Konservasi Pertanian Lahan Kering dengan Metode Teknis

Selain metode Vegetatif bisa juga dilakukan konservasi pertanian lahan kering dengan metode teknis yaitu suatu metode konservasi dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (Top Soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Konservasi dengan metode teknis ini biasa dilakukan dengan berbagai alternative penanganan yang pemilihannya tergantung dari kondisi di lapangan. Beberapa teknik yang dapat dilakukan diantaranya (Ridiah 2010):
a) Pengolahan tanah menurut kontur,
b) Pembuatan guludan,
c) Terasering, dan
d) Saluran air

Pendekatan Teknis
a. Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.
Untuk pertanian lahan kering yang berada pada daerah dengan kemiringan lebih dari 8% bias dilakukan dengan pembuatan teras . Teras ini dibuat untuk tanaman-tanaman pertanian produktif karena pembuatan teras memerlukan teknik yang sulit dan memerlukan waktu.lama bila dilakukan untuk tanaman semusim akan sangat tidak ekonomis. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain: teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku.

Teras gulud umumnya dibuat pada lahan yang berkemiringan 10 – 15 yang biasanya dilengkapi dengan Saluran Pembuangan Air yang tujuannya untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir pada waktu hujan sehingga erosi dapat dicegah dan penyerapan air dapat diperbesar. Teras Bangku adalah teras yang dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan dengan di bidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai tangga. Bermanfaat sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi.

Diterapkan pada lahan dengan lereng 10-40%, tanah dengan solum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif tidak mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung unsur beracun bagi tanaman seperti aluminium dan besi. Guludan adalah suatu sistem dimana tanaman panganditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong, Bermanfaat untuk:
a. memperbesar peresapan air ke dalam tanah;
b. memperlambat limpasan air pada saluran peresapan; dan
c. sebagai pengumpul tanah yang tererosi, sehingga sedimen tanah lebih mudah dikembalikan ke bidang olah.

Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan. Umumnya rorak dibuat dengan ukuran panjang 1-2 m, lebar 0,25-0,50 m dan dalam 0,20-0,30 m, atau panjang 1-2 m, lebar 0,3-0,4 m dan dalam 0,4-0,5 m. Jarak antar-rorak dalam kontur adalah 2-3 m dan jarak antara rorak bagian atas dengan rorak dibawahnya 3- 5 m.

b. Wind break
Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama irigasi (evapotranspirasi). Kombinasi tanaman dengan tajuk yang berbeda sangat mendukung metode ini. Pola stage bouw (tajuk bertingkat) seperti di pekarangantradisional adalah contoh yang baik untuk diterapkan (Setyati, 1975).
Air Hujan Di Jalan Raya

c. Pemanenan Air hujan dengan embung
Istilah pemanenan air hujan akhir-akhir ini semakin popululer terutama untuk daerah kering seperti NTT. Teknik pemanenan air hujan ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang sudah banyak diterapkan di tanah air. Untuk Provinsi NTT sistem pemanenan air hujan sudah dikenal sejak lama dan yang sudah dikembangkan di wilayah ini adalah tadah hujan, bendungan, sumur gali dangkal,irigasi pompa, embung kecil dan embung irigasi, jebakan air.

Teknik pemanenan air yang telah dilakukan di Indonesia, antara lain embung dan channel reservoir.Embung merupakan suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam untukmenampung air hujan juga tempat resapanyang akan mempertinggi kandungan air tanah. Embung sangat tepat diterapkan pada kelerengan 0- 30% dengan curah hujan500-1.000 mm/tahun, bermanfaat untuk menyediakan air pada musim kemarau.Agar pengisian dan pendistribusian air lebih cepat dan mudah, embung hendaknyadibangun dekat dengan saluran air dan pada lahan dengan kemiringan 5-30%.Tanah-tanah bertekstur liat dan atau lempung sangat cocok untuk pembuatan embung.Teknik konservasi air dengan embung banyak diterapkan di lahan tadah hujan bercurah hujan rendah.

Keuntungan dalam penerapan embung adalah :
Menyimpan air yang berlimpah di musim hujan sehingga aliran permukaan, erosi dan bahaya banjir di daerah hilir dapat dikurangai serta dimanfaatkan pada saat musim kemarau. Dapat menunjang pengembangan usaha tani di lahan kering. Menampung tanah tererosi, sehingga memperkecil sedimentasi ke sungai. Setelah beberapa lama dapat dibuat sumur dekat embung untuk memenuhi keperluan rumah tangga.

Kelemahan embung adalah :
Memerlukan lahan sebagai lokasi embung, memerlukan biaya dan tenaga untuk memelihara karena daya tampung embung akan berkurang akibat adanya sedimen.

d. Dam Parit
Adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.

Keunggulan:
a. Menampung air dalam volume besar akibat terbendungnya aliran air di saluran/parit.
b. Tidak menggunakan areal/lahan pertanian yang produktif.
c. Mengairi lahan cukup luas, karena dibangun berseri di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS).
d. Menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga mengurangi erosi dan hilangnya lapisan tanah atas yang subur serta sedimentasi.
e. Memberikan kesempatan agar air meresap ke dalam tanah di seluruh wilayah DAS, sehingga mengurangi risiko kekeringan pada musim kemarau.
f. Biaya pembuatan lebih murah, sehingga dapat dijangkau petani.