musim panas, dan .mereka diikuti oleh orang yang mempelajari dan ilmu-ilmunya,
· Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat al-Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode mekkah maupun pada periode madinah, Sejak permulaan Turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan. Qur’an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah. Peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Qur’an, dan Qur’an pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi Makki dan Madani para ulama mendefinisikan menjadi tiga definisi yang Pertama, ditinjau dari tempat turunnya yaitu Makki adalah sesuatu (ayat atau surat) yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, Madani adalah yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya. Kedua, ditinjau dari objek yang ditujunya. Ketiga, ditinjau dari waktu turunnya, Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah ke Madinah walaupun ayat atau surat tersebut turunnya selain di Makkah. Sedangkan Madani adalah yang diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah. Dan ini pendapat yang paling terkenal.
Cara mengetahui Makki dan Madani yaitu dengan dua cara yaitu sima’i naqli(pendengaran seperti apa adanya) dan qiyas ijtihadi (kias hasil ijtihad). Klasifikasi Makki dan Madani adalah Yang turun di Makkah, Yang turun di Madinah, Surat yang diperselisihkan, ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah begitu pula sebaliknya. Yang diturunkan di Makkah sedangkan hukumnya Madani dan sebaliknya. Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madani dan sebaliknya.yang dibawa dari Makkah ke Madinah dan sebaliknya, yang turun di waktu malam dan siang hari, yang turun di musim panas dan di musim dingin, yang turunkan di waktu menetap dan dalam perjalanan.
Perbedaan antara Makki dan Madani diantaranya Makki adalah setiap surat yang mengandung ayat sajdah, Setiap surat yang terdapat seruan ياايهاالناس, setiap surat yang dimulaihuruf tahajji (huruf hijaiyah), juga setiap suku katanya pendek-pendek dan disertai dengan makna yang mengesankan dan pembahasannya mengenai tauhid, dasar-dasar ibadah, kisah umat-umat terdahulu.
Sedangkan ciri-ciri Madani diantaranya setiap surat yang membahas tentang faridhah dan had juga hal-ihwal orang munafik dan Ahl Kitab dan juga penjelasan tentang muamalah, kekeluargaan, warisan dan lain sebagainya. Pada umumnya ayat-ayat dan surat-surat Madaniyah panjang-panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’. 2013. STUDI ILMU-ILMU QUR’AN.Surabaya: CV. Ramsa Putrayyo
ash-shiddieqy , Hasbi. 1970. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang.
Anwar, Rosihon. 2010. Ulum Al-Qur’an. Bandung : CV. Pustaka Setia.
MAKALAH FOOTNOTE
[1] Hadits riwayat Bukhari.
[2] Syaikh Sayyid Alawi Bin Sayyid Abbas Al-Maliki, Faidzul Khabir Waholasotu At-taqrin,
[3] Dalam hadits sahih dari Umar dijelaskan, ayat itu turun pada malam Arafah hari Jum’at tahun haji Wada’.
[4] Manna Al-Qaththan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an terj. Muzakkir AS (Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa,1996), Hal.
[5] Manna Al-Qaththan, Mabahist Fi Ulum Al-Qur’an ( Mansyurat Al-Ash Al-Hadits,1973), hal.61
[6] Ibid, hal. 56
[7] Imam Jalaluddin Suyuthi, Itqan fi Ulum Alqur’an,.hal.25
[8] Muhammad Al-Zarqani, Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an,.hal.164
[9] Ibid,hal. 165