Makalah Mewujudkan Kepemimpinan Sukses Dengan Ilmu Tasawuf
Makalah Lengkap Dengan Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini yang di cari manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus mematikan yang satu untuk mendapatkan yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras dan secara bersama.
Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar dirinya, yaitu bantuan dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan berakhlak tasawuf.
Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat, karena turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai – nilai spiritual, memperkenalkan pemahaman tentang aspek kebatinan Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat, selanjutnya untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek – aspek lainajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh dunia modern terhadap spiritualitas?
2. Apakah perlunya Tasawuf dalam kehidupan modern?
3. Bagaimana hubungan spiritualitas dengan kesuksesan kepemimpinan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Dunia Modern Terhadap Spiritualitas
Kemajuan dunia ini ternyata telah menciptakan manusia-manusia baru yaitu manusia modern.Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi dibidang ilmu pengetahuan.Masing-masing pengetahuan mempunyai paradigma yang berbeda bahkan terkadang saling bertolak belakang.Hal ini yang menyebabkan manusia modern saat ini semakin bingung dalam menjalani hidup.[1]
Dunia modern juga telah mengantarkan manusia yang krisis spiritual.Nasr mengungkapkan bahwa Krisis spiritual ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh sekulerisasi yang telah cukup lama menerpa jiwa-jiwa manusia modern.Pengaruh pandangan dunia modern dalam berbagai bentuknya- naturalism, materialism, positivme. Pengaruh sains yang besar dalam kehidupan modern,dengan sengaja atau tidak,telah menyebarkan pandangan sekuler sampai kelubuk jantung dan hati manusa modern.[2]
Pandangan sekulerisme,hanyalah mementingkan kehidupan duniawi saja dan mengesampingkan manusia modern dari aspek spiritualitas.[3]Akibatnya mereka melupakan kaidah-kaidah agama hanya untuk kepentingan dunia.Kondisi seperti ini menyebabkan manusia modern kehilangan arah hidup dan hilangnya ingatan dirinya tentang pencinta yaitu Tuhan.[4]
Menurut para sufi,Manusia modern hanya mementingkan aspek dari dirinya saja,padahal mereka juga memeliki dimensi spiritual, maka hal ini yang menyebabkan kegoncangan jiwa,mereka hanya membersihkan tubuh mereka semata,dan lupa untuk membersihkan jiwa-jiwa mereka maka tak heran jika manusia modern banyak mengalami depresi.[5]
Selain itu kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual.[6] Ironisnya hal seperti ini juga terjadi pada seorang pemimpin yang ada di Negara ini.Pemimpin yang materialis,sekuleris yang hanya memikirkan kepentingan dunia. Semestinya adalah ilmu-ilmu tersebut menjadi kesatuan dengan ajaran agama dari Tuhan,sehingga seluruh ilmu pengetahuan dapat diarahkan pada tujuan kemuliaan manusia,mengabdikan dirinya kepada Tuhan,berakhlak mulia dan seterusnya terlebih terhadap jiwa para pemimpin.
B. Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi didunia modern.Menurut Hussein nasr seorang tokoh tasawuf elah mengemukakan pendapat bahwa ajaran sufisme telah mendapat tempat dikalangan masyarakat (termasuk masyarakat Barat,karena mereka mulai merasakan kekeringan batin.Bagi masyarakat Barat masih sangat asing kalau Islam sebagai agama yang kaya obat rohani.[7] Maka muncul pertanyaan,dapatkah tasawuf member petunjuk arah bagi manusia modern yang telah mengalami krisis spiritual?[8]
Ajaran tasawuf sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.[9] ketika manusia modern telah kehilangan identitas dirinya,maka tasawuf dapat memberikan pengertian yang lebih komprehensif tentang siapa manusia itu sesungguhnya.dari ajaran para sufi,kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia itu bukan hanya makhluk fisik tetapi juga makhluk spiritual,yang memiliki asal-usul spiritualnya adalah Tuhan.Dengan menyadari betapa manusia juga sebagai makhluk spiritual selain makhluk fisik maka kita akan lebih bijak dan mendapatkan keseimbangan dalam kehidupan.[10]
Kemampuan berhubungan dengan Tuhan dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan yang Nampak berserakan itu.Karena melalui tasawuf,orang akan disadarkan bahwa segala sumber yang ada ini adalah berasal dari Tuhan.[11] Dengan adanya tasawuf maka ilmu pengetahuan tidak akan bertabrakan,karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan.Dan disisi lain perasaan beragama yang didukung oleh Ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap.[12]
Selanjutnya tasawuf juga melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.Sikap seperti ini kemudian menjadikan seseorang selalu mengutamakan pertimbangkan kemanusiaan pada setiap masalah yang dihadapi.Sehingga manusia akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama.[13]
Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman di pelopori oleh tokoh Salaf, Ibnu Taimiyah. Meskipun ia menentang berbagai praktek sufi, terutama kultus individu, Ibn Taimiyah justru mengadopsi metode yang mereka gunakan. Ia meniru cara – cara kaum sufi dalam menjalin komunikasi yang akrab dengan Allah.[14]
Sebagai ahli hukum Islam, ia berusaha menyumbangkan syari’at dan Tasawwuf. Adapun caranya ialah, berbagai ragam pengalaman sufistik ia uji dengan pengalaman empirik. Perilaku eksternal sufi dikonfrontasikan dan di uji dengan merujuk pada aspek lahiriyah ajaran Islam.[15]
Konsep – konsep yang berlaku dalam tasawwuf tidak di terjemahkan secara eksklusif dengan validitas tak terbatas.
Neo-Sufisme mengacu pada kehidupan Nabi SAW secara utuh. Tidak ada dikotomi antara syari’at dan tasawwuf karena Muhammad Sang Nabi teladan mampu menggabungkan keduanya dalam satu perilaku dan cermin kehidupan. Tidak ada dikotomi antara filsafat dan Tasawwuf karena Nabi membangun pola kehidupan yang merangkum keduanya.[16]
Neo-Sufisme berarti paham tasawwuf baru, atau menurut istilah Fazlurrahman, tasawwuf yang di perbarui oleh Fazlurrahman untuk menyebut paham tasawwuf para ahli hadits yang puritan, terutama Tasawwuf Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnu Al Qayum Al Jauziyah (Islam 284-285).
Neo-Sufisme menurut Fazlurrahman memiliki beberapa ciri yang membedakan dengan tasawwuf populer:
- Neo-Sufisme memberikan penghargaan positif pada dunia untuk itu seorang sufi, menurut paham ini tidak harus miskin, bahkan boleh kaya. Kesalehan, menurut paham ini bukan dengan menolak harta dan kekayaan tetapi mempergunakannya sesuai petunjuk Allah dan sunah Rosul.
- Neo-Sufisme menekankan kesucian moral dan akhlakul karimah sebagai upaya memperkuat iman dan taqwa. Peningkatan moral di sini bukan hanya moral individu yang asocial, melainkan juga moral masyarakat. Untuk itu Neo-Sufisme menolak konsep ‘uzlan, pengasingan diri dari keramaian. Tasawwuf menurut paham ini bukan pelarian, tetapi justru sikap yang memberikan perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat.
- Dalam Neo-Sufisme terhadap aktifitas dan dinamika, baik dalam berfikir maupun dalam bertindak. Dalam bidang intlektual, penganut Neo-Sufisme bersifat sangat terbuka dan inklusifistik. Mereka dapat menerima semua khasanah intlektual Islam sejauh dapat dipertemukan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.Sementara dalam kemasyarakatan, mereka terlibat secara aktif dalam rekayasa sosial moral masyarakat dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Neo-Sufisme dengan mengasingkan diri (uzlah), melainkan tetap aktif melibatkan diri dalam masyarakat.[17]
Sesungguhnya pd abad XIX orang – orang yang suka mengkaji Tasawwuf mendapatkan ejekan dari pengikut Voltaire dan pendukung Reinan. Pengaruh dari ke dua orang ini sangat kuat, hingga orang – orang baik di wilayah Timur maupun Barat meninggalkan bidang Tasawwuf. Lalu menyukai ilmu yang baru. Mereka beranggapan bahwa hal itu akan menyelesaikan semua masalah di alam semesta ini dan lingkungan di balik alam semesta. Akan tetapi saat ini manusia memperhatikan pengkajian Tasawwuf.
Guru besar ‘Abbas Mahmud Al-‘Aqqad lah yang menafsirkan apa hal yang mengubah kecenderungan mereka. Alasan yang mengubah kecenderungan akal manusia pada abad XIX tersebut adalah ilmu pengetahuan itu sendiri karena ia mengetahui batasan – batasannya dan menjauhi kesesatannya.
Saat itu dy menda’wakan sesuatu yang sesuai dengan isi hatinya, beliau mengatakan bahwa ia tidak ingin mengatakan bahwa ilmu pengetahuan telah gagal menghibur manusia dan memenuhi sanubarinya. Yang di maksudkan bahwa ilmu pengetahuan telah gagal yaitu karena para pengikut – pengikutnya menamakannya dengan ilmu meterialis (kebendaaan). Ilmu pengetahuan tidaklah mengetahui materi itu, kecuali bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu gerakan yang tidak di kenal di angkasa yang penuh misteri.
Setiap benda dari atom – atom, dan setiap atom terbelah menjadi sinar – sinar dan setiap sinar adalah gerakan dalam al-atsir (zat yang sangat halus). Al-Atsir adalah sesuatu yang berwujud tapi seperti tidak berwujud, tidak terbatas, tidak mempunyai sifat, serta tiada ukuran yang dapat diketahui oleh para ilmuan.
Ilmu material tidak mengenal materi, kecuali dalam batas – batas ini. Jika demikian, adalah santun bila manusia banyak bertawadhu (merendah), hingga ia tidak memonopoli ma’rifat dan tidak mengingkari orang lain bila mereka mengusahakannya menurut kemampuan mereka. Inilah sesuatu yang baru pada ilmu modern yang sesungguhnya tidak mengetahui segala sesuatu karena terikat oleh indera – indera.
Apabila indera – indera tidak dapat mengetahui segala sesuatu, maka akal tidak dapat mengetahuinya, karena sesungguhnya akal itu terbatas seperti segala sesuatunya dalam diri manusia. Oleh karena itu pengetahuan harus mengetahui cara lain di samping alat – alat perasaan (indera-indera) dan fikiran.
Pikiran harus memiliki mata hati atau ilham. Itulah bidang Tasawwuf atau bidang agama dan inilah ma’rifat yang untuk mencapainya terjalin kerjasamaantara perasaan, pikiran, serta ilham.
Sikap sufistik itu dapat bersifat positif dan bisa pula bersifat negative. Sifat sufistik positif ialah sikap sufistik yang bersikap positif terhadap kehidupan dunia. Misalnya kepercayaan kepada takdir di sertai dengan ikhtiar, bagaimana hasil ikhtiar itu memenuhi target. Tetapi kalau takdir itu tidak disertai dengan ikhtiar, melainkan hanya menunggu keputusan Tuhan, maka sikap sufistik seperti itu bersifat negatif.
Sikap sufistik yang bersifat negative menjadi eskapisme, sedang sikap sufistik yang positif menjadi tasawwuf positif atau sufisme baru (neosufisme) atau di sebut Tasawwuf modern.
Istilah “Neo-Sufisme” terasa lebih netral dari pada istilah “Tasawuf modern” terasa lebih optimistik, karena istilah “modern” sering kali berkonotasi positif dan optimistis. Tetapi ke duanya menunjuk kepada kenyataan yang sama, yaitu suatu jenis kesufian yang terkait erat dengan syari’ah atau dalam wawasan Ibnu Taimiyah, jenis kesufian yang merupakan kelanjutan dari ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan tetap berada dalam pengawasan kedua sumber utama ajaran Islam itu, kemudian ditambah dengan ketentuan untuk tetap menjaga keterlibatan dalam masyarakat secara aktif.[18]
Fazlur Rahman menjelaskan bahwa Neo-Sufisme itu mempunyai ciri utama berupa tekanan kepada motif moral dan penerapan metode zikir dan muraqobah atau kosentrasi kerohanian guna mendekati Tuhan, tetapi sasaran dan isi kosentrasi itu disejajarkan dengan doktrin salafi dan bertujuan untuk meneguhkan keimanan kepada aqidah yang benar dan kemurnian moral dari jiwa.[19]
Gejala yang dapat disebut sebagai Neo-Sufisme ini cenderung untuk menghidupkan kembali aktivisme salafi dan menanamkan kembali sikap positif kepada dunia. Dalam makna inilah kaum Hambali, seperti Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim al-Jauziyah, sekalipun sangat memusuhi sufisme populer, adalah jelas mereka adalah kaum neosufi, malah menjadi perintis kea rah kecenderungan ini.
Selanjutnya kaum neosufi juga mengakui sampai batas tertentu kebenaran kalim sufisme intlektual bahwa mereka menerima kasyf (pengalaman penyingkapan kebenaran ilahi) kaum sufi atau ilham intuitif, tetapi menolak klaim mereka seolah olah tak dapat salah (ma’shum) dengan menekankan bahwa kehandalan kasyf adalah sebanding dengan kebersihan moral dari kalbu, yang sesungguhnya mempunyai tingkat – tingkat yang tak terhingga.
Baik Ibn Taimiyah maupun Ibn Qayyim sesungguhnya mengaku pernah mengalami kasyf. Jadi terjadinya kasyf dibawa kepada tingkat poses intlektual yang sehat. Lebih jauh lagi, Ibn Taimiyah dan para pengikutnya menggunakan keseluruhan terminologi kesufian, termasuk istilah “salik” (penempuh jalan keruhanian) dan mencoba memasukkan kedalamnya makna moral yang puritan dan etos salafi. Jadi neo-sufisme menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyarakat secara lebih kuat dari pada sufisme lama. Sebagai misal, di bawah ini adalah kutipan dari suatu fersi tentang zuhud atau asketisme, salah satu unsur amat penting dalam sufisme, berasal dari sebuah kitab dalam bahasa Melaju tulisan Jawi (Arab Melayu).[20]
(Fasal) pada menyatakan zuhud yakni benci akan dunia maka yaitu martabat yang terlebih kepada haqq Ta’ala karena manakala benci akan dunia itu melazimkan gemar akan akhirat dan gemar akhirat itulah perangai yang di kasi haqq Ta’ala seperti sabda Nabi: Tinggalkan olehmu akan dunia niscaya kasih haqq Ta’ala akan dikau dan jangan kau hiraukan barang sesuatu yang pada tangan manusia niscaya dikasih akan dikau oleh manusia, tinggalkan olehmu akan dunia niscaya di masuk Allah Ta’ala kedalam hatimu ilmu hikmah yaitu ilmu hakikat maka ketika nyatalah kau pandang hakikat dunia ini dan nyatalah kau pandang hakikat akhirat itu hingga kau ambil akan yang terlebih baik bagimu dan yang terlebih kekal.
(Maka) yang terlebih sempurna martabat zahid itu zuhd arifin, yaitu hina padanya dan keji padanya segala ni’mat yang dalam dunia ini dan semata – mata berhadapan kepada Haqq Ta’ala tiada sekali – kali berpegang hatinya kepada ni’mat dunia ini dan adalah dunia ini pada hatinya seperti kotoran jua atau seperti bangkai jua tiada menghampir ia melainkan pada ketika dlarurat inilah zuhd yang terlebih tinggi martabatnya dari pada segala makhluq tetapi adalah seperti ini sangat sedikit padanya wa ‘I-Lah-u ‘I muwaffiq.
Ajaran tasawuf juga mengajak orang untuk bertawakal pada Tuhan,menyebabkan ia memiliki pegangan yang kokoh,karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan.[21]
C. Hubungan Spiritualitas dengan Kesuksesan Kepemimpinan
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan,baik yang eksoterik (dhahiri) maupun bathini (esoteric).[22] Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah Islam,Muhammad Rosulullah saw.[23] Didalam tulisan Michael Heart,Dia menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi seperti diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua level,yaitu selain sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi pemimpin persoalan akhirat.[24]
Tujuan seorang pemimpin adalah untuk menyatukan, mengarahkan, membawa perubahan.[25] Sepanjang sejarah peradabam manusia pemimpin-pemimpin sukses dalam menjalankan kepemimpinannya didalam banyak bidang kehidupan seperti yang telah diperlihatkan oleh para Nabi dan Rosul, sebelum Tuhan mengangkatnya menjadi Rosul dan utusan Tuhan,Rosul juga telah membawa perubahan yang sangat luar biasa didunia Islam.Selain itu Muhammad tumbuh dalam pengalaman kepribadian yang begitu lengkap. [26]Artinya seorang pemimpin juga harus mempunyai kepribadian yang baik
M. Amin Abdullah mengatakan, di dalam Islam terkandung ajaran yang tidak hanya menyangkut lahiriyah saja tetapi juga menyangkut tentang spiritualitas. Ada tiga konsep ajaran Islam yakni Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga aspek itu tercampur menjadi satu dan menjadi kesatuan secara utuh dalam tindakan ibadah kepada Allah dan hubungan dengan manusia. Pola-pola hubungan dengan Allah ini di antaranya dengan melakukan salat dan puasa di samping yang lain, dan ini merupakan metode yang sebenarnya sarat dengan muatan nilai spiritualitas.[27] Sebenarnya tujuan spiritualitas yang dilakukan seorang adalah bertujuan untuk mendekatkan diri kepada penciptanya.sebagai orang yang beriman tentunya akan meyakini janji yang dikabarkan oleh Allah bahwa Dia akan memuliakan kedudukan hambanya yang beriman dan bertaqwa.Begitupun Allah yang telah menjajikan kepada orang yang beriman yang menolong agama Allah maka Allah akan meneguhkan kedudukannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah,niscaya Dia akan menolongnu dan meneguhkan kedudukanmu.”(QS.Muhammad 47;7).[28]
Dari konsep ajaran Islam tersebut,maka setidaknya seorang yang beriman akan menjunjung tinggi spiritualitas.Islam adalah agama yang lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan yang akan menberikan pedoman dalam menjalani kehidupan ini. Islam juga menjadi jawaban pemenuhan kebutuhan batin selain kebutuhan jasmani.
Menurut Djoko Hartono,berdasarkan Hasil temuan dalam penelitian dalam hal spiritualitas Islam dan kepemimpinan di institusi pendidikan Islam. Beliau mengemukakan bahwa spiritualitas (salat tahajud, duha, hajat dan puasa Senin Kamis) berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kepemimpinan.
Kekuatan spiritualitas sesungguhnya sangat memepengaruhi keberhasilan dan kesuksesan kepemimpinan.Berikut adalah beberapa amalan sebagai wujud spiritualitas seseorang yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin dan yang telah dikemukakan Djoko Hartono dalam bukunya ” kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses”.
1. Sholat tahajut
Sholat tahajut merupakan faktor yang paling dominan yang sangat mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan dibandingkan dengan amalan spiritualitas yang lain.Hal ini dikarenakan keutamaan sholat tahajut dan anjuran melakukannya yang telah diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an.Allah Berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”(QS.Al-Isra’ 17 ; 79).[29]
Sholat tahajut yang dilakukan dikeheningan malam,saat yang tepat untuk lebih khusyuk,dekat berdialog dengan Allah dan mustajabah ketika seorang hamba memohon-Nya.[30]
Moh.Sholeh mengemukakan bahwa sholat tahajut memberikan manfaat yaitu orang yang melakukannya akan memperoleh macam-macam nikmat yang menyejukkan pandangan mata,tutur katanya berbobot,memperoleh tempat yang terpuji baik didunia maupun diakhirat,dihapuskan segala dosa dan kejelekannya dan terhindar dari segala penyakit,hilangnya perasaan pesimis,rendah diri,minder,kurang berbobot,dan berganti dengan sikap selalu optimis penuh percaya diri,pemberani,tanpa disertai sikap sombong dan takabur.[31]
Menurut Ahmad Sudirman Abbas,Keutamaan sholat tahajut adalah terkabulkan do’a,jiwa menjadi tenang dan merasakan kedekatan dengan Allah,terpancarnya aura positif dari jiwa pelakunya,memunculkan inspirasi dan imajinasi dengan bimbingan Ilahi,dimudahkan segala urusan hidup dan dicukupi apa yang yang menjadi kebutuhan hidup,menghantarkan terwujudnya hasrat,keinginan dan cita-cita,serta tujuan walau secara dzahir tidak terucap.[32]
2. Puasa senin kamis
Puasa senin kamis juga memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pemimpin sukses.Ini merupakan faktor kedua yang sangat mempengaruhi kesuksesan pemimpin.walaupun keutamaan yang melakukannya secara eksplisit tidak dijelaskan nabi,kecuali karena pada hari itu amal perbuatan diperiksa dan Beliau lebih suka diperiksa pada saat sedang berpuasa,namun keutamaan puasa senin kamis akan didapatkan dari keterangan keutamaan puasa secara umum.Orang yang melakukan puasa ini do’anya tidak akan tertolak dan Allah sendiri yang akan membalas mereka.[33]
Rosulullah bersabda:
Abu Hurairah berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda ,”amal perbuatan itu diperiksa setiap hari senin dan kamis,aku lebih suka diperiksa amalku saat aku sedang berpuasa.”(HR.At-Turmudhi)
Dari Abu Hurairah bahwa nabi bersabda :
Tiga orang yang do’anya tidak akan tertolak : 1.Pemimpin yang adil;2.Orang yang berpuasa hingga berbuka;3.Do’a orang didzalimi.Do’a mereka akan diangkat Allah keatas awan serta dibukakan baginya pintu-pintu langit.dan allah berfifman:”Demi kemuliaan dan keagungan-Ku,Aku benar-benar akan menolongmu sekalipun telah sekian sat’.”(HR.Imam Ahmad)
Dengan melakukan puasa maka dapat menjadikan hati bersih dan suci.Dengan berpuasa maka spiritualitas akan meningkat sehinga akan lebih mendekatkan diri kepada Allah.Puasa juga dapat mengendalikan hawa nafsu sehingga setiap aktifitas bisa terkontrol.Dengan demikian maka akan tercipta akhlak yang mulia sehingga akan disenangi semua orang.Begitupun ketika orang yang terbiasa berpuasa menjadi pemimpin maka akan menjadi pemimpin yang sukses,mereka akan mampu melembutkan hati dan menyatukan bawahannya,tegas,mau bermusyawarah,tidak sewenang-wenang,tidak memonopoli pendapat.[34]
Secara ringkas keutamaan puasa seni kamis adalah antara lain : (1) media monitoring aktivitas keseharian dalam sepekan.(2) pengendali hawa nafsu manusia.(3)Motivator terbesar dalam setiap langkah untuk mencapi tujuan hidup.(4) Pembersih hati dan penyuci jiwa dari segala noda keberhasilan atas karya-karya manusia.[35]
3. Sholat duha
Spiritualitas yang mempengaruhi keberhasilan ketiga adalah sholat duha.Hal ini dikarenakan keutamaan sholat duha berbeda dengan shalat tahajut yang akan ditinggikan derajat bagi yang melaksanakannya,sedangkan puasa senin kamis lebih berdampak pada pengendalian tingkah laku keseharian.Maka keutamaan shalat duha ini lebih cenderung kepada terpenuhinya kebutuhan.[36]
Shalat duha hukumnya sunat muakat (sanat dianjurkan dan mendekati wajib) karena Rasulullah senatiasa mengerjakannya dan berpesan kepada para sahabat untuk mengerjakannya.Shalat duha juga merupakan wasiat Rasul kepada umatnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist.Dari Abu Hurairah menceritakan,” Kekasihku Rosulullah SAW.memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia : Shaum tiga hari dalam sebulan,dua rakaat shalat duha,dan hanya tidur setelah melakukan shalat witir”.(HR.Bukhari dan Muslim).[37]
Secara filosofis,sholat duha yang dikerjakan umat Islam setidaknya memiliki tiga makna :
1.Menumbuhkan sikap optimisme,semanagt membara dan konsentrasi tinggi untuk menggapai harapan dengantetap mengingat Allah.
2.Shalat duha merupakan perwujudan bentuk syukur,mampu menggugah kesadaran akan perlunya berkonsultasi kepada Allah dan meminta petunjuk-Nya sebagai bekal bekerja agar tetap dijalan yang diridhai Allah.
3.Shalat duha merupakan bentuk tawakal kepada Allah sebelum memulai aktifitas sehari-hari,karena Allah yang mengetahui apa yang akan terjadi dan yang akan diraih.Manusia hanya berencana dan berusaha namun Allah yang menentukan.[38]
4. Sholat hajat
Shalat hajat merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terkecil terhadap keberhasilan kepemimpinan.Ini dikarenakan dari segi keutamaannya masih bersifat umum tergantung hajat orang yang melakukannya.Shalat hajat merupakan shlat sunh yang biasa dilakukan untuk meraih sesuatu urusan keduniaan dan sesuatu yang diinginkan segera diperoleh.Menurut Al-Ghazali Sholat hajat dilakukan ketika ada keperluan atau hajat yang mendesak dan ditujukan kepada Allah agar keperluannya cepat terpenuhi.[39]
Rasulullah bersabda:
”Barang siapa berwudhu dan menyempurnakannya,kemudian shalat dua rakaat denagnsempurna,maka ia diberi Alla apa saja yang diminta baik cepat ataupun lambat.”(Imam Ahmad).
Adapun manfaat shalat hajat bagi manusia antara lain : kesehatan Rohani; Kesehatan jasmani; Kebahagiaan lahir maupun batin; Mendapatkan kedudukan terhormat; Mencapai tujuan yang diinginkan.[40]
Adanya pengaruh signifikan spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan sangat beralasan karena upaya spiritualitas ini menyebabkan seorang pemimpin menjadi dekat dengan Allah.Kedekatannya dengan Allah hinnga menyebabkan mengalir kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan menggerakkan otak sebagai pusat kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa meningkatkan spiritualitasnya maka ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik baginya dan akan terwujud keberhasialan dalam hidupnya.
BAB III
KESIMPULAN
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan utuh dan telah memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan, baik yang eksoterik (dhahiri) maupun bathini (esoteric). Islam juga telah memberi panutan dan contoh sebagai tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal disepanjang sejarah Islam,Muhammad Rosulullah saw. Didalam tulisan Michael Heart, dia menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi seperti diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua level,yaitu selain sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi pemimpin persoalan akhirat.
Adanya pengaruh signifikan spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan sangat beralasan karena upaya spiritualitas ini menyebabkan seornag pemimpin menjadi dekat denagnAllah.Kedekatannya denganAllah hinnga menyebabkan mengalir kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan menggerakkan otak sebagai pusat kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa meningkatkan spiritualitasnya maka ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik baginya dan akan terwujud keberhasialan dalam hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anulkarim
Abudinnata. 2009. Akhlak Tasawwuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arqom, Ahmad. 2009. Pimpinlah dan Majulah. Surabaya: TRU STECO, Cet.1
Hartono,Djoko, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya : LKPI-MQA 2011)
Jonnassen, R.Jan.Rahasia kepemimmpinan(Jogjakarta:Dolphin Book,2006)
Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf.Jakarta: Erlangga.
Mahmud, Halim. 2002. Tasawwuf di Dunia Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Maksum, Ali. 2009. Tasawuf Manusia Modern. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Permadi. 2004. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.2
Tebba, Sudirman. 2004. Orientasi Sufistik Cak Nur. Jakarta: Khazanah Populer Paramadina.
Sholeh,Moh.,Terapi Sholat tahajut menyembuhkan berbagai penyakit (Jakarta : Hikmah 2007)
Buletin Baitul Izzah (Edisi 16 th. Ke-2 September 2010)
MAKALAH FOOTNOTE
[1]Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.289
[2]Mulyadi Kartanegara,menyelami Lubuk Tasawuf(Jakarta:Erlangga,2006),h.264
[3]Ibid,h.265
[4]Ibid,h.266
[5]Ibid,h.267
[6]Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.290
[7]Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.293
[8]Mulyadi Kartanegara,menyelami Lubuk Tasawuf(Jakarta:Erlangga,2006),h.272
[9]Ibid,h.271
[10]Ibid,h.271
[11]Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.295
[12]Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta:PT raja Grafindo Persada,2000),h.296
[13]Ibid,h.296
[14] K.Permadi. Pengantar Ilmun Tasawuf (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.123
[15] Ibid,h.123
[16] Mufid. Tasawuf dalam Konteks Modernisasi, Harian Pelita, 16 April 1993.
[17] A.Ilyas Ismail, M.A. Neo Sufisme, Republik Hikmah Harian Republika, 13 Mei 1997
[18] Sudirman Tebba, Orientasi Sufistik Cak Nur (Jakarta: Paradina, 2004), h. 165
[19] Ibid,h.165
[20] Ibid,h.166
[21]Ibid,h.297
[22]Amin Syukur,Menggugat tasawuf (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR,Cet.II 2002),h.140
[23]Ibid,h.139
[24]Ahmad Arqom,Pimpin dan majulah (Surabaya:TRUSTCO,Cet.I,2009),h.62
[25]Jan R.Jonnassen,Rahasia kepemimmpinan (Jogjakarta:Dolphin Book,2006),h.15
[26]Ibid,h.63
[27]Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 149.
[28] Al-Qur’an, Muhammad 47;7
[29] Al-Qur’an, Al-Isra’ 17 ; 79
[30] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya : LKPI-MQA 2011)114
[31] Moh.Sholeh,Terapi Sholat tahajut menyembuhkan berbagai penyakit (Jakarta : Hikmah 2007) h.120
[32] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.18
[33] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116
[34] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116
[35] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.25
[36] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.116
[37] Buletin Baitul Izzah.(edisi 16,th.ke-2 september 2010),h.5
[38] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.21
[39] Al-Ghazali,Ihya Ulumuddin,jilid 1,terj.Moh.Zuhri (Semarang : as-syifa’,2003),h.680
[40] Djoko Hartono, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses.h.24